Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak meny
Masih dalam pergumulan asmara yang kian membara terlihat seorang lelaki tampan berupaya menuntaskan permainannya malam itu, sang gadis seolah pasrah dan sangat menikmatinya. Namun diluar prediksi, tiba-tiba sang gadis berteriak dan mendorong lelaki itu hingga ia jatuh seolah terpental. Entah darimana sang gadis memiliki kekuatan sebesar itu. Ia mulai menyadari kesalahannya dan bergegas memakai pakaiannya. Tak lupa ia mengemasi barang-barangnya dan pergi dari villa itu. Gadis itu berjalan seorang diri seolah meratapi nasibnya. Ia merasa apa yang dilakukan salah dan hampir melampaui batas. Ia masih mendengar suara sinden yang terkesan terus menerus memakinya. Sinden itu nampak murka, ia kesal karena gadis itu tidak terjerumus dalam permainan cinta penuh hasrat lelaki tampan selingkuhannya. Padahal Sinden itulah yang selama ini terus berbisik pada Sekar agar dia menerima cinta dari Aldo. Aldo adalah lelaki yang sering gonta-ganti pasangan, sebagai vokalis band yang cukup tampan dan te
Pasca kejadian di Villa, Pengaruh Sulastri terlihat mulai memudar. Hal itu disebabkan oleh niat dan upaya Sekar untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekar mulai rutin beribadah seperti sholat, mengaji dan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Melihat Sekar yang mulai menjaga jarak dengannya, khodam itu terlihat tak berdaya dah hanya mampu mengamati dari jauh. Sekar mulai sibuk mencari penghasilan sampingan, ia mendapat kabar jika orang tuanya belum bisa mengirimkan uang karena upah mereka tidak seberapa akibat cuaca buruk yang mengakibatkan gagal panen. Berbekal relasi yang dimiliki, Sekar akhirnya bekerja di sebuah warung makan yang menjual masakan khas jogja. Di tengah kesibukan bekerja, Sekar yang baru saja bekerja tiba-tiba seringkali terganggu oleh hal-hal gaib. Mulai dari piring yang tiba-tiba pecah, air kamar mandi yang terus menyala padahal tidak ada orang di dalam, hingga terdengar suara samar-samar yang memanggil namanya. Teror itu tidak hanya berlaku baginya namun
“Aku lebih cantik daripada gadis itu, kenapa dia lebih banyak dilirik kaum laki-laki daripada aku?” Desis Ningrum. Seorang Pesinden yang tengah dipuncak kariernya. Ia seringkali mendapat panggilan sebagai penyanyi di acara hajatan kampung atau acara pagelaran seni yang melibatkan grup pewayangan. Namun pesonanya seolah sirna saat ia mulai menikah dan memiliki anak. Ningrum kerapkali pulang ke rumah dengan wajah penuh kekesalan, sang suami selalu menghiburnya dengan kata-kata manis agar sang istri tak lagi bersedih. Namun lama kelamaan ucapan sang suami ibarat hiburan bagi anak kecil yang sia sia baginya. Ia semakin kesal hingga bersitegang dengan suaminya. “Sudahlah mas, kamu itu tidak tahu tadi saat manggung, penonton itu selalu melirik ke arah Si Sari! Padahal dia masih baru dan suara juga pas-pasan!” Tegas Ningrum seolah tak segan mulai membantah perkataan sang suami. “Ning, kamu itu sudah menikah, dan punya anak kecil. Lebih baik kamu berhenti dululah jadi pesinden. Fokus me
Sekar terbangun dari tidurnya pasca mimpi buruk semalaman. Batinnya terasa tak tenang karena ia terus memikirkan mimpi tentang perjanjian yang telah dilakukan neneknya. Perjanjian itu berhasil membuat sang ibu menjadi anak broken home. Sekar mulai menyadari bahwa sang ibu selalu menceritakan kebaikan kakeknya yang tak pernah menikah lagi pasca bercerai dengan sang nenek. Tak terasa air matanya terus menetes membasahi pipinya. Ia bersedih seolah turut merasakan rasa sakit dan kesedihan yang pernah dialami ibunya setelah kehilangan sosok ibu sejak masih kecil. Sekar menatap sekeliling kamar kosnya dan terasa sepi. Ia tidak mendapati sang sahabat tidur di ranjang miliknya. Ia terkejut melihat meja belajar dan beberapa barang Mila yang biasa berantakan tiba-tiba hilang lenyap begitu saja. Sekar beranjak dari ranjang dan berjalan perlahan menuju lemari. Dibukanya lemari Mila yang seolah sengaja tidak dikunci, namun hasilnya nihil. Lemari itu telah kosong melompong mengibaratkan sang pem
