Home / Rumah Tangga / Perangkap Cinta Putra Mahkota / 5. Cartier Panthère de Cartier Drop Earrings

Share

5. Cartier Panthère de Cartier Drop Earrings

Author: Hana Reeves.
last update Last Updated: 2024-10-09 16:41:58

Di kamar hotelnya, Leona tampak berpikir tentang tawaran mendadak dari seorang pangeran Yordania yang entah mengapa mampu membuat dirinya merasa panik. Bukan masalah lamanya kontrak tapi apa yang akan terjadi selama mereka menikah.

Leona ingin menikah sekali seumur hidup dan bukan kawin cerai macam artis-artis Hollywood. Bagi Leona, pernikahan itu sakral dan bukan perkara main-main. Gadis itu tampak hilir mudik di kamar hotelnya, berusaha mencerna semua ucapan Haidar bahwa pernikahan ini adalah pernikahan politik dan untuk melindungi negara dan rakyatnya.

Apakah karena tahu aku memiliki keluarga di timur tengah, jadi pangeran sombong itu bisa melakukan sekutu dengan mereka? Tapi tetap saja kan tidak perlu harus menikahi aku bukan?

Leona tetap berjalan hilir mudik hingga akhirnya dia lelah sendiri dan memutuskan untuk memesan makanan dari hotel karena dia sudah tidak ada selera untuk jalan-jalan lagi.

Keesokan paginya, Leona menikmati acara sarapannya di restoran hotel ketika empat orang pria mengenakan pakaian hitam-hitam menghampiri mejanya.

“Nona Leona Accardi?”

Leona menatap keempat pria itu dengan bingung. Sebab, orang yang memanggil namanya terlihat lebih tua dibandingkan dengan tiga orang di belakangnya.

“Ya? Kalian siapa?” mata karamel Leona menatap curiga ke keempat orang itu.

“Perkenalkan, nama saya Gaston dan saya adalah asisten tuan Haidar. Kami meminta nona Accardi untuk ikut bersama kami guna menemui tuan Haidar,” jawab pria yang tua itu.

Leona mengernyitkan dahinya, “Haidar minta bertemu denganku?”

“Iya, Nona.”

“Sekarang?” tanya Leona lagi.

“Benar, Nona.”

Leona mengangguk, “Baik."

Leona pun kemudian masuk ke dalam mobil Range Rover yang sudah siap di depan pintu masuk hotel. Tindakannya itu diikuti oleh Gaston yang duduk di kursi depan.

Tiga pengawal lainnya sendiri berada di mobil belakang dan dua mobil itu pun berjalan beriringan menuju ke istana Abdullah.

Setibanya di istana, Leona dan Gaston menunjuk ruang kerja Haidar. Gaston mengetuk pintu besar itu dan membukanya. Leona melongo karena di ruang kerja yang mewah itu berdiri sosok Haidar dalam balutan kemeja dan celana hitam.

“Tuanku, Nona Leona Accardi.” Gaston membungkuk hormat ke Haidar.

“Tinggalkan kami berdua, Gaston,” perintah Haidar dingin.

Gaston pun pergi meninggalkan Haidar bersama dengan Leona yang tampak mengagumi interior ruangan pria itu.

“Kemari Leona.” ujar Haidar sembari berjalan ke meja kerjanya.

“Selamat pagi pangeran Haidar Abdullah ,” salam Leona sambil membungkuk hormat.

Haidar tidak menjawab, tapi memberikan sebuah kotak bertuliskan Cartier, “Sesuai janjiku.”

Leona menerima dan membuka isinya, “Cartier Panthère de Cartier Drop Earrings…”

Haidar mengangguk.

“Ada satu hal lagi,” lanjut pria itu sambil menyerahkan sebuah klausul kontrak ke Leona.

Gadis itu lantas meletakkan kotak anting-antingnya di atas meja dan langsung melihat adanya tulisan besar dalam bahasa Inggris.

“Menjadi istri kontrak?” mata karamel Leona menatap Haidar tidak percaya. “Kamu gila!”

Leona menatap mata emas itu dengan perasaan tidak percaya. Bagaimana bisa dia yang seorang putri pengusahaan dari Turin, diminta menjadi seorang istri kontrak terlepas yang meminta adalah seorang pangeran… tidak, lebih buruk dari itu. Putra Mahkota kerajaan Jordania!

“Haidar… Apa kamu masih waras?” Leona membaca klausul kontrak itu dan tertegun bahwa dirinya akan mendapatkan 10% kekayaan Haidar jika bisa melahirkan seorang bayi laki-laki.

