Share

Part 8

PoV Arfan

"Pak, tolong beri saya kesempatan. Bukan saya yang menggodanya, Pak. Angel sendiri yang menyerahkan diri pada saya, Pak!" sahutku penuh mengiba, kuatur sedemikian rupa dengan bersuara lirih. Tak peduli dianggap lelaki seperti apa, yang jelas, aku tidak ingin kehilangan jabatan sebagai Manager. Aku bertekuk lutut, berharap diberi kepercayaan lagi. Dan Pak Sanjaya menarik semua ucapannya.

"Mas! Kamu apa-apaan, sih. Kita ngelakuin atas dasar suka sama suka. Kamu saja yang lemah iman!" bentak Angel. Kutatap dia dengan tatapan nanar, lalu menyunggingkan ujung bibir ini padanya.

"Diam! 'Kan memang begitu adanya, kamu yang duluan menggoda saya, Angel!" telunjukku mengudara pada perempuan yang sudah menangis penuh isakan itu. Air matanya begitu deras membasahi pipi. Baru kali ini aku melihatnya menangis, akan tetapi sedikit pun aku tak luluh. Lebih baik kehilangan Angel, ketimbang kehilangan popuritasku.

'Pak, saya mohon beribu mohon, Pak. Tolong beri lagi kesempatan pada saya. Kurang lebih tiga bulan saya sudah berikan kontribusi yang besar terhadap perusahaan ini," tambahku lagi. Kini, kutitikan air mata, agar Pak Sanjaya bisa luluh. Sangat jarang bukan, ada lelaki yang meneteskan air mata sepertiku. Aku melakukan ini tentu ada tujuannya.

"Apa bedanya dengan aku, Mas. Kamu tanpa aku juga bukan siapa-siapa. Kerjaan kamu juga banyak terbantu karena ada aku," jawab Angel lirih, kedua tangannya masih sibuk menyeka setiap bulir bening yang masih berlomba jatuh tanpa jeda.

"Pak, saya juga mohon. Pertimbangkan lagi, saya masih banyak berharap dengan posisi sekarang," ujar Angel juga penuh dengan harapan. Tapi aku berharap, Pak Sanjaya tidak menerima permohonan Angel, dan hanya menerima permohonan aku saja.

"Saya juga tulang punggung keluarga, Pak. Mohon pertimbangkan lagi ucapan Bapak tadi!" pinta Angel penuh harap. Tapi memang Angel adalah anak semata wayang yang bertanggung jawab penuh menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lumpuh akibat kecelakaan sepuluh tahun silam.

"Pembelaan mur*h*n apalagi yang mau kau ucapkan, Bapak Arfan? Katakanlah! Kau benar-benar lelaki pengecut ternyata, ya. Saya sungguh menyesal telah menerima kamu bekerja di sini!" bentak lelaki bertubuh atletis itu. Dia semakin garang padaku. Namun, bukan Arfan namanya akan menyerah begitu saja. Menjilat tanah pun aku mau, asal posisi jabatan Manager kembali ke tanganku.

"Lelaki yang sudah tak punya muka, setelah melakukan zina di kantor ini. Seenak jidat meminta padaku untuk tetap bekerja di sini. Ternyata bukan hanya hatimu yang rusak, otak, serta pikiranmu sepertinya ikut yang berfungsi juga."

"Apa? Kalian berdua membahas soal loyalitas? Hah? Hahahahahahaha." Pak Sanjaya tertawa berbahak-bahak, ingin rasanya memberi pelajaran pada mulutnya itu. Namun kuurungkan demi tujuan tetap bekerja di sini. Aku butuh uang, butuh jabatan, serta butuh sanjungan.

"Pak, saya mohon. Tolong, beri saya satu kesempatan lagi. Dan, saya minta diganti saja sekretarisnya. Jangan Angel, saya tidak mau lagi berurusan dengan wanita penggoda seperti dia."

"Anda benar-benar lelaki tak tahu malu, ya, Arfan!"

"Anda juga Angel! Pantas saja kalian sepaham, karena sama-sama tidak punya otak!"