Matahari perlahan mulai terbenam seolah membiarkan gelap menyelimuti langit di angkasa. Terlihat seorang gadis yang tengah beranjak dewasa duduk di sekitaran taman kota. Suasana taman kota yang ramai dengan lalu lalang orang-orang tak membuatnya merasa lebih baik, ia tetap merasakan sepi di tengah hiruk pikuknya lautan manusia. Sekar termenung seorang diri, sekilas terbayang cuplikan-cuplikan perjalanan hidup yang penuh lika-liku. Berawal dari teror demit saat KKN, Kesurupan, Terjebak cinta sesaat, rukyah, perjanjian khodam dan leluhurnya hingga pengkhianatan sahabat. Hatinya terasa pilu merasakan semua itu namun yang paling menyakitkan saat ini adalah mengetahui pengkhianatan orang yang paling dipercayainya. Sesekali Ia melihat ke sekelilingnya, nampak canda tawa sepasang muda-mudi, anak beserta kedua orang tuanya atau penjual yang sedang menawarkan dagangannya. Semua nampak bahagia kecuali dirinya yang merasa sangat kesepian. Ia sadar bahwa bersedih takkan merubah apapun, akhirny
Pagi itu terasa dingin tak seperti biasanya, Sekar nampak enggan beranjak dari ranjangnya. Dilihat jam di dinding tepat pukul 04.00 WIB artinya sebentar lagi masuk waktu shubuh. Meski ogah-ogahan Ia berupaya bangun dari tidurnya sambil melakukan peregangan. Sedangkan Susan masih nampak lelap dalam tidurnya. Gadis manis itu berjalan menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamarnya. Terlihat ada seseorang yang tengah mengantri di depan kamar mandi. Ia memilih bersabar menunggu karena kamar mandi lainnya ada di lantai 2 daripada harus menapaki tangga sebaiknya mengantri saja, begitu pikirnya. Tak butuh waktu lama, seorang perempuan baru saja keluar dari kamar mandi dimana Sekar sedang mengantri. Perempuan dihadapannya berjalan perlahan, ketika ia berbalik untuk menutup pintu terlihat bahwa itu adalah Susan. Sekar mengusap matanya dengan telapak tangan, seolah tak percaya apa yang dilihatnya. Tiba-tiba terdengar suara terikan dari kamarnya. Sekar segera bergegas menuju kamarnya, dilih
Perjalanan itu tidak memakan waktu lama karena mereka pergi menjelang tengah malam. Mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu perlahan segera memasuki desa. Namun tiba-tiba Galih memilih untuk memutar balik dan mencari penginapan di dekat kota. Sekar mulai terbangun dari tidurnya, Ia terkejut melihat Galih memarkirkan mobilnya tepat di depan motel. Tanpa ekspresi lelaki itu keluar dari mobil dan diikuti olehnya dengan wajah kebingungan. "Pak, kenapa kita berhenti disini?" Bisik Sekar dengan wajah khawatir, pikirannya dihantui hal-hal negatif. Ia masih trauma dengan kejadian bersama Aldo kala itu. "Kita harus beristirahat dulu, butuh strategi untuk masuk desa itu lagi, kita tidak boleh gegabah karena yang akan kita lawan bukan jin biasa, hal itulah yang dibisikkan oleh khodamku," Jawab Galih dengan wajah serius. Ia nampak lelah setelah berjam-jam mengendarai mobil. Berbeda dengan Sekar yang tidur terlelap. Sekar akhirnya terdiam, mencoba melihat kondisi dan berpikir positif
Siti bergegas turun dari motor kang ojek yang ditemuinya di jalan, tak lupa ia membayar dan tak mengambil kembaliannya. Waktunya terbatas! Dengan langkah kaki penuh harap, ia belari menyibak dinginnya pagi, fajar baru saja menyingsing tak mengurungkan langkahnya untuk menyelamatkan mantan tunangannya, Aryo yang kini berada dalam genggaman adiknya sendiri, Seruni! Napasnya terengah-engah, ia terus mengetuk pintu rumah yang pernah menjadi saksi bisu atas batalnya pernikahan yang seharusnya terjadi padanya. "Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Ibu Aryo yang belum mengetahui jika nasib anaknya sedang di ujung tanduk. "Bu, Aryo dalam bahaya, kita harus menyelamatkannya," ujarnya sambil mengatur nafas yang terus memburu. Wanita paruh baya tertegun saat mendengar mantan calon menantunya mengatakan hal buruk tentang anaknya, ia bergegas menyuruhnya masuk untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tak lupa ia terus memanggil Wiryo, suaminya. Hatinya mulai gelisah ternyata fira
