Share

Another Dimention

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2023-01-14 22:02:50

"Aku tidak memiliki nama, tapi Miranda selalu memanggilku Aurora atau Ara."

Jawabannya membuatku semakin bingung dengan sosoknya kini, bagaimana seseorang bisa tidak memiliki nama.

"K-kenapa Nenek memberikanmu nama? D-dan kenapa rambutmu bisa berkilauan seperti itu? A-apa kamu malaikat?"

Aku mencoba tetap bertanya, walaupun rasa gugupku sama sekali belum berkurang. Masih banyak yang ingin aku tanyakan, tapi entah kenapa hanya pertanyaan itu yang pada akhirnya aku tanyakan.

"Entahlah, Kata Miranda waktu itu karena saat pertama kalinya kami bertemu bertepatan matahari akan terbit. Dan dia memberiku nama itu agar lebih mudah memanggil. Aku tidak mengerti kenapa harus memilikinya. Malaikat? Apa maksudmu aku dewa? Kalau benar itu maksudmu, berarti jawabnya tidak. Aku bukan dewa."

Masih ada banyak pertanyaan lain dikepalaku saat ini, tapi aku tidak berani untuk menanyakan semuanya. Padahal kalau dilihat dari wajahnya dia masih sangat muda, mungkin seumuran denganku. Tapi kenapa dia memanggil nenek hanya dengan namanya, dia juga tidak memiliki nama, apakah dia makhluk gaib yang tidak kasat mata dan hanya bisa dilihat oleh orang yang membuka buku?

"L-lalu sebenarnya siapa kamu? B-berapa usiamu? Kenapa kamu hanya memanggil nama kepada nenek? Padahal kamu terlihat lebih muda dari beliau."

Aku kembali memberanikan diri untuk menanyakan hal yang benar-benar menggangguku, aku masih tidak percaya dengan apa yang sedang aku alami saat ini. Dan menanyakan hal itu mungkin akan membuatku dapat menebak siapa sosok yang berdiri dihadapanku saat ini.

"Usiaku? Emb mungkin sekitar enam puluh tahun kalau di duniamu. Aku tidak tahu persisnya karena aku juga tidak tahu sudah berapa lama sejak terkahir kali aku kembali kesini."

Wanita itu menjawabnya sambil menunjuk kotak yang sedang terbuka di depanku, apakah ini seperti lampu ajaib milik Ali yang mengeluarkan Jin. Kalau memang benar begitu, maka akan masuk akal kenapa rambut wanita itu sangat berkilau dan kulitnya sangat putih bersih seperti porselen. Tapi jika memang benar, berarti aku akan mendapatkan tiga permintaan bukan. Tapi nyatanya dia tidak mengatakan apapun sampai saat ini, kalau bukan aku yang menanyakannya terlebih dulu.

"J-jadi kamu bukan manusia? Kenapa bisa kesini karena sebuah kotak? Apa kamu Jin?"

"Hah, kenapa kalian selalu menanyakan hal yang sama? Aku sampai bosan untuk menceritkannya lagi."

"I-tu karena kamu terlihat sangat berbeda dibanding manusia pada umumnya."

Aku mengatakan sambil menunjuk tubuhnya yang seputih dan semulus porselen, menurutku siapapun yang melihatnya akan menanyakan hal yang sama. Apalagi banyak sekali mitos-mitos tentang dunia lain, atau yang sering kita sebut makhluk gaib. Aku melihatnya yang masih diam tidak menjawab, sedang berjalan kesana kemari sambil melihat buku-buku milik nenek.

"Aku juga manusia, sama sepertimu."

Jawabannya membuatku sangat kaget, aku hampir tersedak oleh air liurku sendiri. Bagaimana mungkin dia manusia jika perwujudannya saja seperti itu. Dan jika dia memang manusia, kenapa bisa tinggal dan keluar dari sebuah buku? Sedangkan perempuan itu tidak merespon rasa kagetku, seperti sudah paham dengan apa yang sedang aku pikirkan.

"Aku juga manusia, hanya saja kita berada di dimensi yang berbeda. Dan bukan aku yang keluar dari kotak, tapi karena kotak itu aku masuk ke dimensi kalian ini."

