Share

Bab 6. Berbaikan

Aidan tak ingin keluar lagi kemana pun dan berharap bisa beristirahat usai kejadian di depan bangunan apartemen Malikha tadi sore. Sesungguhnya ia tidak bahagia. Niatnya adalah membuat Malikha terus mendapatkan kemalangan tapi rasa puas itu tak kunjung muncul.

“Pasti ada yang aneh padaku─” bunyi bel apartemen membuat Aidan harus mengurungkan niat untuk masuk kamar dan tidur. Ia membuka sendiri pintu apartemennya dan menemukan senyuman Jayden yang terluka.

"Ada apa denganmu?" tanya Aidan menyahut separuh memekik saat melihat keadaan Jayden yang terluka. Tanpa menunggu Jayden menjawab, Aidan langsung menarik lengan Jayden dan membawanya ke dalam apartemen mewahnya.

"Biasa, perkelahian antar geng," jawab Jayden singkat dan masuk ke apartemen Aidan seolah mereka baik-baik saja. Keduanya padahal belum berbicara satu sama lain usai bertengkar karena Malikha Swan. Akan tetapi sikap Aidan pun sama saja seperti kejadian sebelumnya.

"Siapa yang sudah menyerangmu?" tanya Aidan dengan wajah kesal begitu mereka duduk.

"Geng Kagawa." Jayden menjawab santai sambil tersenyum

"APA!" Aidan memekik kaget dengan raut marah.

"Brengsek! Lalu bagaimana keadaanmu, apa kamu terluka?" Jayden memperlihatkan lengannya yang berdarah dan Aidan sampai bernafas cepat melihatnya.

"Berani benar mereka. Apa mereka tidak tau siapa dirimu?" umpat Aidan kesal.

"Jadi kamu mencemaskanku ya?" goda Jayden sambil tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya bersamaan. Wajah cemas Aidan langsung berubah datar dan ia meluruskan tubuhnya setelah sebelumnya menyamping menghadap Jayden. Jayden jadi tergelak melihat sikap Aidan yang tiba-tiba berubah cuek.

"Oh iya, aku datang kemari untuk menginap," sambung Jayden masih terus menggoda setelah Aidan tidak memberi respon. Aidan masih malas bicara dan Jayden terus menyikut pelan lengannya sedang mengganggunya.

Setelah digoda beberapa saat oleh Jayden, akhirnya Aidan menyerah dan membiarkannya menginap di apartemen itu.

"Maafkan aku untuk kejadian beberapa hari lalu," ujar Jayden seraya bersandar di sandaran ranjang bersama Aidan yang duduk di sebelahnya.

"Aku juga minta maaf, seharusnya aku tidak melibatkanmu." Aidan membalas.

"Aku tidak keberatan soal itu. Setidaknya sekarang aku tahu apa yang sudah terjadi padamu." Aidan menoleh pada Jayden yang telah lebih dulu memandangnya.

"Kamu, Bryan dan Mars adalah anggota termuda kelompok kita. Aku menganggap kalian bertiga seperti adik-adikku sendiri. Jangan memendam ceritamu sendirian Aidan, bicaralah pada kami atau padaku, aku akan mendengarkanmu." Aidan menghela napas lalu menunduk.

"Itu bukan kisah yang menyenangkan untuk diceritakan," jawab Aidan dengan suara kecil.

"Tak ada satupun dari kita yang punya masa lalu yang menyenangkan, Aidan. Bahkan Shawn sekalipun. Tapi kita punya satu sama lain sekarang, kami adalah keluargamu. Jangan menepikan kami dan menghadapi semuanya sendirian," ujar Jayden menasihatinya dengan bijak. Aidan hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat tidak membalas nasihat tersebut.

"Butuh waktu bertahun-tahun bagiku untuk keluar menjadi diriku yang sekarang tapi sungguh aku ... tidak ingin kembali pada diriku yang dulu." Jayden mengangguk mengerti.

“Dulu aku gendut, semua orang mengejekku. Tidak ada yang mau berteman denganku kecuali Mars, Caleb dan Arjoona.” Aidan masih melirih dengan perkataan. Ia menundukkan lagi kepalanya dan tangan Jayden pun mengusap pelan kepala Aidan.

"Aku mengerti, kita semua terluka, Aidan. Kita semua harus melepaskan masa lalu dan tidak kembali pada kegelapan itu lagi. Aku pun begitu," ujar Jayden sambil terus mengusap. Aidan tersenyum tipis dan mengangguk perlahan. Ia senang Jayden mengerti soal dirinya dan beban yang ia hadapi.

"Satu hal yang harus kamu ingat, Aidan. Jangan melewati batasmu, kamu berbeda dari mereka. Jangan membuat dirimu sama buruknya dengan yang sudah dilakukan orang-orang itu padamu," tambah Jayden lalu mengelus kepala belakang Aidan.

Hubungan Aidan dan Jayden pun kembali seperti sebelumnya, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Aidan menjaga Jayden dengan baik, ia bahagia karena Jayden memilih untuk datang ke apartemennya. Aidan mengerti maksud kedatangan Jayden.

Berbeda dengan Arjoona yang selalu membagi waktunya untuk setiap anggota The Seven Wolves sama rata, Jayden lebih seperti Kakak di kelompok mereka. Jayden kerap berbicara secara personal dengan Aidan, Mars ataupun Bryan. Itu menjadikan Jayden semakin spesial bagi Aidan.

"Tidurlah, Kak," gumam Aidan pada Jayden yang hampir menutup matanya karena terlalu mengantuk. Jayden tersenyum dan mengangguk sementara Aidan menarik selimut lebih tinggi bagi Jayden. Aidan memilih tidur di kamar tamu agar Jayden bisa beristirahat dengan tenang di kamarnya.

Namun perkataan Jayden dan Mars kembali terlintas di benak Aidan. Jika ia membuat Malikha terus membencinya apa rencana balas dendamnya akan berhasil. Gadis itu sudah menderita dengan kehidupan miskinnya, apa yang bisa dilakukan Aidan lagi untuk membalasnya?

"Daripada membuat mereka membencimu lebih baik membuat mereka menyukaimu, mereka akan melakukan apapun untukmu." Kalimat Mars kemudian membuat ujung bibir Aidan naik membuat sebuah senyuman.

"Mungkin aku bisa mencoba cara lain," gumamnya melipat sebelah tangan di bawah pipinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status