Aryo tengah tertidur lelap, terlihat seseorang tengah mengendap-endap ke dalam kamarnya. Ia kini duduk di tepi ranjangnya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. "Mas Aryo, bangunlah," bisik Siti lirih. Aryo yang belum sepenuhnya sadar, mulai mengusap-usap matanya. Ditatapnya mantan tunangannya yang terlihat panik."Siti, kamu kenapa?"Tanpa pikir panjang, ia menarik tangan Aryo secara paksa. Pria yang baru saja bangun itu terlihat pasrah saat dirinya hendak dibawa ke suatu tempat."Malam ini adalah malam ritual desa, kamu harus melihat siapa sebenarnya orang yang akan kau nikahi," sahut Siti dengan terus menarik tangan Aryo ke suatu tempat.Kini mereka sudah tiba di balai desa, hawa dingin menyeruak hingga terasa menusuk kulit. Aryo beberapa kali menggosok-gosok tangannya karena merasa kedinginan, berbeda dengan Siti dan orang-orang yang berkumpul itu, mereka terlihat baik-baik saja."Sebentar lagi upacara akan dimulai, biasanya ayah yang memimpin tapi sang gadis pilihan akan ditentu
Pov Aryo Malam itu telah menjadi awal petaka yang menghampiriku. Bagaimana tidak? Tubuhku terasa dikendalikan oleh sosok tak kasat mata yang seolah membimbingku untuk datang ke kamar gadis yang cukup menarik perhatianku, Seruni. Masih teringat awal pertemuanku dengannya di sebuah mobil saat aku hendak menjemput Sekar atas permintaan Seno, adiknya. Waktu itu hatiku masih tertaut padanya, mantan pacar yang sudah begitu lama bersemayam dihatiku harus berakhir sebab dia lebih memilih dosen mudanya. Awalnya aku masih berduka tatkala mengetahui fakta jika adik kandungku yang baru saja kuketahui, Setyo meninggal tidak wajar. Dengan tekad kuat dan bantuan Seruni mantan pacarnya, aku memutuskan untuk mencari tahu kebenaran atas kematian adikku dan membalaskan dendamnya. Seruni, gadis berparas manis dan lembut kuajak untuk menelusuri penyebab kematian pacarnya yang tidak lain adalah adikku. Kami sepakat menjalin hubungan palsu untuk meyakinkan ayahnya agar aku diijinkan masuk kembali pada k
"Seruni, maaf, aku sudah kelewatan," ujar Aryo sambil fokus mengemudikan motornya. "Mas, bukankah kita akan menikah, kenapa harus minta maaf?" sahut Seruni sambil memeluk tubuh pria yang kini telah memiliki ruang tersendiri di hatinya. Jantung Aryo berdegup kencang, ia merasa terhipnotis dengan segala ucapan Seruni, seolah hal itu adalah perintah yang tak bisa dilanggar. "Aku akan bicara pada ayah untuk mempercepat pertunangan kita," ucapnya sambil merapatkan tubuhnya. Di sisi lain, Sekar tengah memendam rasa cemburunya. Masih terngiang dibenaknya saat Aryo bercumbu dengan Seruni di sebuah warung yang nampak tutup. Nafasnya memburu seolah menahan amarah atas adegan yang mencabik perasaannya. "Sepertinya kau cemburu, sayang sekali jika Aryo berhasil masuk perangkap Seruni padahal sedikit lagi dia akan menjadi budak di kerajaanku," bisik Sulastri yang selalu memprovokasi Sekar. Sesampainya di rumah, ia segera masuk kamar. Nafsu makannya seolah hilang sejak melihat sang manta
"Seruni, apa yang terjadi?" tanya Aryo yang baru saja dari pingsannya, kepalanya terasa berat. "Mas, tadi pingsan, mungkin kelelahan, ayo makan dulu," sahut Seruni sambil menyuapinya semangkok bubur yang telah dimasak. Itu bukanlah bubur biasa karena terdapat jampi-jampi pemikat yang membuat pemakannya akan menjadi tergila-gila pada si pemberi. Aryo terlihat kelaparan hingga bersih tak tersisa, tenaganya seperti terisi kembali. Ditatapnya Seruni, entah mengapa wajahnya terlihat cantik dan bersinar tapi dirinya mencoba mengabaikannya. "Bagaimana? Apakah kamu telah menemukan petunjuk kematian adikku?" tanya Aryo yang masih gelisah, sudah seminggu ia berada di sana tapi tak menemukan apa-apa. Senyum sumringah Seruni hilang, belum ada tanda-tanda peletnya bekerja, bukannya memuji dirinya malah menanyakan adiknya yang telah tewas, sial! Batinnya. "Mas, aku belum menemukan petunjuk apapun, sepertinya kita harus behubungan lebih dekat agar mereka percaya padaku," ujar Seruni bohong, di
