Leona berjalan mondar mandir di kamar hotelnya sambil menggigiti kukunya pertanda dirinya sedang bingung dan panik.
Orang itu! Benar-benar seenaknya sendiri! Leona pun akhirnya duduk di sofa dan mengambil MacBook nya lalu mulai mencari tahu kasus apa yang terjadi di timur tengah. Ya Allah… Memang situasinya kacau. Leona bersimpuh diatas sajadah setelah ayahnya menghubungi dirinya tadi. Leona tidak menyangka Haidar mengatakan apa adanya dengan posisinya yang sulit. Ini memang pernikahan politik dan wajar jika Haidar membuat surat nikah kontrak karena bukan pernikahan sebenarnya, hanya melindungi rakyat Jordania. “Apa yang harus aku lakukan, ya Allah …” ucap Leona. “Masa aku harus menikah dengan jalan seperti ini?” Gadis itu meringkuk diatas sajadah sambil termenung. “Apakah itu hanya akal-akalan Haidar? Tapi aku membaca berita politik memang sedang ada krisis di Timur Tengah.” Leona melentangkan tubuhnya dan menghadap langit-langit hotel. “Kamu sih Leona, hanya gara-gara anting Cartier … Macam kamu tidak bisa beli saja, jadinya terbawa masalah kemana-mana.” Keesokan paginya, Leona sarapan di hotelnya sambil melamun karena dirinya merasa galau akan segala sesuatu yang datang bertubi-tubi. Bohong jika Leona tidak ingin menikah, dia sangat ingin menikah tapi tidak seperti ini! Leona menjadi ingat saat sepupunya, Daisy Mancini harus menikah lewat jalur ekspres dengan Dokter Lucky Buwono, namun akhirnya mereka bahagia apalagi dengan kehadiran jagoannya. Apa aku harus pakai jalur ekspres juga? - batin Leona. Tiba-tiba terdengar suara riuh di dekat pintu restauran hotel dan Leona sudah bisa menebak bahwa itu pasti Gaston. Leona mengacuhkan sambil menyesap kopinya dan memandang pemandangan dari jendela restauran. Leona tidak menoleh saat merasakan ada seseorang yang duduk di depannya. Harum parfum mahal tercium di hidung mancung Leona dan gadis itu merasa baunya berbeda dengan parfum yang dipakai Gaston kemarin. "Ada apa Gaston? Apa aku harus menemui tuanmu lagi?" tanya Leona tanpa menoleh. "Ada apa kamu cari Gaston?" Leona tertegun mendengar suara dalam dan dingin di hadapannya. Gadis itu lalu menoleh dan melihat Haidar sudah duduk di hadapannya dengan suit bewarna hitam-hitam. Sepertinya dia suka warna hitam. Taruhan di walk in closet nya 80 persen kemejanya bewarna hitam! - batin Leona. "Kukira Gaston. Ada apa yang mulia pangeran Haidar Abdullah?" Leona menundukkan wajahnya memberikan hormat ke pria itu. "Sudah selesai sarapannya? Ayo ikut!" Haidar pun berdiri dan menarik tangan Leona. "Eh? Eh? Tunggu! Tas aku ketinggalan!" Leona mengambil tas Longchamp nya yang disampirkan di kursi lalu berjalan sedikit terseret karena ditarik Haidar. Semua orang menundukkan kepalanya saat Haidar berjalan menuju lobby hotel dan menghela punggung Leona untuk masuk ke dalam mobil Mercedez Benz G-Class nya. Leona mengira bahwa mereka akan naik dengan sopir tapi tidak menduga jika Haidar menyetir sendiri. Leona tidak mengeluarkan sepatah katapun karena memilih untuk ribut di ruang kerja Haidar. Leona sedikit banyak hapal jalan ke istana milik pria itu karena memang di jalan utama. Mobil hitam itu pun tiba di istana kecil milik Haidar dan pria itu pun turun lalu membukakan pintu Leona guna membantunya turun. Haidar lalu berjalan terlebih dahulu di depan dengan diikuti Leona yang rasanya ingin menjitak