Aku masih belum paham dengan apa yang dia maksudkan, dimensi yang berbeda sepertinya aku pernah mendengarkan konspirasi seperti itu. Tapi aku tidak pernah membayangkannya itu benar-benar terjadi di dunia ini, apalagi sudah begitu banyak penilitian tentang itu tapi tidak ada bukti yang konkrit untuk membuktikannya.

"Jadi maksud kamu, kotak ini jadi ruang dimensi yang menghubungkan antara dimensiku dan dimensimu? Kenapa hanya kamu yang keluar dari buku ini jika memang begitu?"

Kalau aku menerima apa yang dia katakan, bukankah pertanyaan yang baru saja aku katakan terdengar masuk akal. Sebuah kotak yang ukurannya tidak lebih besar dari kotak sepatu bisa menjadi lorong dimensi, bukankah itu benar-benar tidak bisa diterima oleh nalar.

"Aku seorang time traveler dari dimensiku, biasanya aku berkelana di berbagai dimensi saat aku menginginkannya. Bahkan aku bisa berpindah tempat sesukaku, tapi entah kenapa setiap buku itu terbuka aku langsung terlempar ke dimensi ini. Bahkan aku sendiri juga tidak tahu alasan yang bisa menjelaskannya."

"Time Traveler?"

Dia hanya mengangguk menanggapi pertanyaanku lagi. Jadi ini alasan mengapa dia mengatakan bosan untuk menjelaskan, ternyata setiap kotak ini terbuka dia harus menjelaskan kepada orang yang melihatnya. Tapi bagaimana bisa nenek tidak menceritakan dan menyimpan semuanya seorang diri. Padahal rahasia ini sungguh sangat besar, aku pun mungkin tidak bisa menyimpannya seorang diri.

"Jangan pikir kamu bisa menceritakannya kepada orang lain, kecuali atas persetujuan dariku."

Deg..

"Bagaimana dia bisa tahu apa yang sedang aku pikirkan?" Pikirku dalam hati.

"Aku bisa membaca pikiranmu, jadi jangan harap kamu bisa membohongi atau mencoba mengelabuiku."

"Berarti kamu memang bukan manusia bukan? Bagaimana mungkin kamu bisa membaca pikiran?"

Bukannya menjawab, dia malah menatapku dengan jengah. Mungkin terlalu sering baginya menjelaskan, hingga dia merasa seperti itu. Tapi aku terlalu penasaran untuk tidak menanyakannya, karena aku juga ingin mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

"Baiklah, aku akan menjelaskannya. Tapi kamu tidak boleh menjelaskan asal usulku kepada orang lain."

"Baik. Aku berjanji akan menyimpan rahasia ini seorang diri, atau bercerita kepada orang lain saat kamu menyutujuinya."

"Pertama dimensiku berjalan lebih lambat dari dimensi ini, usiaku sebenarnya baru dua puluh enam tahun. Makanya tadi aku bilang kalau sepertinya baru kemarin Miranda membuka buku itu, tapi aku tidak menyangka kalau dia akan meninggal secepat ini."

Aku mendengar penjelasannya dengan seksama, walaupun aku ingin sekali untuk menyela dan menanyakan berbagai hal lagi. Tapi aku berusaha untuk tidak melakukannya, aku takut malah dia tidak mau bercerita jika aku terlalu banyak bertanya.

"Yang kedua orang-orang dimensiku tidak memiliki nama, karena kami berkomunikasi langsung dengan pikiran. Itu lebih efektif bagi kami untuk memanggil seseorang yang kita tuju, dari pada memanggil dengan nama. Jadi semua orang di dimensiku memiliki kemampuan untuk membaca pikiran. Tapi jika tidak mau dibaca oleh orang lain, kami juga bisa menutupinya."

Aku sangat takjub dengan cara yang dia sebutkan barusan, sepertinya sangat seru jika memanggil dengan telepati. Aku ingin sekali mencobanya, tapi itu tidak mungkin bisa karena aku tidak memiliki kemampuan itu.

"Dan yang ketiga, aku memiliki kemampuan lebih sebagai time traveler. Tapi kelebihanku bukan hanya berpindah waktu, tapi juga bisa berpindah dimensi. Aku sudah terbiasa melihat berbagai macam dimensi yang ada di dunia ini, semua sangat indah. Tapi sayangnya aku tidak bisa berkomunikasi, disetiap aku masuk ke dimensi lain karena tidak ada yang bisa melihatku."

