Sebuah kiss mark dibuat Jonas di leher sisi kiri wanita itu dengan sengaja, ketika Audrey belum terbangun pasca dia dera semalaman. 'Kenang-kanangan dariku, Audrey Darling. Aku akan senang melihat tanda merah ini di kantor nanti!' batin Jonas dengan bandel. Dia bergegas turun dari ranjang yang nampak bak kapal pecah. Suara sayup-sayup gemericik air shower terdengar di telinga Audrey. Dia masih mengenakan penutup matanya dan terbaring telanjang di bawah selimut. Bagian intimnya pegal karena terlalu banyak digunakan untuk memuaskan hasrat klien setianya itu hingga beberapa jam lalu."Ouch ... Bunny benar-benar seperti kelinci jantan yang gemar kawin!" gumam Audrey seiring rintihannya yang spontan meluncur. Namun, anehnya justru dia merasa sedikit terhibur dengan percintaan liar bersama pria misterius itu. Cepat-cepat Audrey menepis pikiran tersebut karena teringat tujuan awalnya mendapatkan 25.000 USD."Hai, selamat pagi, Cantik!" sapa Jonas dengan handuk melilit di pinggulnya ketika d
"Apa? Kau mau memukulku, hahh?!" tantang Isabella MacConnor kepada suaminya seraya menyodorkan pipinya untuk ditampar.Namun, Jonas berpikiran beda dia meraup wajah wanita dingin nan galak itu lalu menautkan bibir mereka menjadi satu dalam ciuman panas. "Aargh!" teriak Jonas disertai desisan kesal karena bibirnya digigit kencang oleh Isabella. "Aku jijik dengan pria semacam kau, Jonas! Jangan pernah sentuh aku dengan memaksa seperti barusan, aku tak segan-segan melukaimu!" ancam Isabella dengan mata melotot.Dengkusan kesal Jonas mengawali langkahnya meninggalkan kamar tidur. Dia masih mengenakan kemeja dan celana kain. Jonas menuruni tangga dari lantai dua. Kemudian dia berseru kepada Marvin Balancini, kepala pelayan rumah yang menyambutnya di dasar tangga, "Panggil Donald untuk mengantarkanku ke penthouse sekarang juga, kutunggu di teras depan, Marv!""Baik, Master Jonas!" sahut Marvin lalu berlari ke kamar Donald Anderson untuk membangunkan sopir pribadi tuan mudanya.Jonas duduk
Pesawat yang membawa rombongan kunjungan pabrik Grup Benneton mendarat mulus di Bandara Los Angeles Internacional. Sesuai dengan perkataan Jonas, mereka memang dijemput oleh anak buahnya dengan mobil SUV operasional perusahaan cabang Santa Monica."Senang sekali bisa mendapat kunjungan lagi dari Anda, Mister Benneton!" ujar Phil Filbert, kepala cabang pabrik manufaktur makanan dan minuman kaleng Benneton Prime itu dari bangku samping pengemudi.Senyum ramah tersungging di wajah Jonas, dia pun membalas, "Terima kasih atas sambutan hangat Anda, Sir. Laporan produksi yang meningkat stabil dari cabang Santa Monica membuatku penasaran."Phil Filbert sedikit merasa bangga dengan performa cabang pabrik yang dipegangnya. Dia menjawab, "Saya akan menyampaikan apresiasi Anda ke anak buah nanti. Oya, apa factory visit akan dilakukan langsung hari ini, Mister Benneton?" "Ya, sebaiknya begitu karena cabang Santa Monica sangat luas pabrik dan gudangnya. Mungkin hingga lusa baru selesai kunjungan i
"Mrs. Isabella MacConnor, silakan masuk ke ruang praktik!" panggil perawat jaga di depan pintu. Wanita berambut pirang tersanggul rapi yang nampak anggun dan tak menampakkan gejala gangguan mental apa pun itu melangkah cepat di atas highheels 12 cm fashionablenya. Dia mengenakan kaca mata hitam keluaran Chanel untuk menyembunyikan sebagian wajahnya.Dari bangku praktiknya, Dokter Gabriel Benneton bangkit lalu menyambut pasien spesial itu. "Hello, Bella. Kejutan ... ada apa? Sudah lama kau tidak menjalani konseling bersamaku. Kupikir segalanya baik-baik saja!" ujar pria berperawakan tegap atletis berambut pendek bergelombang warna cokelat gelap itu. Sepasang mata turquoise miliknya identik dengan mata suami Isabella MacConnor.Berkebalikan dengan reaksinya terhadap Jonas, justru ketika berhadapan dengan Gabriel, wanita itu lebih kalem. Isabella memeluk dokter ahli kejiwaan langganannya yang merawatnya semenjak setahun yang lalu pasca mengalami pemerkosaan di jalan."Gabe, semalam Jona
