Floryn Danika dibuang keluarganya dan dipenjara lima tahun karena sebuah fitnah kejam. Kehidupan Floryn semakin memburuk setelah keluar dari penjara, sampai pada akhirnya dia bertemu Alfred Morgan, seorang pilot tampan, datang dan menawarkannya sebuah bantuan untuk mengungkap kebenarannya. Lantas, bagaimana kisah Floryn? Dan mengapa Alfred ingin membantunya...?
View More“Tu-tunggu, Tuan Muda!”Alfred membuang muka menyembunyikan menyeringai geli, dia sudah bisa menduga Floryn akan terpengaruh oleh kata-katanya.Alfred berdeham pelan mencoba untuk bersikap normal, “Ada apa?” tanya Alfred berpura-pura dingin.Dengan langkah terpincang-pincang Floryn berlari mendekat, pupil mata gadis itu gemetar ketakutan. Floryn harus mengabaikan amarahnya saat ini, kakinya telah terluka dan dia tidak bisa berjalan lebih cepat. “Tawaran Anda masih berlaku kan?” tanya Floryn.Alfred mengedikan bahunya mengisyaratkan Floryn untuk segera masuk.“Terima kasih, Tuan Muda,” bisik Floryn nyaris tidak terdengar, gadis itu bergeser ke sisi dan membuka pintu, duduk di kuris belakang.Senyuman senang Alfred menghilang dalam seperkian detik, pria itu menengok kebelakang melihat ekspresi polos Floryn yang sudah duduk dengan tenang. “Kenapa kau duduk di belakang? Kau pikir aku sopirmu?” tegur Alfred dengan.“Maaf, Tuan Muda, saya tidak bermaksud seperti itu.” “Pindah.”Dengan gela
Floryn meninggalkan kediaman keluarga Morgan pada pukul depalan malam. Langit sudah gelap, jalanan sepi, hanya ada suara dedaunan yang bergerak ketika kelelawar terbang melintas menemani kesendirian Floryn.Floryn berjalan sendirian sambil memeluk skateboardnya, suasana hutan yang gelap membuat dia tidak dapat menggunakannya.Mungkin butuh waktu setengah jam lamanya untuk berjalan melintasi hutan dan bertemu dengan beberapa lampu jalanan. Tidak ada kendaraan umuM yang lewat karena hutan yang kini sedang Floryn telusuri itu masih bagian dari wilayah rumah keluarga Morgan. Sesungguhnya Floryn takut bertemu orang jahat ataupun hewan liar, jika dia berteriak tidak ada satu orangpun yang bisa mendengar, bahkan jika dia berlari masuk ke hutan, mungkin dia akan tersesat sepanjang malam.Ketakutan itu tidak berarti apa-apa karena saat ini suasana hatinya sedang sangat baik.Floryn sedang bahagia..Euphoria kesenangan masih terasa hingga sekarang, degup jantung Floryn berdebar cepat, bibirn
Sunyi sepi dan dinginnya malam terasa menusuk, Floryn tengah duduk disebuah kursi kayu taman, gadis itu bergerak gelisah dan beberapa kali kedapatan meremas permukaaan pakaiannya untuk menghilangkan keringat dingin yang mengganggu.Setidap menit yang Floryn begitu mencekiknya.Dua puluh menit sudah Floryn menunggu, namun Nathalia masih belum menunjukan diri.Apakah Nathalia sedang menghukumnya dan membuat Floryn menunggu?Dengan sabar Floryn tetap diam ditempatnya, menunggu sampai akhirnya Nathalia datang setengah jam kemudian.“Maaf, membuatmu menunggu lama.” Nathalia segera duduk disebrang Floryn, ditangannya terdapat sebuah map berwarna hitam yang langsung diletakan di atas meja. Floryn menghembuskan napasnya dengan penuh kelegaan, gadis itu memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan melihat Nathalia yang terlihat tenang seperti biasa tidak menunjukan tanda-tanda dia tengah marah.Ketengangan di wajah Nathalia membangun sedikit keberanian Floryn untuk berakata, “Nyonya, saya
Jajaran para karyawan dari seluruh lapisan tengah duduk berkumpul di dalam sebuah ruangan besar, mereka terlihat fokus mendengarkan sebuah program baru yang disampaikan seorang direktur dari transfortaksi taksi yang dinaugi oleh keluarga Morgan.Akan ada sebuah gebrakan baru yang diakukan oleh perusahaan pusat menjelang pergantian kepeminpinan.Rachel tengah berdiri di bawah panggung bersama seorang seorang eksekutif manajer dari devisi pelayanan.Ditengah suasana yang cukup penting dan serius, beberapa kali Rachel kedapatan menarik napasnya dengan berat, wanita itu kesulitan mengalihkan pandangannya dari sosok pria menawan yang kini tengah duduk dan berbicara dengan sepupu jauhnya.Alfred Morgan.Orang yang sudah lama Rachel tunggu akan kedatangannya, akhirnya kini menunjukan diri secara resmi.Alfred Morgan, seorang lelaki paling menawan yang Rachel lihat dalam hidupnya. Pria berparas tampan itu jarang menunjukan ekspresi, hal itu menyulitkan lawan bicaranya untuk bisa menebak jalan