"lalu bagaimana aku dan nenek bisa melihatmu? Apakah hanya kami yang membuka buku itu, atau orang lainpun bisa melihatmu?"

Akhirnya pertanyaanku meluncur begitu saja, karena aku sedikit ragu dengan cerita yang dia jabarkan.

"Akupun tidak tahu apa yang terjadi, bahkan awalnya aku juga masih tidak percaya jika buku itu yang menyedotku untuk masuk ke dimensi ini. Padahal aku belum pernah pergi ke dimensi ini selain lewat buku itu. Tapi setelah mengalaminya beberapa kali, mau tidak mau aku juga harus mempercayainya bukan?"

Semua penjelasan yang dia sampaikan, kinisedikit masuk akal. Tapi kami sama-sama tidak tahu alasan dibalik buku ini bisa membawanya ke dimensi ini, dan alasan kenapa dia bisa terlihat di dimensi ini.

Aku juga penasaran apakah orang lain selain aku bisa melihatnya juga, atau hanya yang membuka buku ini yang bisa melihatnya.

'Tapi bagaimana cara agar kami bisa mengetahuinya? Apakah dia mau jika aku memintanya untuk keluar?' Tanyaku dalam hati.

"Apa kau bercanda? Bagaimana tanggapan orang-orang kalau ternyata mereka bisa melihatku?"

Aku hampir lupa jika dia bisa membaca pikiran. Tapi benar juga yang dia katakan barusan, jika dia keluar seperti ini dan ada yang melihatnya, aku berani jamin kalau dia akan menjadi tontonan dan tranding saat itu juga.

Bagaimana tidak jika paras dan penampilannya sangat mencolok seperti ini, bahkan aku jatuh hati pada pandangan pertama padanya walaupun tertutupi oleh rasa takut.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Kebersamaan

    "Bukankah tidak masalah, kitakan suami istri, Ara," ucapku dengan nada menggoda."Tetap saja... Aku malu, Deffa. Kamu tidak mengatakan apa-apa sebelumnya."Jawaban Ara malah membuatku semakin semangat untuk menggodanya, wajah merahnya terlihat sangat menggemaskan saat ini."Jadi kalau aku bilang sebelumnya, kamu akan mengizinkannya?" tanyaku semakin menggoda Ara."Emb... Entahlah! Kamu benar-benar jahat, Deffa!""Kenapa aku yang jahat? Aku hanya bertanya, Ara," jawabku membela diri.Namun ucapanku tidak dihiraukan olehnya, dan aku hanya bisa membujuknya untuk tidak marah kepadaku. Ara langsung keluar dari ruang kesehatan, tanpa memperdulikan panggilanku.Entah Ara benar-benar marah, atau dia hanya menyembunyikan rasa malunya dariku. Tapi aku tidak ingin terlalu lama seperti ini, padahal aku sudah sangat bahagia bisa bersama dengannya terus seperti ini.Saat aku menyusulnya keluar dari ruang istirahat, ternyata Ara kembali membaca buku catatan selanjutnya. Aku mencoba mendekatinya, dan

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Keberanian Yang Muncul

    Aku mengikuti arah yang Ara tunjuk, dan melihat tulisan yang ada di buku itu. kemudian membacanya dengan suara yang cukup lantang, sesuai apa yang diminta olehnya."Semua penerus dari masing-masing dimensi, akan melanjutkan penelitian untuk menciptakan dunia yang indah bagi semua dimensi.""Bukankah penelitian itu yang dimaksud dalam buku ramalan tadi, Deffa?""Sepertinya benar, Ara. Dan hasil penelitian itu, hanya bisa membuat bumi yang memiliki tanaman dan hewan semakin berkembang dengan api dan teknologi. Sedangkan di dimensi Eunoia sudah memiliki satu jenis 'Non Human', mungkin itu juga hasil penelitian itu.""Jadi hanya pemilik api, yang belum bisa mendapatkan manfaat dari penelitian. Dan menjadikan mereka marah dan menghentikan penelitian itu?""Entahlah, Ara. Kita tidak bisa menilai hanya seperti itu, aku merasa tidak mungkin hanya itu akar dari permasalah ini. Jika memang hanya itu, tidak mungkin semua terasa rumit seperti ini."Kami sama-sama diam dengan pikiran masing-masing