kepala pangeran itu. Sayangnya aku kalah tinggi - batin Leona. Haidar pun masuk ke dalam ruang kerjanya setelah dua pengawal membukakan pintu besar itu dan Leona pun ikut masuk. Lagi-lagi Leona kagum dengan kemewahan ruang kerja pangeran Yordania itu meskipun dirinya juga termasuk anak orang kaya. "So, apa keputusan kamu?" tanya Haidar sambil bersandar di meja kerjanya dan kakinya yang panjang tampak disilangkan ke depan. "Aku ajukan pertanyaan dulu." "Shoot!" "Jujur sama aku. Ini bukan hanya soal kilang minyak kan? Ini soal nuklir bukan?" Leona menatap tajam ke Haidar. "Aku kira kamu tidak paham politik." "Daddy aku yang bilang, Haidar! Aku tidak suka politik tapi aku lebih tidak suka negara cantik ini menjadi penyimpanan nuklir!" bentak Leona kesal. "Jadi?" Mata emas Haidar menatap tajam ke putri pengusaha Raul Accardi itu. "Oke. Aku akan menerima tawaran kamu... Dengan syarat yang juga aku ajukan ke kamu." "Which is?" "Tidak ada tidur bersama, pernikahan hanya setahun sampai semuanya aman dan tenang, aku hanya minta ganti rugi setahun!" Haidar menaikkan sebelah alisnya. "Yakin?" "Yeah!" "Jika perasaan kamu berubah?" tanya Haidar. "Tidak akan!" jawab Leona yakin. Haidar berdiri dan mendekati Leona yang terpaksa harus mendongak karena kalah tinggi. "Sebenarnya tinggi kamu berapa sih?" tanya Leona. "190cm. Kamu? 150cm?" Leona memukul bahu Haidar. "Aku tidak sependek itu ! 167cm." Haidar menarik pinggang Leona lagi dan membuat gadis itu terkejut karena sudah dua kali pria ini membuat dirinya terperangkap dalam pelukannya. "Setahun?" tanya Haidar dengan nada dingin. "Setahun..." "Baiklah." Haidar melepaskan pelukannya membuat Leona sedikit terhuyung karena tubuhnya merasa kehilangan pelukan hangat itu. "Tanda tangani..." "Ganti dulu isi kontraknya ..." pinta Leona. Haidar memencet tombol di mejanya dan tak lama Gaston masuk. "Ada apa Tuanku?" tanya Gaston. "Ganti isi kontraknya." Haidar memberikan poin-poinnya ke Gaston sementara Leona berjalan-jalan di sekitar ruang kerja mewah itu dan melihat foto-foto diatas meja Konsul. Leona bisa melihat Haidar sangat mirip dengan ibunya. "Baik, saya segera ganti tuanku." Gaston membungkuk dan keluar dari ruang kerja Haidar. "Aku menunggu?" tanya Leona. "Yes." Haidar pun duduk di kursi kebesarannya dan mulai bekerja sementara Leona memilih untuk mengambil MacBook nya serta bekerja di sofa. Suara ponsel gadis itu berbunyi dan Leona menerimanya. Haidar bisa mendengar gadis itu berbicara dengan bahasa Italia yang diperkirakan berhubungan dengan pekerjaannya disana. Haidar sesekali melirik ke arah Leona yang sibuk dengan pekerjaannya. Pangeran tampan itu memang serius dengan keputusannya menikahi Leona karena dia butuh dukungan dari para pemimpin negara Timur Tengah untuk menolak pembangunan penyimpanan nuklir di wilayahnya. Haidar bisa saja menolak tapi dia juga tidak mau mengambil resiko dengan adanya kemungkinan perang dengan Iran. Jika dia menikah dengan Leona, paling tidak negaranya aman apalagi Paman Leona adalah raja Belgia dan sepupunya pangeran Inggris serta pangeran Arab Saudi. Ini memang pernikahan politik tapi Haidar harus melakukannya demi perdamaian di Timur Tengah. Cukup sudah permasalahan perang yang merugikan banyak orang serta menghilangkan banyak nyawa, ekonomi hancur dan keburukan lainnya. Susah payah leluhurnya membuat