Home / Romansa / Perangkap Hasrat Bos Mafia / Bab 4. Lunatic Pleasure? Menjijikkan!

Share

Bab 4. Lunatic Pleasure? Menjijikkan!

Author: MOON SAGE
last update Last Updated: 2025-04-22 13:48:44

Matanya menatap ngeri ke deretan alat-alat aneh di ruangan tersebut. Diantaranya berbagai macam borgol, cambuk, tali, dan alat kesenangan dewasa lainnya.

Beberapa diantaranya tergantung di sebuah rak tipis. Ada pula alat berbentuk aneh semacam pelana dari kayu berbentuk segitiga. Belum lagi palang silang besi dengan borgol di keempat sudutnya.

Semua terlihat asing dan mengerikan bagi Elena.

“Hehe… sepertinya kamu familiar dengan hal semacam ini, Ruby.”

Tawa kekeh Rixon tertangkap pendengaran Elena. Dia mengurai beberapa manik kemejanya, sehingga dada berbulu halus bisa terlihat jelas di mata Elena.

‘Jadi, di sini namaku Ruby sesuai dengan gaun tipis yang aku pakai saat ini?' Elena membatin.

Sekali lagi Elena menggeleng. Dia bukannya berpengalaman dengan alat-alat itu. Tapi, dia paham kegunaan alat-alat tersebut. Dia bukan anak kecil!

“Aku… aku belum pernah bersingungan dengan itu, tapi aku paham.” Elena memberikan alasan. “Jangan, kumohon jangan lakukan itu padaku! Aku sangat awam mengenai hobimu yang ini.”

Kening Rixon berkerut mendengar ucapan Elena. Tanpa banyak bicara, dia melambaikan tangan ke anak buahnya.

“Panggil Onix!” perintah Rixon.

Tak berapa lama kemudian, Onix datang ke Lunatic Pleasure. Ruangan itu didominasi warna merah dan hitam dengan pencahayaan sedikit temaram, menambah kesan misterius sekaligus eksotis.

“Bos sayang….” Onix mendekat ke Rixon yang duduk di single sofa besar.

“Kesayanganku.” Rixon tersenyum saat menyambut Onix.

Meskipun tersenyum, wajah Rixon masih terlihat mengerikan, beraura penuh bahaya di mata Elena. Pria itu bagaikan iblis baginya.

“Perhatikan dan belajarlah dari ini!” Rixon melirik tajam ke Elena. Itu seakan menjadi ultimatum darinya.

Dalam sekejap, tangan dan kaki Onix sudah dibelenggu pada palang silang besi. Matanya ditutup blindfold hitam, sungguh kontras dengan wajah putih dan bibir merah menyalanya.

“Angh!”

Onix memekik ketika gaun hitam tipisnya dirobek Rixon. Dia tertawa binal saat lidah Rixon menjelajahi sudut-sudut peka tubuhnya.

“Argh!”

Onix kembali memekik saat Rixon melecutkan cambuk kulit warna hitam ke paha mulusnya. Tapi setelah itu, dia mengerang manja.

Elena menatap adegan tak senonoh itu dalam diam, berdiri kaku di tempatnya. ‘Ini aneh. Sungguh tak normal! Apakah aku harus diperlakukan seperti itu?!’

Sambil meremas ujung gaun merah pendeknya dengan gugup, dia membayangkan apabila berada di posisi Onix. Seketika tubuhnya bergidik ngeri.

Tidak mau! Itu terlalu menjijikkan!

‘Bahkan Onix masih bisa mengerang keenakan ketika paha yang baru dicambuk itu ditetesi lelehan lilin? Gila! Mereka semua sakit!’ Elena menyeru di batinnya. ‘Aku tak paham dengan jenis kesenangan macam ini!’

Tanpa sadar, Elena menggeleng. Dia memeluk tubuhnya sendiri untuk menahan gemetar.

Kegilaan di depan mata membuat Elena ingin muntah. Itu terlalu menjijikkan baginya. Dia lekas membekap mulutnya karena tak ingin benar-benar menumpahkan makan malamnya secara percuma.