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Buku Catatan

    Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Ara, entah karena aku terlalu fokus dengan buku ini atau masih memikirkan tulisan terakhir itu. Aku menatap Ara berusaha tersenyum untuk menyembunyikan perasaanku saat ini, agar terlihat seperti biasa saja."Aku baik-baik saja, Ara. Lebih baik kita lanjutkan membacanya. Bagaimana kalau kita lanjut dengan buku rangkuman yang kamu temukan?""Sebenarnya aku menemukan rangkuman yang lain, Deffa. Setiap keturunan dari dimensi Eunoia, sepertinya memiliki buku catatan itu.""Mengapa hanya dimensi Eunoia yang memilikinya? Apakah orang tuaku tidak meninggalkan catatan apapun?""Entahlah, aku hanya menemukan buku-buku ini, Deffa."Aku melihat semua buku yang ditemukan oleh Ara, sambil memperhatikan dengan seksama. Mereka memiliki bentuk fisik yang hampir sama, yang membedakan hanyalah angka yang sepertinya nomor urut yang tertulis bersebelahan dengan tulisan 'Summary' dan bahan kertas yang digunakannya.Ternyata apa yang dikatakan oleh Ara benar, mungkin b

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Ramalan Kehancuran

    Ara menunjuk sebuah lukisan yang terpajang di salah satu dinding, dalam lukisan itu tergambar lambang yang ada di ujung kunci dan pintu masuk ruangan. Namun yang membedakan, lambang itu terlihat lebih jelas dengan tiga dimensi yang menjadi lambang utamanya."Jadi arti lambang itu adalah penggabungan tiga dimensi?""Sepertinya begitu, Deffa. Lebih baik kita mencari tempat terlebih dahulu, untuk membaca buku-buku yang sudah kita temukan tadi.""Iya, Ara. Lebih baik kita mengetahui semua hal terlebih dahulu, daripada kita hanya menebak-nebak semuanya."Aku dan Ara berjalan menuju salah satu meja yang cukup luas, kemudian meletakkan semua buku yang kami bawa di atasnya. Ternyata buku yang kami kumpulkan lumayan banyak, karena masing-masing dari kami menemukan cukup banyak buku yang bersangkutan."Kita akan membaca dari buku yang mana?""Bagaimana menurutmu, Ara? Apa lebih baik kita membaca hal baik atau hal buruk terlebih dahulu?""Emb... Lebih baik kita ketahui hal buruknya terlebih dahu

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Semua Petunjuk

    Aku mendekat ke arah Ara, yang saat ini berada di depan meja di ujung ruangan ini. Tatapannya mengarah ke dalam laci meja yang sudah dibukanya, sambil sesekali mengarahkan pandangannya ke arahku untuk segera datang."Apa yang kamu temukan, Ara?" tanyaku sambil melihat ke dalam laci meja itu."Sepertinya ini sebuah buku catatan, Deffa. Terlihat disana tertulis 'Summary' di sudut sampulnya, bukankah itu tandanya itu sebuah rangkuman?""Sepertinya dugaanmu benar, Ara. Bisa jadi kita bisa tahu apa yang terjadi kepada orang tua kita, dan kita tahu permasalahan apa yang akan kita hadapi."Dugaanku untuk mencari petunjuk di ruangan ini sepertinya tepat, karena semua petunjuk hampir kami temukan semuanya. Dalam hati aku sungguh berharap jika hal yang akan kami hadapi bukanlah hal yang berbahaya, tapi mengingat kematian kedua orang tuaku yang begitu tiba-tiba membuatku ragu akan hal itu."Sebenarnya aku juga menemukan sesuatu, Ara. Tapi aku tidak yakin kalau ini hal bagus, aku menjadi memiliki

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Ruang Kerja

    "Sepertinya benar, Ara. Tapi entah kenapa aku merasa ruangan ini berbeda, daripada ruangan yang aku ingat saat kecil.""Aku juga merasa seperti itu, Deffa. Apa kita salah ruangan?""Aku yakin kalau ini ruangannya, Ara. Pasti ada sesuatu yang tersembunyi di sini."Aku melihat sekitar, ruangan ini hanya terlihat seperti perpustakaan yang ada di bumi. Di dalam sini terasa hangat, padahal tidak ada yang pernah masuk ke dalam ruangan ini setelah kepergian orang tua kami.Aku berusaha mencari sesuatu yang tampak aneh, namun cukup lama aku melihat hingga sudut-sudut ruangan tetap tidak menemukan keanehan itu. Sedangkan Ara malah tertarik dengan sebuah buku, dan dia kini sedang membacanya dengan wajah yang tampak serius."Buku apa yang kamu baca, Ara?""Deffa, lihatlah! Sepertinya buku ini menceritakan tentang kita dan keluarga kita."Aku sedikit ragu dengan apa yang dikatakan oleh Ara, karena tidak mungkin sebuah buku dibuat untuk menceritakan keluarga kami. Tapi melihat sampul buku saat Ara