“Ini apa?” Protes Leona sambil menunjukkan poin dari klausul kontrak. “Bagaimana bisa aku punya anak laki-laki?”

Haidar menatap dingin ke Leona. “Apa kamu melupakan pelajaran biologi dasar? Tentang reproduksi manusia?”

Mata karamel Leona menatap judes ke pria yang lebih tinggi darinya. “Aku seorang dokter dan tentu saja aku tahu tentang reproduksi manusia serta sex education! Tapi aku tidak mau tidur denganmu!”

Haidar mengerjap-ngerjapkan matanya. Apa? Gadis ini tidak mau tidur denganku? Memangnya aku tidak menarik?

“Kenapa?” Tanya Haidar dengan nada dalam.

“Karena, aku tidak mengenal siapa dirimu! Aku hanya tahu kamu Pangeran Haidar Abdullah, itu saja! Dan, aku tidak mencintaimu!” Jawab Leona dengan nada naik. “Aku menolak!”

Leona lalu mengambil kotak Cartier itu dan berbalik untuk berjalan menuju pintu.

“Leona Accardi!” Panggil Haidar.

“Apa!” Balas Leona galak.

“Aku belum mengijinkan kamu pergi.”

Leona berbalik dan berjalan mendekati Haidar dengan wajah marah. “Siapa kamu? Hak aku untuk pergi!”

“Aku adalah putra mahkota Kerajaan Jordania dan aku punya hak melarang kamu pergi. Ingat, aku memiliki kekuasaan disini dan kamu, hanya seorang turis.” Haidar menatap dingin mata karamel Leona.

“Ka … Kamu … Diktaktor!”

Haidar mengedikkan bahunya. “Terserah kamu bilang apa.”

Leona menggeram marah. “Apa kamu tidak tahu siapa keluarga aku?”

“Tahu dan aku tidak perduli!”

“Oom aku raja Belgia, Emir Dubai, Emir Qatar, Emir Bahrain dan Emir Oman!”

“Aku mengenal mereka, Raja Arsyanendra Léopold of Belgium, Emir Ghazantar Schumacher dan Emir Nandara Blair of Dubai, Emir Rauf Khalid of Qatar, Emir Malik Al Khalifa of Bahrain dan Emir Eren Al Sharif of Oman.”

Leona mendongakkan dagunya. “Mereka tidak akan pernah menerima jika kamu melakukan seperti ini padaku! Belum kedua orang tua aku!”

Haidar tersenyum smirk. “Apakah kamu akan mau terjadi perang?”

“Jordania tidak akan bisa melawan kekuatan gabungan dari para ipar itu!” Balas Leona galak.

“Jadi?”

Leona mengernyitkan keningnya. “Apa maksudmu dengan ‘jadi’?”

Haidar memegang dagu Leona. “Menikah denganku dan tidak akan perang di Timur Tengah.”

“Itu bukan salahku!”

“Oh, akan menjadi salahmu jika kamu tidak mau.”

Leona menatap tajam pria tampan yang menyebalkan itu. “F**** you!”

Haidar menarik pinggang Leona dan gadis itu menabrak dada bidang yang berotot. Leona berani bertaruh jika pangeran satu ini pasti memiliki tubuh macam model majalah GQ. Sebagai seorang dokter, meskipun dokter hewan, Leona bisa merasakan tubuh orang yang suka berolahraga atau tidak. Apalagi ayah dan adiknya paling suka nge-gym hingga tahu badan mereka seperti apa.

“Lepaskan!” Bentak Leona.

“Bibir kamu itu tidak patut untuk mengumpat, Leona.”

“Suka suka aku! Bibir punya a…” Suara Leona menghilang saat Haidar mencium bibirnya.

Gadis itu berusaha melepaskan pelukan Haidar tapi pria itu jauh lebih erat memeluknya bahkan satu tangannya yang bebas menahan tangan Leona.

Bibir Haidar yang semula mencium macam ingin tahu, kecupan ringan, perlahan menjadi panas dengan lidahnya bermain di dalam mulut Leona. Gadis itu masih berusaha melepaskan diri namun Haidar menahan kepalanya hingga mau tidak mau, Leona merasakan ciuman pria itu.

Merasa kedua tangannya bebas, dengan sisa kekuatannya, Leona mendorong tubuh Haidar hingga pagutannya terlepas dan gadis itu pun berdiri dengan nafas tersengal-sengal. Haidar bisa melihat wajah terluka Leona dan air matanya tanpa diminta pun mengalir dari matanya yang indah.