Rixon menyadari Elena yang memberikan gestur mual. “Kenapa, hm?”

“Ti-tidak apa-apa. Lanjutkan saja kegilaan kalian yang menjijikkan itu.”

Elena memalingkan pandangan. Ingin sekali dia keluar secepatnya dari Lunatic Pleasure.

Kening Rixon berkerut mendalam atas jawaban Elena.

Seketika, Elena menyadari dia sudah salah memilih kata. Segera dia bekap mulutnya. Bukan karena mual, melainkan takut jika salah bicara.

Dia tak mungkin dijadikan perkedel daging setelah ini, kan?

“A-aku minta maaf. Maksudku… aku….” Elena merasakan hawa dingin di punggungnya saat Rixon berjalan mendekat.

“Menjijikkan, yah?” Raut wajah Rixon terlihat suram. Tapi sejurus berikutnya, dia terkekeh, mirip iblis.

Dengan gerakan sederhana, Rixon melepas kemeja hitamnya dan memperlihatkan otot-otot maskulin di lengan dan torsonya.

“Arkh!” Elena tidak bisa tidak menjerit sewaktu tangannya dicekal dan ditarik Rixon. “Maafkan aku! Maafkan aku, Tuan!”

Kini dia ingin memilih mati saja daripada berada di cengkeraman iblis bernama Rixon.

“Bukankah sudah terlambat untuk meminta maaf, hm?” Suara berat Rixon mengalun rendah di dekat telinga Elena.

“Kyaahh!” Elena memekik saat dirinya dilempar ke tempat tidur.

Belum sempat dia bangun, tangannya sudah dikalungi borgol oleh Rixon yang bergerak cepat.

“Jangan! Aku tak mau! Jangan begini!” Elena menjerit panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 8. Sensasi Aneh yang Asing

    “Um…” Meski ragu dan takut, Elena tetap mendekat ke Rixon.Dia tak punya daya ataupun kuasa untuk menolak. Walau hatinya menjerit tak ingin, dia harus patuh demi ibunya.“Argh!”Pekikan pelan Elena timbul saat Rixon menarik tangannya. Tak bisa dicegah, dia jatuh di pangkuan si pria bengis sesuai perintah.“Haannhh….”Elena tak mampu menahan suara erangannya begitu tangan cabul Rixon meremas dadanya. Sedangkan tangan bebas si ketua mafia sudah melingkari pinggang rampingnya.Dengan posisi membelakangi Rixon di atas pangkuan pria itu, Elena tak perlu sungkan menampilkan wajah merah cerinya.Terlebih sewaktu tangan bejat Rixon menguasai kedua aset kenyal di dada Elena.“Hnnn… Tuan….”Dia melirik ke bawah demi melihat apa yang sedang dilakukan Rixon pada kedua bongkah kenyal miliknya yang berukuran cukup besar.“Hm, menyenangkan saat dipegang.” Suara berat Rixon terdengar berbahaya di belakang telinga Elena.Hingga ketika kedua tangan pria itu terus menjajah keindahan di dadanya, Elena me

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 7. Biarkan Aku Mengakhiri Semua!

    “Jangan, Nona!”Sebelum bilah itu menyentuh kulit pergelangan tangan Elena, Alma bergerak cepat meraih tangan Elena dengan sekuat tenaga. Dia sudah curiga sejak Elena membaca surat tadi. “Tolong jangan lakukan itu, Nona! Jangan!”Alma terus berjuang merebut pisau di tangan Elena.“Lepaskan, Bu Alma! Biarkan aku mengakhiri semuanya!” Elena berteriak, air matanya mengalir deras.Tapi Alma tak mundur. Dia justru mempertahankan bilah pisau dengan telapak tangan kosong, mencegah sisi tajam benda itu menembus kulit Elena.“Tidak, Nona! Anda tidak boleh begini! Anda tidak boleh mati!”Pisau itu kini jadi medan tarik menarik. Elena menangis sambil berusaha menguasai pisau, tangannya gemetar hebat. Tapi Alma berjuang menggenggam bilah tajam itu kuat-kuat.Crasshh!Darah mengucur dari telapak tangan tanpa bisa dihindari.“Bu Alma!” Elena terpekik kaget, tubuhnya membeku seketika.Pisau langsung dia lepaskan, jatuh ke lantai dengan dentingan dingin yang mengiris telinga.Alma terengah-engah, t