“Alfred tunggu.” Melisa menangkap tangan Alfred dan menahan langkahnya, sejak tadi ada sesuatu yang mengganjal hati Melisa karena ada sesuatu yang salah dibalik penampilan sempurna pria itu. Melisa mengangkat tangan Alfred dan meneliti jemari panjangnya yang polos tanpa mengenakan apapun. “Dimana cincin pertunangan kita? Kenapa kau tidak menggunakannya?” tanya Melisa dengan serius.Rahang Alfred mengetat, inilah mengapa dia malas didampingin siapapun, selalu ada hal yang tidak dia suka harus dilakukan.“Alfred, jawab aku,” desak Melisa dengan penuh tekanan.Tubuh Alfred menegak, diam-diam dia melirik Piper yang berdiri beberapa meter dari mereka tengah membuang muka berpura-pura tidak melihat tuan mudanya karena tidak mau terlibat apapun.Sejujurnya, Alfred lupa menaruh cincin itu dimana, terakhir kali dia menggunakannya adalah dua dua minggu lalu sebelum melakukan penerbangan ke Monaco.Selama ini, Alfred sudah terbiasa hanya menggunakan cincin pertunangan mereka ketika sedang berad
Floryn berdiri di ambang pintu dengan keranjang besar berisi pakaian kotor yang harus dia bawa kebawah, dilihatnya Nara yang terlihat sibuk melakukan sesuatu di dalam rumah-rumahannya.Floryn tahu jika Nara sedang murung, anak itu tidak tidak mengeluarkan banyak energy seperti biasanya untuk melakukan sesuatu.Ada sepercik rasa bersalah yang muncul, andai saja Floryn mengabaikan perintah tamu Nathalia dan fokus menemui Nara, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Seharusnya, Floryn memprioritaskan Nara karena dia yang harus selalu diutamakanHal yang wajar jika Nara marah, dia tidak patut disalahkan. Andaipun Nara bersikap tidak sopan dengan mendorong barang milik Melisa, semua orang harus bisa memahami karena Nara tidak pandai mengendalikan emosi maupun menyampaikan perasaannya lebih detail.Entah harus dengan cara apa kini Floryn meminta maaf pada gadis kecil itu. “Nona, sudah waktunya untuk Anda sarapan pagi.” Nara menggeleng tanpa suara, dia tidak mau turun kebawah selama Melisa
Suara dentingan lift terdengar, Alfred berjalan keluar mencari keberadaan Steve. Beberapa buah pilar besar berlapis marmer dia lewati hingga area ballroom, langkah kaki Alfred terhenti didepan sebuah telepon, diambilnya gagang telepon, Alfred menekan beberapa nomer. Dia terlalu malas pergi ke dapur hanya untuk memesan segelas kopi dan sarapan pagi yang harus diantar keluar.“Dengan Felix disini,” sahut Felix menyambut panggilan Alfred.“Ini aku, Alfred. Aku ingin segelas kopi dan waffle, antarkan ke dekat danau sekarang.”“Baik, Tuan Muda.”Alfred segera memutuskan sambungan teleponnya dan pergi melewati beberapa pintu, dia akan pergi lewat belakang agar tidak bertemu dengan banyak orang“Kasihan sekali anak itu, dia sudah menghadapi kesulitan yang tidak mudah untuk ditangani,” ucap Piper diantara kesibukannya yang tengah merapikan satu persatu tas belanjaan yang berserakan dilantai.Beberapa pelayan lain tengah membersihkan pecahan guci dan memasukannya kedalam kotak khusus.“Lupakan
“Barang yang pecah itu berharga seratus ribu dollar.”Pupil mata Floryn membesar, jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat, dengan lemah dia mundur beberapa langkah kehilangan banyak tenaga begitu tahu harga guci yang telah lalai dia jaga dan kini berserakan pecah di lantai.Floryn kebingungan dengan apa yang harus kini dia lakukan, lidahnya kelu tidak mampu berbicara, dia hanya bisa menekan dadanya yang begitu sesak diluapi desakan ingin menangis.Saratus ribu dollar adalah uang yang begitu luar biasa besar untuknya.Jika Melisa menuntut ganti rugi, darimana Floryn mendapatkan uang sebesar itu? Jangankan memiliki uang seratus ribu dollar, menjual seluruh barang dan jiwa raganya saja tidak akan sampai semahal itu.Tangan Floryn gemetar berkeringat dingin, gadis itu hanya bisa tertunduk menahan tangisan sedihnya. Tidak hanya takut menghadapi tuntutan ganti rugi, Floryn juga sangat takut jika ini akan menjadi hari terakhirnya bekerja.“Nyonya, meski Nara yang memecahkan guci saya, namun
“Minta maaf,” tuntut Melisa tiba-tiba.Mata Floryn terbelalak dengan ketidak mengertiannya, tuntutan Melisa terdengar begitu konyol. Memangnya, dimana letak kesalahannya? Apa salah jika dia bertanya ketika tidak mengerti?Siapa sebenarnya wanita angkuh yang berdiri di hadapannya itu? Mengapa dia jauh lebih menyebalkan dari tuan mudanya?“Nona, dimana sebenarnya letak kesalahan saya?” tanya Floryn.Tangan Melisa terlipat didada. “Pertama, kau bertindak tidak sopan, seorang pelayan tidak sepantasnya menunjukan wajah dan membalas tatapan tuannya saat berbicara. Kedua, kau terlalu sering mengajak berbicara dan lebih banyak bertanya, seharusnya kau diam dan patuh saja dengan apa yang aku perintahkan.”Floryn terperangah dalam beberapa detik, jawaban Melisa terkesam mengada-ada seolah apapun yang dilakukan olehnya menjadi sebuah kesalahan. Pada akhirnya, sebuah kalimat terucap dari mulutnya, “Nona, apa yang Anda katakan barusan tidak ada dalam aturan kontrak peraturan kerja saya.”“Kau..”“F
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.