Share

Pencarian

Author: Shilla07
last update Last Updated: 2025-01-07 15:43:37

Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.

Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.

Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perjaka itu sebagai syarat persetujuan atau penghormatan kepada leluhur mereka. Terlihat Ki Ageng merapalkan mantra-mantra yang seolah-olah ia memberikan energi tak kasat mata pada tiga pemuda tadi.

Ketiganya mulai memejamkan mata sesuai perintah dukun sakti tersebut, seolah pasrah dengan keadaan yang ada, tangan mereka saling menggengam dan masing-masing tangan kiri mereka telah diikat oleh benang merah. Dukun itu berpesan agar mereka jangan sampai melepas benang merah tersebut.

Ketika keduanya membuka mata terdengar Suara Ki Ageng yang samar namun jelas.

“Kalian harus berjalan lurus hingga menemukan sebuah gua dengan 3 pintu, pilihlah pintu kiri karena disitulah tempat teman kalian di tawan! Kalian harus cepat karna waktu kalian tidak banyak dan gunakan belati untuk menusuk makluk yang mengganggu kalian,” Ucap Ki Ageng yang di dengar oleh ketiganya.

Mereka mempercepat langkah kaki dengan harapan tidak kehabisan waktu, namun sejauh apapun melangkah terasa tidak ada ujungnya. Mereka seperti terjebak di dalam labirin ruang hampa, hanya sedikit cahaya yang terlihat akibat bulan purnama.

Ketika dalam posisi siaga tiba-tiba langkah mereka berhenti, terlihat sepasang orang tua yang memanggil nama mereka. Ketiga lelaki itu kaget, bagaimana bisa ada orang tua di tempat seperti ini?

Orang tua itu berpesan kepada mereka agar segera meninggalkan tempat ini karena tempat ini dikutuk. Awalnya mereka goyah namun Adi mencoba menguatkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak boleh berhenti karena nyawa Susan dan Danan sedang dalam bahaya. Akhirnya mereka memilih mengabaikan pesan kedua orang tua tersebut dan berjalan sesuai dengan arahan Ki Ageng.

Akhirnya tidak sia-sia perjuangan mereka menyusuri jalan yang nampak tak berujung itu hingga sampailah mereka di depan gua yang memiliki 3 pintu untuk masuk. Mereka segera menuju masuk pintu sebelah kiri, tak jauh dari penglihatan mereka terlihat makhluk berbulu yang mengerikan itu. Jumlahnya sangat banyak, mungkin puluhan. Berbekal pisau pemberian Ki Ageng, mereka berhasil melumpuhkan lawan. Meski mereka harus melawan rasa takut yang begitu bergejolak di dada.

Akhirnya mereka menemukan penjara tempat Susan dan Danan terperangkap. Mereka berdua terkejut melihat kedua temannya berada pada sel penjara yang berdampingan, kondisi keduanya terlihat mengenaskan. Tanpa aba-aba mereka segera melepas kunci gembok sel itu dengan sekali sabetan dengan pisau kecil itu dan berhasil, kunci itu terbuka. Danan dan Susan berlarian menghampiri mereka. Ia bahkan tak henti-hentinya menangis dan memohon maaf atas kesalahannya selama ini. Mereka berdua sangat terharu dengan perjuangan ketiga lelaki itu, bahkan tidak ada pemikiran dibenaknya akan selamat dari kondisi tersebut.

Suasana itu nampak mengharu biru, terlihat ekspresi lega dari sekelompok mahasiswa itu, setidaknya mereka bisa saling bertemu. Kedua anak manusia yang tersandera itu tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada ketiga lelaki itu. Setelah usai bersuka cita dalam alunan kelegaan pasca mengalami kejadian traumatis itu, Adi mengingatkan teman-temannya untuk segera bergegas meninggalkan tempat itu, mereka berlarian menuju jalan keluar.

