Jajaran para karyawan dari seluruh lapisan tengah duduk berkumpul di dalam sebuah ruangan besar, mereka terlihat fokus mendengarkan sebuah program baru yang disampaikan seorang direktur dari transfortaksi taksi yang dinaugi oleh keluarga Morgan.Akan ada sebuah gebrakan baru yang diakukan oleh perusahaan pusat menjelang pergantian kepeminpinan.Rachel tengah berdiri di bawah panggung bersama seorang seorang eksekutif manajer dari devisi pelayanan.Ditengah suasana yang cukup penting dan serius, beberapa kali Rachel kedapatan menarik napasnya dengan berat, wanita itu kesulitan mengalihkan pandangannya dari sosok pria menawan yang kini tengah duduk dan berbicara dengan sepupu jauhnya.Alfred Morgan.Orang yang sudah lama Rachel tunggu akan kedatangannya, akhirnya kini menunjukan diri secara resmi.Alfred Morgan, seorang lelaki paling menawan yang Rachel lihat dalam hidupnya. Pria berparas tampan itu jarang menunjukan ekspresi, hal itu menyulitkan lawan bicaranya untuk bisa menebak jalan
Sunyi sepi dan dinginnya malam terasa menusuk, Floryn tengah duduk disebuah kursi kayu taman, gadis itu bergerak gelisah dan beberapa kali kedapatan meremas permukaaan pakaiannya untuk menghilangkan keringat dingin yang mengganggu.Setidap menit yang Floryn begitu mencekiknya.Dua puluh menit sudah Floryn menunggu, namun Nathalia masih belum menunjukan diri.Apakah Nathalia sedang menghukumnya dan membuat Floryn menunggu?Dengan sabar Floryn tetap diam ditempatnya, menunggu sampai akhirnya Nathalia datang setengah jam kemudian.“Maaf, membuatmu menunggu lama.” Nathalia segera duduk disebrang Floryn, ditangannya terdapat sebuah map berwarna hitam yang langsung diletakan di atas meja. Floryn menghembuskan napasnya dengan penuh kelegaan, gadis itu memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan melihat Nathalia yang terlihat tenang seperti biasa tidak menunjukan tanda-tanda dia tengah marah.Ketengangan di wajah Nathalia membangun sedikit keberanian Floryn untuk berakata, “Nyonya, saya
Floryn meninggalkan kediaman keluarga Morgan pada pukul depalan malam. Langit sudah gelap, jalanan sepi, hanya ada suara dedaunan yang bergerak ketika kelelawar terbang melintas menemani kesendirian Floryn.Floryn berjalan sendirian sambil memeluk skateboardnya, suasana hutan yang gelap membuat dia tidak dapat menggunakannya.Mungkin butuh waktu setengah jam lamanya untuk berjalan melintasi hutan dan bertemu dengan beberapa lampu jalanan. Tidak ada kendaraan umuM yang lewat karena hutan yang kini sedang Floryn telusuri itu masih bagian dari wilayah rumah keluarga Morgan. Sesungguhnya Floryn takut bertemu orang jahat ataupun hewan liar, jika dia berteriak tidak ada satu orangpun yang bisa mendengar, bahkan jika dia berlari masuk ke hutan, mungkin dia akan tersesat sepanjang malam.Ketakutan itu tidak berarti apa-apa karena saat ini suasana hatinya sedang sangat baik.Floryn sedang bahagia..Euphoria kesenangan masih terasa hingga sekarang, degup jantung Floryn berdebar cepat, bibirn
“Tu-tunggu, Tuan Muda!”Alfred membuang muka menyembunyikan menyeringai geli, dia sudah bisa menduga Floryn akan terpengaruh oleh kata-katanya.Alfred berdeham pelan mencoba untuk bersikap normal, “Ada apa?” tanya Alfred berpura-pura dingin.Dengan langkah terpincang-pincang Floryn berlari mendekat, pupil mata gadis itu gemetar ketakutan. Floryn harus mengabaikan amarahnya saat ini, kakinya telah terluka dan dia tidak bisa berjalan lebih cepat. “Tawaran Anda masih berlaku kan?” tanya Floryn.Alfred mengedikan bahunya mengisyaratkan Floryn untuk segera masuk.“Terima kasih, Tuan Muda,” bisik Floryn nyaris tidak terdengar, gadis itu bergeser ke sisi dan membuka pintu, duduk di kuris belakang.Senyuman senang Alfred menghilang dalam seperkian detik, pria itu menengok kebelakang melihat ekspresi polos Floryn yang sudah duduk dengan tenang. “Kenapa kau duduk di belakang? Kau pikir aku sopirmu?” tegur Alfred dengan.“Maaf, Tuan Muda, saya tidak bermaksud seperti itu.” “Pindah.”Dengan gela