“Ka … Kamu …” ucapnya tergagap. Leona mengambil tissue diatas meja dan mengelap bibirnya yang tadi dicium panas oleh Haidar.

Haidar membenarkan bajunya yang sedikit kusut.

“Well, setidaknya kita cocok di ciuman…”

PLAK!

Leona menampar pipi Hadiar dan gadis itu sudah bersiap jika pangeran itu menyerang dirinya. Ternyata Haidar diam saja dengan wajahnya yang tanpa ekspresi.

“Pikirkan baik-baik, Leona. Aku tidak takut melawan semua anggota keluarga kamu yang di Timur Tengah tapi aku memintamu menikah denganku bukan tanpa alasan.”

“Berikan alasan yang masuk akal! Bukan ada klausul aku harus melahirkan anak laki-laki! Memangnya aku bisa mengontrol kecebong kamu! Aku tidak suka jika kamu menganggap bahwa aku bisa dibeli seenaknya!” Bentak Leona.

“Sheikh Pahlevi dari Iran ingin menikahkan putrinya denganku.”

“Itu urusan kamu! Bukan urusan aku!” Cebik Leona.

“Menjadi urusan kamu karena aku tidak mau menikah dengannya!”

“Bilang saja kamu … Gay atau tidak tertarik menikah!”

Haidar menaikkan sebelah alisnya. “Bagaimana bisa kamu bilang aku gay padahal aku mencium kamu panas?”

Pipi Leona memerah karena tanpa sadar, dirinya pun menikmati ciuman pria itu. Ya ampun Leona, kamu sangat menyedihkan. Gampang terhanyut dengan ciuman seperti itu.

“Tolak saja. Kan beres!”

Haidar menggelengkan kepalanya. “Tidak semudah itu. Menikah denganmu, maka Iran tidak bisa melawan kami karena aku akan mendapatkan dukungan dari lima negara timur tengah.”

Leona melongo. “Jadi? Kamu …”

“Aku lebih baik ribut dengan keluarga kamu untuk menikahimu daripada harus perang!”

Leona memegang pangkal hidungnya. “Iran ingin mengikat Jordania untuk …”

“Kilang minyak dan nuklir."

“Tentu saja…” ucap Leona. “Dasar politik!”

“Kamu bisa paham kan?”

“Aku pelajari kontrak kamu dan aku keberatan jika dalam salah satu poinnya mengatakan aku harus melahirkan bayi laki-laki.” Leona menatap berani ke Haidar.

“Why?”

“Karena prince Haidar Abdullah, jika aku pun mau menikah denganmu, aku tidak akan tidur denganmu!”

Setelah percakapan tidak menemukan titik temu, Gaston mengantarkan Leona kembali ke hotelnya sementara Haidar duduk di kursi kerjanya sambil berpikir. Mata emasnya melihat kotak Cartier yang tertinggal di mejanya dan pria itu mengambilnya.

Haidar mengklik tombol di iMac nya dan menghubungi seseorang. Tak lama di layarnya muncul wajah seorang pria dengan garis khas Italia disana.

“Boleh tahu anda siapa?” Tanya pria itu dengan wajah dingin.

“Selamat malam Signor Accardi. Perkenalkan, saya Haidar Abdullah, prince of Jordania.”

Raul Accardi menatap datar. “Kamu itu hanya aktor yang berakting untuk melakukan scam kan?”

Haidar tertegun. Aktor?! Scam? Apa wajah aku wajah penipu?

Raul hanya diam tanpa ekspresi saat mendengar permintaan Haidar untuk meminang putrinya. Raul tidak menduga liburan putrinya kali ini menjadi kacau balau apalagi Leona baru dua hari di Amman. Bagaimana bisa ada seorang pangeran dengan yakinnya hendak menikahi putrinya? Apa dia tidak tahu jika Leona sangatlah bar-bar?

“Apa kamu yakin?” Tanya Raul.

“Saya yakin, Signor Accardi. Saya sudah tahu siapa keluarga Leona.”

“Apa tujuan kamu sebenarnya, Haidar?” Tembak Raul yang tahu pasti tidak ada udang di balik bakwan jika soal ini.

“Saya tidak mau negara saya menjadi tempat penyimpanan senjata nuklir. Jika saya menerima lamaran itu, anda bisa bayangkan bukan?”