damai dengan tidak menyenggol siapapun dan ini yang sedang dia lakukan. Ayahnya, semenjak Fatimah meninggal, menjadi pribadi yang tertutup dan sulit mengambil keputusan. "Haidar..." panggil Leona. "Hhhmm..." "Aku tidak mau pesta mewah." Haidar menatap wajah Leona. "Apa maksudmu?" "Pesta pernikahan sederhana..." "Tidak!" potong Haidar. "Kamu harus tahu, kita akan menikah secara mewah untuk memperlihatkan kepada semua negara. Paham?" Leona memajukan bibirnya. "Padahal tidak perlu mewah karena semua orang tahu kamu menikah denganku." Haidar tertegun. Gadis ini anak orang kaya, bahkan termasuk keluarga Sultan tapi dia minta pernikahan sederhana? Ya ampun!"Kenapa ayah kamu ingin bertemu dengan kamu ?" tanya Ariel ke suaminya."Aku tidak tahu. Bisa jadi minta pengampunan, minta maaf meskipun menurut aku kecil kemungkinannya, atau minta keringanan hukuman. Apapun ceritanya, aku masih tetap tidak memaafkan dengan apa yang dia lakukan pada ibuku ! Dia begitu teganya !" amuk Drago.Ariel menoleh ke arah Bahar. "Apa paman Bahar mendapatkan informasi atau apapun kenapa Hasan Ishaaq ingin bertemu dengan suamiku?""Tidak tuan putri. Aku tidak mendapatkan apapun mengapa tuan Hasan ingin bertemu dengan tuan pangeran," jawab Bahar."Bagaimana kalau menurut paman? Apakah suamiku harus menemui Hasan atau tidak?" tanya Ariel demi bisa mendapatkan jawaban netral dari orang lain. "Menurut hemat aku, sebaiknya tuanku pangeran tetap menemui tuan Hasan. Memang sulit dan berat tapi demi kedamaian hati dan dendam anda. Umur kita tidak ada yang tahu dan aku berharap tuanku bisa paham maksud aku ini," jawab Bahar.Drago menatap istrinya. "Apakah aku harus men
Drago memegang tangannya yang mulai terasa senut-senut akibat tadi dirinya menghajar ayahnya dengan sekuat tenaganya apalagi dia menyimpan dendam sejak usia lima tahun hingga menjelang usianya yang menjelang kepala tiga. Pria itu menatap Ariel yang memberikan senyuman dukungan ke suaminya. Ariel tahu rasanya menyimpan dendam selama itu, mengingatkan cerita oma buyutnya, Kaia Blair O'Grady yang harus menunggu sekian lama untuk membunuh pelaku pembunuh Edward Blair dan Yuna Partomo dengan kedok kecelakaan pesawat. Memang bukan Edward dan Yuna yang diincar melainkan teman bisnis mereka. Para petugas medis kemudian menghampiri Hasan Ishaaq untuk memberikan perawatan sementara seorang dokter kepresidenan mengambil darah Drago dari bekas lukanya guna dicek DNA nya dengan DNA Hasan Ishaaq. Hilmah yang terserang shock melihat suaminya terkapar, menatap penuh kebencian ke arah Drago. Ariel yang berjalan mendekati suaminya, melihat Hilmah hendak menyerang Drago. Putri Raja Yordania yang sudah
Hasan menatap tidak percaya saat mendengar ucapan Drago bahwa dia hendak menghukum dirinya seperti saat dulu dia membuat istri pertamanya tewas mengenaskan dengan tubuh terbakar bersama anjing kesayangannya. Hasan melihat mata penuh kebencian dari Drago dan sekarang putranya itu menjadi menantu penguasa Yordania. Betapa nasib itu sangat membuat seseorang menjadi berubah situasinya."Apakah dia itu ayahmu?" bisik Ariel ke Drago yang mengangguk. "Pantas kamu hajar, sayang."Drago tersenyum smirk mendengar kompor istrinya yang keluar jiwa bar-barnya. "Akan ada waktunya, sayang. Akan ada waktunya."Sidang pun dibuka sementara Hilmah menoleh saat Hasan mengatakan bahwa putra satu-satunya berada di ruang sidang. Entah karma atau bagaimana, Hasan tidak bisa mendapatkan keturunan dari empat istrinya yang lain. Banyak yang menganggap itu sebagai hukuman pria yang menyia-nyiakan istri pertamanya dan ada juga menganggap karma sebagai orang tidak tahu diri yang diangkat sebagai penguasa Yaman tap
