“Prisilla, ini sangat tidak nyaman.”
William mendengar keluhan Amanda dan langsung menoleh. Gadis itu tampil berbeda. Dalam sekali lihat, tidak ada yang akan menyangka kalau gadis yang kini memakai dress biru polos, dengan kalung emas putih, serta gelang dari untain permata dan rambut yang disangul tinggi adalah orang yang sama dengan sebelumnya.
“Bagaimana hasilnya? Bagus, kan?” tanya Prisilla meminta pendapat William.
Mata William tak lepas memandang Amanda dari atas sampai bawah, menilai dan mencari cela dari dandanan yang sudah disesuaikan dengan calon istrinya. Namun, setelah tiga kali memutari Amanda, tidak ada cela yang terlihat oleh William.
“Aku tidak bisa berkomentar. Bagaimana aku bisa menemukan cacatnya jika ini sangat sempurna.”
Prisilla membusungkan dadan mendengar pujian yang diarahkan padanya. Ia memandang Amanda seolah mengatakan “Sudah kubilang, kan”. “Kamu akan memperkenalkank
Aneh sekali rasanya saat William mendapat pesan kalau ibunya ingin bertemu dengannya. Hubungan mereka sudah menjadi renggang saat lama. Bahkan atas keputusan ibunya William keluar dari rumah dan mengasingkan diri dari tempat seharusnya ia berada. Entah untuk alasan apa kali ini ibunya memanggil. Pasti ada sesuatu yang menyebabkan Esme memanggilnya dengan cara formal seperti ini.Saat ia sampai di teras samping rumah yang menghadap ke gazebo penuh dengan bunga mawar, William tidak menemukan Amanda di sana. Artinya hanya dirinya yang diundang ke acara minum teh siang itu.“Sudah lama, ya, kita tidak duduk berdua seperti ini.”Basa-basi seperti ini sangat memuakan untuk William. Karena ia hampir-hampir tidak pernah bersama dengan sang ibu secara normal. Bukan berarti wanita yang melahirkannya ini membenci William. Hanya saja, setelah ia bisa mengingat yang dilakukan William adalah belajar sebaik mungkin untuk menjadi pewaris bisnis perhotelan keluarga.
Prisilla memandang dengan antusias setiap jengkal isi dalam butik. Gadis itu jadi terlihat seperti anak lima tahun yang tangannya dipegangi di dalam taman bermain yang dengan tidak sabar menanti untuk dilepaskan berkeliaran.“Kamu boleh melihat-lihat,” kata William pada akhirnya.Ia tidak kuasa lagi menolak pesona tatapan Prisilla yang meminta dengan tatapannya untuk dilepaskan segera. Begitu William mengizinkan persis seperti anak lima tahu, teman Amanda itu melonjak gembira dan menghilang di antara rak-rak pakaian.“Apa dia selalu seperti itu setiap kali menemukan hal yang menarik?” tanya William pada Amanda yang duduk di sampingnya.Amanda yang terlihat melongo, hanya mengeleng. Mungkin saja Amanda tidak pernah pergi ke toko pakaian dengan Prisilla. Jika dengan alasan itu, pantaslah Amanda juga heran melihat tingkah temannya itu.“Kamu sudah makan?” tanya William. Ia tidak tahu harus mengobrol apa dengan Amand
Stefani: Gerakan bagus, ya.William tersenyum melihat foto yang dikirimkan Stefani padanya. Amanda ada di pangkuannya. Wajah gadis itu terlihat cantik dengan semu merah yang tertangkap di wajahnya.“Tuan … ini laporan keuangan yang Anda minta selidiki.”William meletakan ponselnya dan menerima berkas yang diminta selidiki. Data-data yang tampil di sana ada beberapa kekeliruan perhitungan. Akan tetapi tetap memperoleh tanda tangan darinya.“Aku tidak pernah merasa menandatangani berkas ini? Kapan ini terjadi, Pak?” tanyanya pada Azzar.“Saya rasa itu ketika Anda berada di Bali, Pak. Saya sudah menanyai yang bertanggung jawab pada berkas ini. Katanya berkas dikirimkan ke rumah sesaat sebelum Bapak berangkat dan diterima tidak lama setelah itu.”William memejamkan matanya. Sesuai dugaan ada seorang mata-mata di dalam pelayannya dulu. Ia tidak tahu siapa, tetapi cepat atau