“Kamu adalah penguasa Jordania, Haidar. Tidak ada yang berhak utak Atik negara kamu!” Tegas Raul.

“Sayangnya, saya pasti ditekan oleh keluarga Pahlevi. Saya menolak atau pun menerima pernikahan, pasti akan ada perang. Jika bersama Leona, mereka akan berpikir ulang.”

“Jika ini adalah pernikahan politik dan demi keuntungan kamu, aku tidak menyetujui!”

“Saya tahu tapi ini demi orang banyak, Signor dan mencegah perang dunia.”

Raul menghela nafas panjang. “Akan aku pikirkan tapi ingat Haidar, aku tidak silau dengan kekayaan dan kekuasaan kamu karena kami sudah kaya.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Noell
baru ingat nama klannya kenapa kek gak nyambung sama latar belakangnya... Pratomo identik Indonesia punya... sedangkan latar novel bukan orang2 Indo...
goodnovel comment avatar
Murti Puji Lestari
aku kok kebayang omongan si memed diawal, kalau kedengeran lennah apa ngak jadi rujak bebeh dia .........
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
awas lho Haidar nanti kamu bisa jadi bucin akut dan membagongkan..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perangkap Cinta Putra Mahkota    90. Time Will Tell ( END )

    "Kenapa ayah kamu ingin bertemu dengan kamu ?" tanya Ariel ke suaminya."Aku tidak tahu. Bisa jadi minta pengampunan, minta maaf meskipun menurut aku kecil kemungkinannya, atau minta keringanan hukuman. Apapun ceritanya, aku masih tetap tidak memaafkan dengan apa yang dia lakukan pada ibuku ! Dia begitu teganya !" amuk Drago.Ariel menoleh ke arah Bahar. "Apa paman Bahar mendapatkan informasi atau apapun kenapa Hasan Ishaaq ingin bertemu dengan suamiku?""Tidak tuan putri. Aku tidak mendapatkan apapun mengapa tuan Hasan ingin bertemu dengan tuan pangeran," jawab Bahar."Bagaimana kalau menurut paman? Apakah suamiku harus menemui Hasan atau tidak?" tanya Ariel demi bisa mendapatkan jawaban netral dari orang lain. "Menurut hemat aku, sebaiknya tuanku pangeran tetap menemui tuan Hasan. Memang sulit dan berat tapi demi kedamaian hati dan dendam anda. Umur kita tidak ada yang tahu dan aku berharap tuanku bisa paham maksud aku ini," jawab Bahar.Drago menatap istrinya. "Apakah aku harus men

  • Perangkap Cinta Putra Mahkota    89. Membongkar

    Drago memegang tangannya yang mulai terasa senut-senut akibat tadi dirinya menghajar ayahnya dengan sekuat tenaganya apalagi dia menyimpan dendam sejak usia lima tahun hingga menjelang usianya yang menjelang kepala tiga. Pria itu menatap Ariel yang memberikan senyuman dukungan ke suaminya. Ariel tahu rasanya menyimpan dendam selama itu, mengingatkan cerita oma buyutnya, Kaia Blair O'Grady yang harus menunggu sekian lama untuk membunuh pelaku pembunuh Edward Blair dan Yuna Partomo dengan kedok kecelakaan pesawat. Memang bukan Edward dan Yuna yang diincar melainkan teman bisnis mereka. Para petugas medis kemudian menghampiri Hasan Ishaaq untuk memberikan perawatan sementara seorang dokter kepresidenan mengambil darah Drago dari bekas lukanya guna dicek DNA nya dengan DNA Hasan Ishaaq. Hilmah yang terserang shock melihat suaminya terkapar, menatap penuh kebencian ke arah Drago. Ariel yang berjalan mendekati suaminya, melihat Hilmah hendak menyerang Drago. Putri Raja Yordania yang sudah