Di sepanjang jalan mereka terus berlari beriringan. Adi yang berada di posisi depan terus menoleh ke belakang seolah memastikan tidak ada siapapun yang tertinggal. Hingga sampailah mereka di tempat orang tua tadi. Kemudian sang orang tua tersenyum dan mengeluarkan suara menggema yang berhasil masuk di relung hati mereka, memberikan percikan rasa ketakutan dan keraguan, apakah benar yang dikatakan orang tua itu?

“kalian bodoh, iblis itu tidak hanya akan mengambil sukma kedua temanmu itu. Tapi kalian semua. Kalian akan semua akan mati,” teriaknya diiringi tawa yang sangat menyeramkan.

Jam telah menunjukkan pukul 04.00 WIB menjelang shubuh, Ki Ageng nampak cemas karena sekumpulan mahasiswa itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Ketiga lelaki itu mengalami perjalanan supranatural, sukma mereka berpacu dengan waktu sebelum matahari terbit untuk menyelamatkan kedua temannya. Terlihat tubuh ketiga lelaki itu mulai bergerak terkecuali kedua orang yang telah menghilang itu.

Ki Ageng mulai merasakan energi positif yang mendekati dirinya, hal itu menunjukkan bahwa mereka telah kembali. Adi, Joko dan Ardan terbangun dengan nafas terengah-engah. Mereka saling berpelukan untuk menguatkan. Mereka sangat bersyukur karena berhasil menyelamatkan kedua teman mereka yang hilang itu dengan selamat.

“Kalian tidak perlu khawatir, teman kalian hanya pingsan saja, itu wajar karena sukma mereka baru saja kembali dari alam gaib. Mereka akan sadar setelah tiga hari. Sekarang baiknya mereka dipindah di rumah warga terdekat dan kami akan segera mengantar ke kontrakan kalian jika mobil itu sudah datang,” ucap Ki Ageng yang membuat ketiga lelaki itu lega.

Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan kembali perjalanan pulang menuju rumah kontrakan itu. Saat itu perasaan Adi tidak nyaman, ia merasakan hal buruk telah terjadi selama mereka tidak ada. Sesampainya di rumah, mereka terkejut melihat Sekar dan Mila tergeletak di halaman rumah dan dikerumuni warga yang heran melihat pemandangan itu. Bergegas mereka memindahkan tubuh keduanya di kamar. Adi nampak terkejut melihat pemandangan itu karena ia menyangka teror telah usai.

“Permisi Ki, mengapa Sekar dan Mila pingsan di halaman ini? Apa yang telah terjadi pada mereka?” cecar Adi pada dukun itu. Ia mengira hanya mendapat semacam firasat saja namun apa nampak seolah benar.

“Sekar telah bertarung dengan beberapa demit yang akan menghalangi kalian, itu dia lakukan untuk meringankan misi penyelamatan kalian. Puncaknya saat ia menghadapi perempuan bergaun merah kemarin dan sundel bolong itu, energi mereka cukup kuat dan berpengaruh, jika mereka dikalahkan maka energi demit dari kelas bawah akan mudah ditakhlukkan.” Tutur Ki Ageng dengan ekspresi serius.

Ki Ageng meminta warga untuk memindahkan tubuh Sekar dan Mila ke kamar mereka. Lalu ia terlihat komat-kamit merapalkan mantra-mantra untuk menetralisir kondisi sekitar.

“Sinden itu ternyata memiliki kekuatan luar biasa, tidak main-main ia mampu melumpuhkan anak buah tuanku dengan waktu yang relatif singkat. Aku harus melaporkan pada tuanku karena ini bisa mengancam kekuasaannya,” gumam Ki Ageng sambil menatap Sekar tanpa mengedipkan matanya sedikitpun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pertempuran Gaib

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya. “Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila. Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut

    Last Updated : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya. Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB. “Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi bel

    Last Updated : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Kedatangan Pacar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya. Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong. Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu. Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondon

    Last Updated : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Cinta Sesaat

    Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak meny

    Last Updated : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rukyah

    Masih dalam pergumulan asmara yang kian membara terlihat seorang lelaki tampan berupaya menuntaskan permainannya malam itu, sang gadis seolah pasrah dan sangat menikmatinya. Namun diluar prediksi, tiba-tiba sang gadis berteriak dan mendorong lelaki itu hingga ia jatuh seolah terpental. Entah darimana sang gadis memiliki kekuatan sebesar itu. Ia mulai menyadari kesalahannya dan bergegas memakai pakaiannya. Tak lupa ia mengemasi barang-barangnya dan pergi dari villa itu. Gadis itu berjalan seorang diri seolah meratapi nasibnya. Ia merasa apa yang dilakukan salah dan hampir melampaui batas. Ia masih mendengar suara sinden yang terkesan terus menerus memakinya. Sinden itu nampak murka, ia kesal karena gadis itu tidak terjerumus dalam permainan cinta penuh hasrat lelaki tampan selingkuhannya. Padahal Sinden itulah yang selama ini terus berbisik pada Sekar agar dia menerima cinta dari Aldo. Aldo adalah lelaki yang sering gonta-ganti pasangan, sebagai vokalis band yang cukup tampan dan te

    Last Updated : 2025-01-10
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Dialog

    Pasca kejadian di Villa, Pengaruh Sulastri terlihat mulai memudar. Hal itu disebabkan oleh niat dan upaya Sekar untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekar mulai rutin beribadah seperti sholat, mengaji dan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Melihat Sekar yang mulai menjaga jarak dengannya, khodam itu terlihat tak berdaya dah hanya mampu mengamati dari jauh. Sekar mulai sibuk mencari penghasilan sampingan, ia mendapat kabar jika orang tuanya belum bisa mengirimkan uang karena upah mereka tidak seberapa akibat cuaca buruk yang mengakibatkan gagal panen. Berbekal relasi yang dimiliki, Sekar akhirnya bekerja di sebuah warung makan yang menjual masakan khas jogja. Di tengah kesibukan bekerja, Sekar yang baru saja bekerja tiba-tiba seringkali terganggu oleh hal-hal gaib. Mulai dari piring yang tiba-tiba pecah, air kamar mandi yang terus menyala padahal tidak ada orang di dalam, hingga terdengar suara samar-samar yang memanggil namanya. Teror itu tidak hanya berlaku baginya namun

    Last Updated : 2025-01-11
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perjanjian Leluhur

    “Aku lebih cantik daripada gadis itu, kenapa dia lebih banyak dilirik kaum laki-laki daripada aku?” Desis Ningrum. Seorang Pesinden yang tengah dipuncak kariernya. Ia seringkali mendapat panggilan sebagai penyanyi di acara hajatan kampung atau acara pagelaran seni yang melibatkan grup pewayangan. Namun pesonanya seolah sirna saat ia mulai menikah dan memiliki anak. Ningrum kerapkali pulang ke rumah dengan wajah penuh kekesalan, sang suami selalu menghiburnya dengan kata-kata manis agar sang istri tak lagi bersedih. Namun lama kelamaan ucapan sang suami ibarat hiburan bagi anak kecil yang sia sia baginya. Ia semakin kesal hingga bersitegang dengan suaminya. “Sudahlah mas, kamu itu tidak tahu tadi saat manggung, penonton itu selalu melirik ke arah Si Sari! Padahal dia masih baru dan suara juga pas-pasan!” Tegas Ningrum seolah tak segan mulai membantah perkataan sang suami. “Ning, kamu itu sudah menikah, dan punya anak kecil. Lebih baik kamu berhenti dululah jadi pesinden. Fokus me

    Last Updated : 2025-01-12
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Kepergian