Bukan tanpa alasan Esme mengirim gadis kecil yang menjadi yatim piatu karena kecelakaan yang disebabkan oleh sang suami. Ia sudah memikirkan matang-matang sebelum mengirim gadis kecil yang namanya hampir dilupakan itu. Pertama, bisa saja si gadis yatim piatu menjadi alat buat orang-orang untuk melemahkan William-nya. Kedua, gadis itu tidak memiliki hubungan apapun padanya, kecuali dirinya dan suamilah yang menyebabkan gadis tersebut yatim. Yang terakhir, ia tidak sanggup melihat gadis itu berkeliaran di sekitarnya, menanyakan di mana orang tua gadis itu berada. Setiap kali pertanyaan itu ditanyakan, ia kembali mengingat setiap detik kejadian naas yang menimpanya kembali.“Antarkan aku ke teras untuk minum teh,” suruhnya pada pelayan yang di belakangnya.Beberapa tahun yang lalu, Esme masih bisa mengunakan kursi roda sendiri. Awal tahun ini tangannya seolah tak mampu lagi digerakan secara sempurna. Itu sedikit menganggunya, tapi Wyatt sudah menyiapkan semua
“Hari ini sepertinya tidak baik,” kata Prisilla yang baru saja keluar dan masuk kembali.“Maksudnya?” tanya Amanda yang sedang duduk dengan sebuah buku yang dihadiahkan William semalam.Amanda baru membaca beberapa lembar saja dan kepalanya sudah pusing. Diperhatikannya Prisilla bertanya pada seorang pelayan tentang keberadaan payung. Pelayan tersebut berbalik dan pergi lebih jauh lagi ke dalam.“Hujan, Sayang,” keluh Prisilla. Ditariknya buku yang ada di tangan Amanda dan dibaca judulnya. “Tuan William ingin kamu jadi ahli filsuf ya? Bukunya berat,” komentar Prisilla.Amanda hanya bisa tersenyum kecut, menerima kembali buku yang diambil Prisilla tadi. Buku karya Regis Machdy itu cukup tebal dengan tulisan yang rapat. Mungkin tak akan menjadi soal jika Buku itu novel. Amanda akan membacanya sambil menangis jika itu berakhir tragis.“Katanya aku harus menambah wawasanku,” lapor Amanda.
“Aku benar-benar harus melakukan ini?” tanya Amanda menatap segala bentuk perawatan yang tersedia.Prisilla yang menjadi wali Amanda untuk beberapa hari ke depan mengangguk sambil tersenyum. “Ini akan membuatmu menjadi pengantin paling cantik di dunia.”Amanda memutar bola matanya karena kesal. Semua orang selalu memakai alasan itu untuk memaksa seorang pengantin melaksanakan apa yang mereka inginkan. Malahan ada juga yang memakai alasan yang sama untuk merogoh kocek lebih dalam dari yang seharusnya.“Jangan mengeluh-jangan mengeluh!” tegur Prisilla dengan riang sambil mendorong tubuh Amanda duduk di kursi malas yang tiba-tiba saja ada di kamarnya.Amanda berjalan dengan gontai. Ia sama sekali tidak mau melakukan hal yang seperti ada di depannya. “Aku masih bisa memakai lulur sendiri, Prisilla. Kenapa harus ada banyak orang di sini?” tanya Amanda.Ia hampir tidak mengenali para pelayan yang ada
Ada sesuatu yang mengelitik dada William. Sesuatu yang membuatnya merasa geli dan bahagia. Sesuatu yang kemudian ia sadar sebagai perasaan yang ditabukan. Ia tidak mau perasaan tersebut menguasainya dan mematikan logika yang sampai saat ini berhasil dipertahankan.“Anda mau minum teh, Tuan?” Azzar menawarkannya teh ketika masuk ke dalam ruangan kerja.Pria yang berusia sekitar 50 tahun lebih tersebut telaten dan sabar seperti kebanyakan pelayan lainnya. Nilai plus yang sampai saat ini ditemukan William dari Azzar adalah kepintarannya.“Ya, tolong teh camomillenya.”Azzar terdiam. Hal tersebut pasti karena permintaan William. Teh Camomille bukan kesukaan William. Biasanya ia hanya meminum teh jenis hitam asal Inggris dengan sedikit susu.“Anda … baik-baik saja, Tuan?”William mengibaskan tangannya. “Aku baik-baik saja, Pak Azzar. Hanya butuh ketenangan,” katanya.Azzar masih diam d
“Aku pasti sudah gila!”Amanda bergumam seperti itu sambil memegangi kedua pipinya yang memerah dan terasa panas. Jantungnya berdebar cepat dan ada keinginan aneh untuk berteriak karena gembira sekarang.“William hanya datang untuk memuji kukumu, Amanda, bukan hal lain!” Ia bergumam kembali memberi penegasan kepada dirinya yang masih ingin berteriak dengan girang.Walau pun sudah menyuruh dirinya untuk berhenti, tetap saja perasaan senang seperti itu datang pada Amanda. Perasaan tersebut menjalar ke seluruh tubuhnya, membuat ia bagaikan seekor kijang yang sedang belajar berjalan dengan benar.“Hem .. hem!”Amanda menoleh ke arah suara deheman. Teman yang menemaninya berada di rumah besar tersebut supaya tak merasa sendirian berdiri di ambang pintu. Ketika Prisilla tahu kalau ia sudah mendapatkan perhatian Amanda, ia mengedip dengan jail padanya.“Apa?”Amanda berpikir ia sudah membuat wa