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 6. Menyerah Kalah

    ‘Tidak! Jangan….’ Elena menyeru di hatinya.Dia terperangkap dalam malam yang tak bisa diulang. Gaun merah yang menjuntai usai dikoyak, bagaikan kelopak mawar layu jatuh ke lantai. Hanya menyisakan tubuh yang menggigil, bukan karena dingin, tapi karena kepedihan yang menyelinap halus seperti belati beludru.Rixon seperti bayangan gelap dengan tatapan tajam seakan mampu membakar langit—menariknya ke dalam badai yang tak diminta.Tangis Elena tak bersuara, hanya mata yang berbicara, memohon pada langit yang pekat. Keheningan menjadi saksi, saat kesucian direnggut, bukan dengan cinta, tapi kekuasaan.Dan ketika pagi datang, dia bukan lagi gadis yang sama. Dalam diam, jiwanya berjalan menjauh dari tubuhnya sendiri.Batin Elena menjerit tak terima. Kesuciannya diambil dengan cara tidak terhormat dan sungguh mengenaskan.‘Kenapa aku harus berada di sini? Kenapa aku menuruti kemauan mau Ayah? Bajingan itu! Dia tega menjualku pada iblis!’Entah sudah berapa jam Elena harus menjadi Ruby, salah

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 5. Pemuas Kegilaan

    “Lepaskan! Tolong lakukan sewajarnya saja!” Elena menatap ngeri ke arah Rixon. Dia tak menyangka hidupnya akan berujung pada kegilaan macam ini. 'Semuanya salah Baskara!' Dia mengutuk sang ayah di hatinya.“Tolong jangan!”Mata Elena membelalak terkejut ketika mulutnya sudah diberi pembekap yang memiliki bola untuk dijejalkan di mulut. Gag ball. Dia pun kesulitan bicara.“Hnnghh! Nnnghh!” Elena berusaha berteriak, tapi sia-sia. Bola pembekap di mulutnya menghalangi keleluasaan lidahnya untuk melafalkan apa yang ingin dia ucapkan.Rixon tertawa terkekeh-kekeh melihat Elena menggeliat ingin berontak. Mata selicik iblisnya menatap tajam dengan bibir membentuk seringaian. Rixon sudah tak ada bedanya dengan predator yang bersiap melahap mangsanya.Brettt!“Nnnhh!” Jeritan Elena tertahan bola pembekap di mulut saat tangan agresif Rixon merobek paksa bagian dada gaun merah tipisnya.Ini bukan hal yang dia inginkan dalam hidupnya. Elena hanya bisa meraung tak terima dalam hati ketika da

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 4. Lunatic Pleasure? Menjijikkan!

    Matanya menatap ngeri ke deretan alat-alat aneh di ruangan tersebut. Diantaranya berbagai macam borgol, cambuk, tali, dan alat kesenangan dewasa lainnya.Beberapa diantaranya tergantung di sebuah rak tipis. Ada pula alat berbentuk aneh semacam pelana dari kayu berbentuk segitiga. Belum lagi palang silang besi dengan borgol di keempat sudutnya.Semua terlihat asing dan mengerikan bagi Elena.“Hehe… sepertinya kamu familiar dengan hal semacam ini, Ruby.” Tawa kekeh Rixon tertangkap pendengaran Elena. Dia mengurai beberapa manik kemejanya, sehingga dada berbulu halus bisa terlihat jelas di mata Elena.‘Jadi, di sini namaku Ruby sesuai dengan gaun tipis yang aku pakai saat ini?' Elena membatin.Sekali lagi Elena menggeleng. Dia bukannya berpengalaman dengan alat-alat itu. Tapi, dia paham kegunaan alat-alat tersebut. Dia bukan anak kecil!“Aku… aku belum pernah bersingungan dengan itu, tapi aku paham.” Elena memberikan alasan. “Jangan, kumohon jangan lakukan itu padaku! Aku sangat awam me

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 3. Ternyata Itu Dia!