“Flo, apa kau sakit?” tanya Julliet berdiri di ambang pintu kamar mandi, memperhatikan Floryn yang sejak tadi hanya duduk meringkuk dibathub, sesekali gadis itu menyeka air matanya yang membasahi pipi.“Aku baik-baik saja Julie,” jawab Floryn terdengar pelan.Seluruh tubuh Floryn tengah sakit, namun perasaannya yang jauh lebih sakit.Kata-kata Alfred Morgan telah merobek hatinya.Floryn sedang berusaha bangkit membangun rasa percaya dirinya, setiap kesempatan selalu Flroryn raih karena dia tahu bahwa dunia ini kejam, menjadi orang baik dan jujur saja tidak cukup, Floryn harus kuat.Kata-kata Alfred Morgan menghancurkan satu tangga yang baru Floryn ciptakan dalam hidupnya.Floryn tahu mana lingkungan yang baik dan buruk.Namun dunia tidaklah sesederhana itu, orang-orang tidak mau menerima seseorang yang bermasa lalu kelam tanpa mereka peduli seberapa beratnya Floryn berusaha keluar dari kekelaman itu.Disinilah Floryn diterima, disinilah Floryn bisa berteduh setelah dia terkurung dipen
“Kau siapa? Untuk apa mencari Flo?”Julliet tahu, selama ini Floryn selalu dikelilingi orang yang ingin mencelakainya, dia harus memastikan orang yang mencari temannya itu adalah seseorang yang tidak berbahaya. Julliet tidak boleh tertipu oleh penampilannya yang indah.Alfred menghela napasnya dengan berat, pria itu mengangkat tas kecil yang dijinjingnya dan menunjukannya kepada Julliet. “Aku harus mengantar obat ini untuk Flo karena dia sedang terluka. Jadi, apa Flo tinggal di gubuk, maksudku rumah itu?” tanya Alfred setelah serangkaian penjelasan singkatnya.Julliet mendengus kasar, dia sempat ingin bertanya siapa namanya, namun mendengar pria asing itu berbicara dengan nada arrogant, mendadak Julliet jadi kesal.Julliet bersedekap dan mengangkat dagunya dengan angkuh. “Biar aku melihatnya terlebih dahulu isi di tas yang kau bawa, siapa tahu kau membawa senjata,” pinta Julliet.Alfred terperangah kaget mendengar kat-kata Julliet yang mencurigainya. “Nyonya, apa penampilanku ini te
“Duduklah,” suara Alfred yang memanggil dan memerintah akhirnya terdengar.Floryn mengedarkan pandangannya mencari tempat untuk dia duduk selain kursi rotan yang kini tengah di duduki Alfred. Dilihatnya pintu rumahnya yang terbuka lebar, dia sangat berharap Julliet segera datang membawa obat untuknya.“Kenapa diam saja? duduklah.” Alfred menepuk sisi kursi yang didudukinya masih kosong. “Tapi, Tuan Muda.” Suara Floryn menghilang diudara, tubuhnya sedikit tersentak mendengar Alfred menepuk lebih kuat kursi rotan mengisyaratkan Floryn untuk segera duduk dan tidak banyak bicara.Ragu-ragu Floryn duduk di sisi Alfred, dia harus patuh dengan begitu Alfred bisa segera pergi dari kediamannya. Kembali terjebak berdua dengan Alfred Morgan begitu membuatnya sesak, Floryn selalu tidak mengerti dengan jalan pikirannya yang sulit dipahami.Sejak awal bertemu, Alfred menunjukan ketidaksukaannya, malam inipun dia bersikap demikian, namun apa yang membuat Alfred kembali datang? Jika Alfred benar-be
“Cepatlah, jangan membuang waktuku.”Floryn bergeser ragu-ragu, tanpa terduga gadis itu mendekatkan wajahnya dan menempatkan dagunya di tangan Alfred.Tubuh Alfred menegang kaku dengan mata terbelalak, terkejut oleh suatu tindakan Floryn yang tidak terduga. Kepala Floryn berada di tangannya, gadis itu menatap polos seperti seekor anak kucing yang sedang menunggu mendapatkan usapan dikepalanya.Alfred menarik napasnya kesulitan, merasakan degup jantungnya memacu cepat seakan mau meledak, darahnya berdesir panas menciptakan sempurat merah dipipinya.Bibir Alfred terkatup rapat menahan teriakan makian, memarahi kelancangan Floryn yang sudah membuatnya salah tingkah seperti seorang remaja yang berada dalam gejolak masa pubertasnya.Apa yang harus Alfred lakukan sekarang? Dia tidak tahan ingin mengusap kepalanya seperti seekor kucing peliharaan.Tangan Alfred terkepal kuat sampai buku-buku jarinya memutih, berusaha kuat untuk tetap bersikap tenang tanpa menunjukan seberapa kacau pikiranny