Gabriel mengancingkan kemeja putihnya di depan cermin kamar tidurnya di kediaman Benneton. Dia sedang bersiap-siap untuk menemui Isabella MacConnor sesuai janji mereka tadi pagi. Ada kegalauan yang tersembunyi dalam hati kecilnya. Pertemuan di balik dinding kamar hotel yang akan mereka lakukan bisa mengarah ke hubungan yang tidak sehat terkait status ipar yang ada di antara dirinya dan Isabella.Seusai mengenakan jas biru navy dan menyisir rambut pendeknya yang tebal bergelombang itu, Gabriel turun dari kamarnya di lantai dua. "Hai, Gabe. Kamu mau pergi ke mana malam-malam begini?" tanya ibunya, Cecilia Benneton yang tak sengaja berpapasan di dasar tangga."Ohh, Mom, aku ada janji dengan kolegaku untuk dinner bersama. Aku pamit ya, salam untuk Dad bila beliau mencariku!" jawab Gabriel seraya mengecup pipi ibunya lalu melambaikan tangan seraya berjalan menuju teras depan.Kali ini Gabriel tidak diantarkan sopir dan memilih mengemudikan sendiri mobil sedan Maserati Quattroporte maroon
"DAMN IT!" desis pria itu disusul tawa kering singkat.Gabriel menahan napas dengan jantung yang nyaris melompat keluar dari rongga dadanya. Isabella terlalu menggoda dan membuat akal sehatnya melayang kabur entah ke mana.Di hadapan Gabriel yang duduk di tepi ranjang, wanita itu menurunkan risleting gaun sequin hitam yang tadinya menunjukkan lekuk tubuhnya dengan tegas. Sepasang bulatan kembar tanpa penyangga bergoyang lembut dan membuat rahang bawah Gabriel terjatuh. "No ... no ... no. Please stop, Bella!" sergah Gabriel sebelum gaun yang merosot turun ke perut wanita itu menelanjangi tubuh indah berlekuk feminin yang membuatnya terbakar birahi.Segera Gabriel menaikkan lagi bagian atas gaun hitam yang separuh terbuka itu hingga menutup kembali tubuh Isabella MacConnor. Adik iparnya mengomelinya, "Kau ini terlalu, Bella! Apa kau ingin aku kalap lalu melakukan hal yang tidak-tidak terhadapmu?!" "Gabe, kau bilang orang tuaku membutuhkan penerus keturunan. Apa bedanya kalau putra bun
"Pagi ini ada muat barang dari gudang ke kontainer di Santa Monica Pier untuk dikirim ke Eropa, Sir. Rencana akan turun barangnya di Pelabuhan Rotterdam, London, Barcelona, Dublin, dan Porto," lapor Philip Filbert ketika menemani Jonas berkeliling pabrik di bagian produksi minuman kaleng.Ketika melewati mesin pembuat soda, Jonas teringat dengan minuman favorit Audrey dan dia berkata, "Okay, aku ingin survey langsung ke pelabuhan, Mister Filbert. Oya, bisa minta sampel produksi terbaru Dazzling Soda rasa lemon dua kaleng?" Segera Philip menyuruh anak buah pabrik mengambilkan dua kaleng minuman soda produksi hari ini sesuai permintaan Jonas. "Silakan, Sir. Ini paling baru produknya!" ucap Philip seraya menyerahkan dua kaleng minuman berwarna kuning cerah itu ke tangan bosnya."Audrey, coba ini! Apa rasanya sesegar yang biasa kamu beli di minimarket?" Jonas membuka segel kaleng Dazzling Soda rasa lemon di tangannya lalu memberikan itu ke asisten pribadinya.Dengan ragu-ragu Audrey mene
"Baiklah, barang belanjaan dari California sudah diturunkan semua dari mobil. Beristirahatlah yang cukup. Sampai bertemu besok pagi, Audrey!" pamit Jonas seusai dia mengantar asisten pribadinya yang cantik ke unit apartemen kelas menengah di pusat kota Houston itu.Perlahan Audrey melangkah maju lalu berjinjit untuk mengecup pipi bosnya sekali dengan penuh keraguan. "Terima kasih, Mister Benneton. Uhm ... Anda orang yang sangat baik!" ucap Audrey dengan wajah merona.Jonas berdehem, dia menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Wanita itu jelas tak tahu apa yang menari-nari dalam benaknya. Dia benar-benar menahan hasrat untuk menarik Audrey ke sofa dan melakukan banyak hal menyenangkan berdua saja."Your very welcome. Aku pergi sekarang, Audrey. Bye!" sahut Jonas segera membalik badan kekarnya dan membulatkan tekad melangkah dengan kaki panjangnya ke pintu lalu menuju ke lift.Selepas kepergian bosnya, Audrey segera mandi cepat dan berganti pakaian yang lebih casual karena dia aka