    "Itu benar kamu!" Elena memekik, tubuhnya kaku saat menyadari siapa pria bertopeng itu sebenarnya. "Kamu... kenapa kamu di sini?!"Pria itu mematung sejenak, namun rautnya tak menunjukkan kejutan seperti Elena. Tatapannya justru berubah semakin gelap, dingin, dan tajam."Kenapa kamu pergi begitu saja malam itu? Tanpa pamit?" tanya Elena, suara gemetar namun penuh tuntutan.Entah mengapa, perasaan dikhianati muncul. Padahal mereka nyaris tidak saling mengenal.Namun pria itu tidak menggubris. Malah dengan geram, dia menindih Elena lebih erat."Berhenti bicara, wanita!" geramnya.Tubuh kekar itu menahan Elena yang kembali meronta dalam panik."Lepas! Jangan lakukan ini!" jerit Elena, namun suara dan tenaganya kalah jauh dibandingkan si pria.Tangan besar itu tiba-tiba melingkar di lehernya. Tak sampai mencekik penuh, tapi cukup membuat Elena nyaris kehabisan napas."Diam! Satu kata lagi dan aku benar-benar membuatmu tak bisa bersuara selamanya," desisnya dengan nada mengancam.Elena mem

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 2. Pria Bertopeng

    “Berani sekali kamu tidur ketika aku datang!” geram pria bertopeng.Dia menarik pundak Elena agar gadis yang sedang lelap itu tidak lagi dalam posisi tidur menyamping. Namun alangkah kagetnya dia ketika melihat wajah Elena.“Hm? Apa? Siapa?” Elena seketika bangun terduduk dan mendapati ada orang lain di dekatnya. Yang dia lihat, seorang pria tinggi dan gagah memakai topeng perak sedang berdiri di tepi ranjang menatapnya.“Ka-kamu, siapa kamu?” Elena memasang sikap waspada.Ini adalah tempat asing dan Elena teringat bahwa dia baru saja dijual ayahnya ke mansion ini. Maka, bisa saja pria yang kini ada di dekatnya adalah orang yang disebut sebagai raja mafia.Mafia. Dalam benak Elena, dia hanya bisa membayangkan sebuah organisasi kejahatan yang melakukan banyak tindak kriminal. Karenanya, dia bergidik ngeri menatap pria yang kini kian mendekat. Sejahat apa pria di depannya?“Tu-Tuan… saya… bolehkah saya pulang saja?” Suara Elena nyaris mencicit dikarenakan takut. Segera saja dia mengg

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 1. Dijual Ayah Sendiri

    “Ayah, jangan jual aku!” Elena Clarissa tersungkur di lantai granit putih dengan pola berlian yang mewah dan elegan. Dia berusaha menarik ujung jaket Baskara Adijaya, memohon belas kasihnya. Tapi, pria yang dipanggil Ayah tersebut bersikap acuh tak acuh.Baskara berjongkok sambil menatap Elena lekat-lekat. “Heh, jalang! Jika kamu ingin nyawa ibumu selamat, maka diam dan menurut lah!” Baskara tersenyum getir. Lalu, berdiri sambil merapikan jaketnya.Di hadapan mereka, berdiri seorang pria paruh baya, berkumis tipis dan memiliki tatapan mata yang tajam. Penampilannya cukup formal. Rambutnya tersisir rapi ke belakang. Dia adalah Butler di Mansion ini.Elena menduga, pakaian pria itu sangat mahal. Belum lagi, sepatu pantofel yang mengkilap. Membayangkan saja mampu membuat jantungnya berpacu lebih cepat.Baskara tersenyum pada Butler. Tatapannya melembut, sangat berbeda saat menatap Elena.Baskara membungkuk hormat. “Tuan Alan, dia putriku. Sesuai janjiku pada Don Rixon, dia akan kujadik

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status