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Jam Tangan Dimensi

    Ara langsung berlari ke arahku, untuk melihat benda yang aku maksudkan. Dan saat dia melihat benda itu, sepertinya memang dia mengingat benda ini. Walaupun benda ini lebih berguna untuk Ara, dibandingkan aku yang menggunakannya."Deffa, ini kan jam tangan dimensi. Apa benar ini bisa menjadi petunjuk? Padahal aku selalu memakainya saat di dimensi Eunoia, karena kakak terus menyuruhku memakainya.""Jadi kamu tidak ingat fungsi dari jam ini, Ara?""Aku hanya ingat kalau itu jam tangan dimensi, emb... Sepertinya aku masih tidak ingat kalau tentang fungsinya."Aku cukup bingung dengan jawaban yang dia berikan, padahal kini aku paham dengan semua keganjilan tentang Ara karena jam ini. Benda itu tidak jauh berbeda, dengan jam tangan digital yang ada di bumi. Namun fungsi dari jam ini sangat luar biasa, karena dapat menyesuaikan waktu dengan tempat yang sudah diaturkan ke dalamnya.Sepertinya jam ini sudah di atur dengan waktu Bumi, yang membuatku akhirnya bisa menerima dengan perbedaan usia

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Masa Kecil

    "Deffa! Bangunlah!"Suara Ara seperti menarikku dari kegelapan, dan akhirnya aku terbangun dan mendapati Ara sedang ada di hadapanku dengan tatapan khawatirnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi tadi, kenyataan yang membuatku tidak bisa berpikir secara rasional lagi."Kamu tidak apa-apa, Ara?""Aku baik-baik saja sekarang, Deffa. Tapi tadi benar-benar terasa sangat menyakitkan, tapi entah kenapa sekarang perasaan itu sudah tidak bersisa.""Sekarang kamu juga bisa mengingat semuanya?"Ara mengangguk menjawab pertanyaanku, sambil tersenyum simpul dan wajahnya sedikit memerah. Bagaimana tidak jika ternyata kami sudah menikah saat kecil, itu kesepakatan dari kedua orang tua kami. Walaupun pada akhirnya, orang tua kami jugalah yang memisahkan kami dan membuat kami kehilangan semua ingatan itu."Emb... Jadi sebenarnya kita suami istri... emb... maksudku..." Aku mengatakannya dengan tergagap, namun langsung dipotong oleh Ara."Iya, Deffa. Kita suami istri, tapi sepertinya kita bisa membahas

  • Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek   Membuka Kotak

    "Deffa! Maaf aku malah ketiduran barusan!""Tidak apa-apa, Ara. Kamu pasti juga kelelahan, karena memasak juga. Kemarilah! Kita buka kotak ini sekarang."Ara turun dari tempat tidur, dan duduk di bawah tepat di sampingku menghadap kotak. Aku benar-benar penasaran, ragu dan takut disaat yang bersamaan. Jantungku terasa berdetak lebih cepat, dan tanganku sudah berkeringat dingin karena cemas. Padahal saat ini aku baru memegang kotak itu, belum mencoba untuk membukanya.Tiba-tiba perasaanku merasa lebih tenang, saat tangan Ara menggenggam tanganku. Entah dia bisa membaca pikiranku saat ini, atau dia melihat ekspresi cemasku yang menurutku akan terlihat dengan jelas. Tapi perlakuan Ara ini benar-benar memberiku kekuatan untuk lebih berani, entah apa yang aku hadapi setelah ini, selama itu bersama Ara sepertinya aku akan sanggup menghadapinya.Mungkin terdengar sangat berlebihan, tapi itu yang aku rasakan. Mungkin aku bisa menjadi lebih berani, karena berpikir kalau aku tidak sendiri. Dan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status