    Sekar terbangun dari tidurnya pasca mimpi buruk semalaman. Batinnya terasa tak tenang karena ia terus memikirkan mimpi tentang perjanjian yang telah dilakukan neneknya. Perjanjian itu berhasil membuat sang ibu menjadi anak broken home. Sekar mulai menyadari bahwa sang ibu selalu menceritakan kebaikan kakeknya yang tak pernah menikah lagi pasca bercerai dengan sang nenek. Tak terasa air matanya terus menetes membasahi pipinya. Ia bersedih seolah turut merasakan rasa sakit dan kesedihan yang pernah dialami ibunya setelah kehilangan sosok ibu sejak masih kecil. Sekar menatap sekeliling kamar kosnya dan terasa sepi. Ia tidak mendapati sang sahabat tidur di ranjang miliknya. Ia terkejut melihat meja belajar dan beberapa barang Mila yang biasa berantakan tiba-tiba hilang lenyap begitu saja. Sekar beranjak dari ranjang dan berjalan perlahan menuju lemari. Dibukanya lemari Mila yang seolah sengaja tidak dikunci, namun hasilnya nihil. Lemari itu telah kosong melompong mengibaratkan sang pem

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Akhir Kisah Aryo (2)

    Pov Sekar Arum Aku terkejut melihat nenek yang terlihat seperti ingin membunuhku. Aroma melati menusuk hidungku, hingga aku bersin berkali-kali. Kutatap ular itu semakin membesar, sangat menyeramkan. Dilema menyapaku, mana jalan yang harus kupilih? Bertarung dengan ular atau nenekku sendiri? "Sekar, ke marilah! Aku merindukannmu!" ucapnya sekali lagi, hendak mempengaruhiku. "Sulastri, katakan sesuatu! Aku bingung harus memilih yang mana?" Masih tak ada jawaban dari sana. Aku kembali memusatkan pikiranku, lagi-lagi nihil. Akhirnya kuputuskan untuk masuk ke terowangan di mana nenekku berada. "Bagus, kamu memang cucu terbaikku," Wanita muda itu berjalan diiringi suara gamelan yang membuat Sekar justru meras sesak, bahkan berkali-kali terjatuh, langkahnya terasa berat, kepala mau pecah."Nenek? Apa yang kamu lakukan padaku?" "Aku bukan nenekmu ..." teriaknya lalu wajah perlahan berubah menjadi tua, rambutnya memutih! Dialah Sari! Orang yang telah menghancurkan hidup Ningsih!

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Akhir Kisah Aryo (1)

    Pov Sekar Jantungku berdengup kencang. Hawa dingin menghampiriku, membuat tubuhku terasa ngilu, susah digerakkan. Langkah terasa berat hingga tetesan darah mulai membasahi kaki dan tanganku. Darah ini ibarat kulitku yang robek karena melawan angin yang terasa menghalangi langkahku. Kulihat dua terowongan besar, sisi kanan kosong dan sisi kiri terdapat siluet pria yang berjalan mendekatiku "Galih ...." gumamku. Aku tak percaya bisa melihatnya di sini. Sosok yang sangat kucintai dan kurindukan. "Sekar, kenapa kau berdiri di situ? Tidakkah kau ingin memelukku?" Ucapan itu membuatku kembali mengenang manisnya hubungan kita yang telah lalu. Dia adalah sosok pelindungku yang selalu menemani dan mejagaku saat makhluk astral hendak menguasai tubuhku. Aroma tubuhnya masih sama sepeti kita terakhir kali bercinta, melepaskan seluruh hasrat di jiwa. Dia adalah sosok yang apa adanya, memperlakukanku bak ratu dan selalu memujiku terlebih saat permaianan ranjang yang membara. Dia berkali-kal

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pembalasan Dendam Aryo (10)

    Sekar mencoba memikirkan kembali apa yang diucapkan oleh Sulastri. Akankah ia merelakan begitu saja orang yang dulu sangat dicintainya? Hatinya gamang, ia terus menatap ke jendela kamarnya, resah dan gelisah.Sementara itu di ruang tamu, Wiryo nampak putus asa. Mungkin ia harus meminta tolong pada orang lain karena Sekar telah menolaknya."Baiklah Surti, kami harus pergi, mungkin selama ini kami selalu merepotkan keluargamu," ujarnya dengan tatapan menunduk, bergegas untuk pulang.Pagi itu cuaca mendung, awan hitam menyelimuti desa seolah hujan akan segera turun, kedua orang tua yang cemas itu bingung, bagaimana cara menyelamatkan Aryo yang tersandera oleh makhluk halus."Pak, gimana nasib anak kita? Kita harus bergegas," ucap wanita yang telah menyelamatkan Aryo.Wiryo, berpikir keras hingga ia tak sempat menyalakan mobil. Ia, istri dan Siti tengah melamun, mencari cara untuk menyelamatkan Aryo hingga hujan deras akhirnya mengguyur desa, aroma tanah mulai tercium seolah memberikan se