Pak Sanjaya pun menelepon seseorang ... Jantungku semakin berdegub kencang.

"Sepertinya Anda lebih suka dengan cara kekerasan ya, Arfan."

"Permisi, Pak," ucap lelaki berkumis tebal. Suara Pak Terno menggelegar di dalam ruanganku. Jadi, dia yang dihubungi Pak Sanjaya tadi. Pak Terno seorang satpam senior mempunyai tubuh kekar seperti Dedy Combusinar, belum apa-apa matanya sudah menyalang sempurna. Sangat sangar dia menatapku disela menatap Pak Sanjaya.

"Tuh! Ada santapan lezat untukmu pagi ini!" ujar Pak Sanjaya pada Pak Terno dengan melirik matanya padaku dan Angel bergantian. Pak Terno pun dengan sigap menatap padaku dan Angel. Rahang lelaki berkulit hitam pekat itu tampak mengeras hingga urat lehernya pun bermunculan. Aku yang tengah berdiri di dekat meja kerja tiba-tiba merasa gemetar. Terbayang dibenakku kasus mutilasi yang sangat marak terjadi sekarang ini.

"Aman, Pak. Bapak mau-nya gimana? Digoreng atau dijadikan rendang saja mereka ini. Sebentar lagi juga mau hari Raya Idul Adha rasanya cukuplah daging mereka menjadi santapan Doly," ujar Pak Terno. Doly adalah anjing peliharaan perusahaan ini. Sengaja, jika ada kejanggalan di malam hari akan cepat teratasi. Ibaratnya Doly adalah satpam kedua berbentuk makhluk lain yang menjaga kantor ini. Aku pernah bertemu sekali dengan binatang buas satu ini, di kala melewati basemant.

Ya, ada kandang permanen yang dibuatkan khusus untuk binatang satu itu. Melewati dia saja dari dalam kandang sudah membuat bulu kudukku merinding hebat, apalagi ....

"Kamu seret lelaki yang tidak punya otak itu dari ruangan ini!" perintah Pak Sanjaya. "Oh, iya. Saya lupa, wanita mur*h*n itu juga kamu seret sekalian. Biar orang sekantor ini melihat wajah mereka berdua," tambah Pak Sanjaya.

"Saya tidak mau pelaku penzinaan masih memijakkan jejaknya di kantor ini. Lepas kamu seret hingga lobbi, saya serahkan seutuhnya pada kamu Pak Terno!"

Baik, Pak. Mereka hal gampang bagi saya. Sini kalian!" Pak Terno menarik krah bajuku dan juga menarik krah baju Angel. Sungguh menyeramkan seperti tal punya hati. Iblis, ya, dia tampak seperti iblis tidak punya hati nurasi menyeretku dan Angel bagaikan bin*t*ng.

Namun, walaupun demikian, nyaliku tak gentar, mulutku masih ingin berusaha, kali saja Pak Sanjaya akan luluh, "Pak, tolong, Pak. Beri saya kesempatan sekali lagi, Pak. Saya mohon dengan sangat. Saya tulang punggung keluarga, Pak," pekikku sekuat tenaga. Namun, ternyata hanyalah mimpi saja. Ternyata, Pak Sanjaya tidak bisa aku kendalikan. Padahal tadi rasanya akan mempan berucap seperti tadi.

"Pak, jangan seret saya seperti ini. Saya tidak ingin dilihat karyawan lain dengan cara seperti ini. Pak ... Pak Sanjaya, beri saya satu kesempatan lagi, Pak. Saya janji akan menjadi karyawan teladan di kantor ini. Pak ...."

"Heh ... kalian berdua bisa diam. Atau mau saya peras mulut kalian itu dengan tangan saya ini. Hah!" Ancaman Pak Terno membuat aku diam seketika begitu pun dengan Angel.

Mulutku dan Angel pasti akan hancur lebur dalam genggaman tangan Pak Terno.

Ampun dah, nih sama si Arfan ??

PERCERAIAN YANG TERINDAH

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status