Ariel masuk kedalam kamarnya dengan waajh lelah dan mulai membuka pakaiannya sementara Drago pun menyusul masuk dan mengunci pintu kamarnya. Dia melihat istrinya merasa kesulitan melepaskan pakaiannya yang memang kancing belakang. Tadi Ariel meminta tolong padanya dan sekarang Drago berjalan mendekati istrinya."Need help?" goda Drago."Menurutmu bagaimana?" balas Ariel sambil menatap suaminya dari kaca besar yang ada di kamarnya."Sini, aku bantu membuka gaunmu. Lagipula, siapa sih yang merancang baju model begini? Bikin repot, tahu nggak?" omel Drago sambil melepaskan kancing-kancing di belakang gaun Ariel."Opaku, Alessandro Moretti," jawab Ariel santai. "Itu desain dibuat beliau sebelum meninggal dan diteruskan Opa Asher."Drago lupa kalau Ariel memiliki keluarga di dunia fashion. Rumah mode Morr dan Burberry adalah keluarga Ariel jadi tidak heran jika istrinya selalu memesan gaun atau pakaian terbaru dari dua rumah mode itu selain rumah mode lainnya. Ariel juga tidak alergi memak
Drago rasanya ingin mencium bibir Ariel panas setelah mengatakan bahwa istrinya mulai belajar mencintai dirinya. Sungguh, Drago tidak yakin Ariel akan membela suaminya di depan keluarganya karena wanita itu selalu membicarakan soal perpisahan. Drago tersenyum dalam hati namun sesaat dia tampak berpikir. Apakah Ariel bilang seperti itu karena kasihan padaku yang sudah diterpa kejadian bertubi-tubi? Bukan cinta yang dia rasakan tapi kasihan? Aku tidak butuh dikasihani, sayang ! - batin Drago. "Apa rencana Abi dan Arbad?" tanya Ariel membuat lamunan Drago terganggu. "Kami? Menunggu Maher Assegaf maju menangkap Hasan Ishaaq. Bukan kapasitas kami dan Drago karena semua bukti biarpun itu kopiannya sudah kita berikan. Kita lihat saja dan yang jelas, aku yakin Drago pasti ingin melihat wajah ayahnya yang ditangkap bukan? Jika Maher tidak mampu, berarti kita tahu kwalitasnya seperti apa," jawab Haidar dingin. Ariel menoleh ke Drago. "Kita akan kembali ke Yaman jika paman kamu tidak bisa me
Arbad dan Leon menoleh ke arah Drago yang tampak serius. Kedua saudara lelaki Ariel itu merasa bingung karena Drago tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun. Bahkan keluarga Pratomo yang generasi kesembilan tidak semuanya memiliki previlige untuk mengautorisasi rekening siapapun tanpa ada surat keterangan dari tetua baik generasi ketujuh yang masih hidup atau generasi ke delapan. "Ariel tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun, Drago. Bagaimana bisa kamu mendapatkan banyak informasi?" tanya Arbad bingung."Ariel meminta tolong pada opanya, Jayde Neville," jawab Drago sambil terus menatap dingin ke Maher.Haidar tersenyum smirk. "Jika Oom Jayde Neville sudah ikut campur, makanya bisa keluar semua datanya. Sekarang, presiden Maher, bisa dijelaskan? Anda tahu sendiri kan siapa Jayde Neville. Dia adalah akuntan yang diakui dunia dan pemilik biro akuntan independen yang dipakai oleh banyak perusahaan dan negara karena tidak bisa disuap oleh apapun dan siapapun."Maher memucat saat Dra