  • Perangkap Cinta Putra Mahkota    88. Drago Menghajar Hasan

    Hasan menatap tidak percaya saat mendengar ucapan Drago bahwa dia hendak menghukum dirinya seperti saat dulu dia membuat istri pertamanya tewas mengenaskan dengan tubuh terbakar bersama anjing kesayangannya. Hasan melihat mata penuh kebencian dari Drago dan sekarang putranya itu menjadi menantu penguasa Yordania. Betapa nasib itu sangat membuat seseorang menjadi berubah situasinya."Apakah dia itu ayahmu?" bisik Ariel ke Drago yang mengangguk. "Pantas kamu hajar, sayang."Drago tersenyum smirk mendengar kompor istrinya yang keluar jiwa bar-barnya. "Akan ada waktunya, sayang. Akan ada waktunya."Sidang pun dibuka sementara Hilmah menoleh saat Hasan mengatakan bahwa putra satu-satunya berada di ruang sidang. Entah karma atau bagaimana, Hasan tidak bisa mendapatkan keturunan dari empat istrinya yang lain. Banyak yang menganggap itu sebagai hukuman pria yang menyia-nyiakan istri pertamanya dan ada juga menganggap karma sebagai orang tidak tahu diri yang diangkat sebagai penguasa Yaman tap

  • Perangkap Cinta Putra Mahkota    87. Ke Yaman

    Ariel masuk kedalam kamarnya dengan waajh lelah dan mulai membuka pakaiannya sementara Drago pun menyusul masuk dan mengunci pintu kamarnya. Dia melihat istrinya merasa kesulitan melepaskan pakaiannya yang memang kancing belakang. Tadi Ariel meminta tolong padanya dan sekarang Drago berjalan mendekati istrinya."Need help?" goda Drago."Menurutmu bagaimana?" balas Ariel sambil menatap suaminya dari kaca besar yang ada di kamarnya."Sini, aku bantu membuka gaunmu. Lagipula, siapa sih yang merancang baju model begini? Bikin repot, tahu nggak?" omel Drago sambil melepaskan kancing-kancing di belakang gaun Ariel."Opaku, Alessandro Moretti," jawab Ariel santai. "Itu desain dibuat beliau sebelum meninggal dan diteruskan Opa Asher."Drago lupa kalau Ariel memiliki keluarga di dunia fashion. Rumah mode Morr dan Burberry adalah keluarga Ariel jadi tidak heran jika istrinya selalu memesan gaun atau pakaian terbaru dari dua rumah mode itu selain rumah mode lainnya. Ariel juga tidak alergi memak

  • Perangkap Cinta Putra Mahkota    86. Masalah Sponsor

    Drago rasanya ingin mencium bibir Ariel panas setelah mengatakan bahwa istrinya mulai belajar mencintai dirinya. Sungguh, Drago tidak yakin Ariel akan membela suaminya di depan keluarganya karena wanita itu selalu membicarakan soal perpisahan. Drago tersenyum dalam hati namun sesaat dia tampak berpikir. Apakah Ariel bilang seperti itu karena kasihan padaku yang sudah diterpa kejadian bertubi-tubi? Bukan cinta yang dia rasakan tapi kasihan? Aku tidak butuh dikasihani, sayang ! - batin Drago. "Apa rencana Abi dan Arbad?" tanya Ariel membuat lamunan Drago terganggu. "Kami? Menunggu Maher Assegaf maju menangkap Hasan Ishaaq. Bukan kapasitas kami dan Drago karena semua bukti biarpun itu kopiannya sudah kita berikan. Kita lihat saja dan yang jelas, aku yakin Drago pasti ingin melihat wajah ayahnya yang ditangkap bukan? Jika Maher tidak mampu, berarti kita tahu kwalitasnya seperti apa," jawab Haidar dingin. Ariel menoleh ke Drago. "Kita akan kembali ke Yaman jika paman kamu tidak bisa me

  • Perangkap Cinta Putra Mahkota    85. Keputusan Drago

    Arbad dan Leon menoleh ke arah Drago yang tampak serius. Kedua saudara lelaki Ariel itu merasa bingung karena Drago tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun. Bahkan keluarga Pratomo yang generasi kesembilan tidak semuanya memiliki previlige untuk mengautorisasi rekening siapapun tanpa ada surat keterangan dari tetua baik generasi ketujuh yang masih hidup atau generasi ke delapan. "Ariel tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun, Drago. Bagaimana bisa kamu mendapatkan banyak informasi?" tanya Arbad bingung."Ariel meminta tolong pada opanya, Jayde Neville," jawab Drago sambil terus menatap dingin ke Maher.Haidar tersenyum smirk. "Jika Oom Jayde Neville sudah ikut campur, makanya bisa keluar semua datanya. Sekarang, presiden Maher, bisa dijelaskan? Anda tahu sendiri kan siapa Jayde Neville. Dia adalah akuntan yang diakui dunia dan pemilik biro akuntan independen yang dipakai oleh banyak perusahaan dan negara karena tidak bisa disuap oleh apapun dan siapapun."Maher memucat saat Dra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status