"Pak, kenapa Mas Aryo belum sadar juga?" ujar Seruni yang gelisah. Seruni khawatir jika hal buruk menimpa Aryo, kehilangan Setyo sudah memberi luka dalam untuknya, jangan sampe hal serupa terjadi pada kakaknya. Aryo perlahan membuka mata, tubuhnya terasa lemah. Perlahan ia menggerakkan tangannya, menunjuk ke arah pintu yang terdapat nenek sedang tersenyum kecil padanya. Seruni lega melihat pacar palsunya telah siuman tapi ia terkejut melihat Aryo yang menunjuk ke arah pintu seoalah ada seseorang di sana padahal tidak ada siapa pun. "Ada apa, Mas?" "Nenek Sari ..." Aryo pingsan kembali membuat seisi rumah panik kecuali sang kades, pemilik murah. "Dia pasti terkejut melihat ibu, biarlah," ujar sang kades terlihat acuh. "Apa maksud ayah? Bukankah nenek sudah meninggal?" sahut Seruni yang kebingungan. Ayahnya tak menjawab, dia justru duduk di meja makan. Menyalakan rokoknya dengan tatapan kosong. Pria itu sepertinya lelah, ternyata sang ibu belum mengakhiri "perburuannya
Aryo tertegun melihat sekelilingnya, sebuah rumah tua yang ditinggal seorang perempuan muda. Ia nampak gelisah, hanya duduk termenung di depan pintu. "Sari, apa yang kamu lakukan? Minggir, Aku mau lewat!" bentak seorang perempuan yang membawa sebuah tas besar, sepertinya dia hendak pergi. "Bu, mau ke mana? Jangan tinggalkan Sari, Bu!" ucapnya sambil menahan tangis, mencoba menghalangi ibunya yang hendak pergi. "Aku nggak sudi hidup miskin dengan bapakmu, aku akan pergi mencari kebahagiaan," sahutnya lalu mendorong anak gadisnya hingga jatuh tersungkur. Di luar terdapat seorang pria yang sedang berada di dalam mobil, wajahnya tampan seperti blasteran bule. Ia melambaikan tangan semacam kode agar sang wanita segera masuk. Sari berlari mengejar mobil itu tapi sia-sia, mobil itu terus melaju dengan kecepatan tinggi hingga sulit digapai. Sari yang terduduk di tanah hanya bisa meratapi kesedihannya, ibunya pergi meninggalkan pria lain sedangkan sang ayah tengah sakit keras. Ga
Aryo dan Seruni memutuskan untuk bergegas kembali ke Desa Seberang, mereka sepakat untuk memainkan sandiwara agar bisa diterima di sana. Surti mengantar kepergian Seruni, rasa terima kasih tak terhingga sebab gadis itu telah menemaninya selama kedua anaknya pergi. "Bu, titip salam ke Mbak Sekar ya, terima kasih untuk kebaikannya selama ini," ujar Seruni berpamitan. Surti hanya tersenyum lalu melambaikan tangannya. "Kasihan Mbak Sekar ya Bu, setelah ditinggal mati pak dosen sekarang ditinggal Mas Aryo juga, takutnya malah perawan tua," ungkap Seno yang justru terkesan meledek Sekar. "Seno, jodoh, rejeki itu sudah ada yang mengatur, kamu jangan bicara sembarangan tentang Mbakmu," sahut Surti yang jengah melihat anak lelakinya justru meledek kakaknya. Seno hanya tersenyum lalu menuju kamar kakaknya, ia beberapa kali mengetuk pintu kamarnya lalu akhirnya di buka. "Ada apa? pagi-pagi berisik kali!" bentak Sekar yang terganggu dengan keusilan adiknya. "Gawat Mbak! Mas Aryo dir
POV Aryo Aku tidak menyangka ternyata Seruni adalah anak dari kades seberang yang jelas-jelas melakukan praktik pesugihan untuk memajukan desanya. Meski desa itu memang sangat subur dan asri, segala komoditas tumbuh meski tak lagi musim. Aku teringat saat pertama kali ke sana dengan orang tuaku untuk perjodohan yang dibuat oleh antar keluarga. Nenek misterius, gentong-gentong raksasa dan tiang berbentuk salip mulai muncul dalam ingatanku, menciptakan semacam kengerian dan menyisakan trauma. Belum lagi teror perempuan berkebaya hitam yang ternyata adalah suruhan mereka. Dedemit yang diciptakan untuk menyebar teror di keluargaku. Belum lagi sukmaku yang tertawan kurang lebih sebulan membuatku merasakan kengerian dipenjara sebuah kerajaan jin. Aku masih sedikit mengingat yang terjadi di sana, bagaimana sukma manusia dijadikan budak untuk membangun kerajaan mereka. Para gadis cantik dijadikan alat pemuas nafsu, jin-jin yang berwujud sangat mengerikan. Anak-anak yang terlahir jika