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pembalasan Dendan Aryo (9)

    Siti bergegas turun dari motor kang ojek yang ditemuinya di jalan, tak lupa ia membayar dan tak mengambil kembaliannya. Waktunya terbatas! Dengan langkah kaki penuh harap, ia belari menyibak dinginnya pagi, fajar baru saja menyingsing tak mengurungkan langkahnya untuk menyelamatkan mantan tunangannya, Aryo yang kini berada dalam genggaman adiknya sendiri, Seruni! Napasnya terengah-engah, ia terus mengetuk pintu rumah yang pernah menjadi saksi bisu atas batalnya pernikahan yang seharusnya terjadi padanya. "Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Ibu Aryo yang belum mengetahui jika nasib anaknya sedang di ujung tanduk. "Bu, Aryo dalam bahaya, kita harus menyelamatkannya," ujarnya sambil mengatur nafas yang terus memburu. Wanita paruh baya tertegun saat mendengar mantan calon menantunya mengatakan hal buruk tentang anaknya, ia bergegas menyuruhnya masuk untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tak lupa ia terus memanggil Wiryo, suaminya. Hatinya mulai gelisah ternyata fira

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pembalasan Dendam Aryo (8)

    Aryo tengah tertidur lelap, terlihat seseorang tengah mengendap-endap ke dalam kamarnya. Ia kini duduk di tepi ranjangnya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. "Mas Aryo, bangunlah," bisik Siti lirih. Aryo yang belum sepenuhnya sadar, mulai mengusap-usap matanya. Ditatapnya mantan tunangannya yang terlihat panik."Siti, kamu kenapa?"Tanpa pikir panjang, ia menarik tangan Aryo secara paksa. Pria yang baru saja bangun itu terlihat pasrah saat dirinya hendak dibawa ke suatu tempat."Malam ini adalah malam ritual desa, kamu harus melihat siapa sebenarnya orang yang akan kau nikahi," sahut Siti dengan terus menarik tangan Aryo ke suatu tempat.Kini mereka sudah tiba di balai desa, hawa dingin menyeruak hingga terasa menusuk kulit. Aryo beberapa kali menggosok-gosok tangannya karena merasa kedinginan, berbeda dengan Siti dan orang-orang yang berkumpul itu, mereka terlihat baik-baik saja."Sebentar lagi upacara akan dimulai, biasanya ayah yang memimpin tapi sang gadis pilihan akan ditentu

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pembalasan Dendam Aryo (7)

    Pov Aryo Malam itu telah menjadi awal petaka yang menghampiriku. Bagaimana tidak? Tubuhku terasa dikendalikan oleh sosok tak kasat mata yang seolah membimbingku untuk datang ke kamar gadis yang cukup menarik perhatianku, Seruni. Masih teringat awal pertemuanku dengannya di sebuah mobil saat aku hendak menjemput Sekar atas permintaan Seno, adiknya. Waktu itu hatiku masih tertaut padanya, mantan pacar yang sudah begitu lama bersemayam dihatiku harus berakhir sebab dia lebih memilih dosen mudanya. Awalnya aku masih berduka tatkala mengetahui fakta jika adik kandungku yang baru saja kuketahui, Setyo meninggal tidak wajar. Dengan tekad kuat dan bantuan Seruni mantan pacarnya, aku memutuskan untuk mencari tahu kebenaran atas kematian adikku dan membalaskan dendamnya. Seruni, gadis berparas manis dan lembut kuajak untuk menelusuri penyebab kematian pacarnya yang tidak lain adalah adikku. Kami sepakat menjalin hubungan palsu untuk meyakinkan ayahnya agar aku diijinkan masuk kembali pada k

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pembalasan Dendam Aryo (6)

    "Seruni, maaf, aku sudah kelewatan," ujar Aryo sambil fokus mengemudikan motornya. "Mas, bukankah kita akan menikah, kenapa harus minta maaf?" sahut Seruni sambil memeluk tubuh pria yang kini telah memiliki ruang tersendiri di hatinya. Jantung Aryo berdegup kencang, ia merasa terhipnotis dengan segala ucapan Seruni, seolah hal itu adalah perintah yang tak bisa dilanggar. "Aku akan bicara pada ayah untuk mempercepat pertunangan kita," ucapnya sambil merapatkan tubuhnya. Di sisi lain, Sekar tengah memendam rasa cemburunya. Masih terngiang dibenaknya saat Aryo bercumbu dengan Seruni di sebuah warung yang nampak tutup. Nafasnya memburu seolah menahan amarah atas adegan yang mencabik perasaannya. "Sepertinya kau cemburu, sayang sekali jika Aryo berhasil masuk perangkap Seruni padahal sedikit lagi dia akan menjadi budak di kerajaanku," bisik Sulastri yang selalu memprovokasi Sekar. Sesampainya di rumah, ia segera masuk kamar. Nafsu makannya seolah hilang sejak melihat sang manta

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pembalasan Dendam Aryo (5)

    "Seruni, apa yang terjadi?" tanya Aryo yang baru saja dari pingsannya, kepalanya terasa berat. "Mas, tadi pingsan, mungkin kelelahan, ayo makan dulu," sahut Seruni sambil menyuapinya semangkok bubur yang telah dimasak. Itu bukanlah bubur biasa karena terdapat jampi-jampi pemikat yang membuat pemakannya akan menjadi tergila-gila pada si pemberi. Aryo terlihat kelaparan hingga bersih tak tersisa, tenaganya seperti terisi kembali. Ditatapnya Seruni, entah mengapa wajahnya terlihat cantik dan bersinar tapi dirinya mencoba mengabaikannya. "Bagaimana? Apakah kamu telah menemukan petunjuk kematian adikku?" tanya Aryo yang masih gelisah, sudah seminggu ia berada di sana tapi tak menemukan apa-apa. Senyum sumringah Seruni hilang, belum ada tanda-tanda peletnya bekerja, bukannya memuji dirinya malah menanyakan adiknya yang telah tewas, sial! Batinnya. "Mas, aku belum menemukan petunjuk apapun, sepertinya kita harus behubungan lebih dekat agar mereka percaya padaku," ujar Seruni bohong, di

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pembalasan Dendam Aryo (4)

    "Pak, kenapa Mas Aryo belum sadar juga?" ujar Seruni yang gelisah. Seruni khawatir jika hal buruk menimpa Aryo, kehilangan Setyo sudah memberi luka dalam untuknya, jangan sampe hal serupa terjadi pada kakaknya. Aryo perlahan membuka mata, tubuhnya terasa lemah. Perlahan ia menggerakkan tangannya, menunjuk ke arah pintu yang terdapat nenek sedang tersenyum kecil padanya. Seruni lega melihat pacar palsunya telah siuman tapi ia terkejut melihat Aryo yang menunjuk ke arah pintu seoalah ada seseorang di sana padahal tidak ada siapa pun. "Ada apa, Mas?" "Nenek Sari ..." Aryo pingsan kembali membuat seisi rumah panik kecuali sang kades, pemilik murah. "Dia pasti terkejut melihat ibu, biarlah," ujar sang kades terlihat acuh. "Apa maksud ayah? Bukankah nenek sudah meninggal?" sahut Seruni yang kebingungan. Ayahnya tak menjawab, dia justru duduk di meja makan. Menyalakan rokoknya dengan tatapan kosong. Pria itu sepertinya lelah, ternyata sang ibu belum mengakhiri "perburuannya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status