Share

Apa Mas Boleh Nikah Lagi?

Penulis: Anana-chan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-14 13:32:56

“Ada apa Mas?”

“Mengapa Mas bertanya begini? Apa yang terjadi?” 

Suaraku hampir saja tidak terdengar. Semuanya bercampur dengan tangisan. Dadaku sangat sakit. Aku tidak bisa merasakan apapun. Segala sakit ini menguasai tubuhku. Aku bingung harus berbuat apa, aku bingung harus berkata apa.

“Maafkan aku, Bulan!”

Mas Bayu memelukku. Aku terus menangis di dalam pelukannya. Tidak ada senyuman terukir di wajahku. Aku sangat ketakutan sekarang.

“Ada apa Mas?”

Aku segera mendekatkan wajahku. Mas Bayu terdiam membisu. Dia mengecup keningku lalu bergegas untuk terlelap tidur. Dia memunggungiku tanpa menjawab pertanyaanku lagi.

Aku ingin menunjukan pakaian terindah yang selalu aku gunakan untuk memanjakan matanya. Namun, malam ini menjadi malam yang kalud. Tidak ada yang bisa aku lakukan. 

Aku terus menangis sambil mengigit bibir bawahku. Aku berusaha menahan sesak di dada. Aku tidak ingin tangisanku terdengar olehnya. Aku berusaha untuk menahan semua sesak di dada sambil menangis secara diam-diam.

“Mengapa dia meminta menikah lagi?”

“Apa yang terjadi dengan Mas Bayu?” pikirku.

Aku terlelap tidur dan paginya, kepalaku sakit. Saat aku terbangun, Mas Bayu sudah tidak ada di sampingku. Aku bergegas menuju dapur dan menatap bibi Sri yang sedang menyediakan sarapan untuk kami.

“Mas Bayu ke mana?” tanyaku. 

“Tidak tahu, Non Bulan,” jawabnya. Aku menghela napas panjang. Aku kemudian kembali ke dalam kamar. Aku menatap tubuhku dari pantulan cermin. Malam kemarin, aku memakai piyama pink kesukaan Mas Bayu. Tapi, entah mengapa lelaki itu tampak tidak tertarik lagi.

“Apa yang terjadi?”

“Mas Bayu selingkuh?”

Aku berusaha menepis semua hal itu. Tidak mungkin, tidak mungkin suamiku selingkuh. Mungkin saja Mas Bayu sedang membuat kejutan kepadaku. Seminggu lagi adalah hari ulang tahunku dan Mas Bayu selalu membuat kejutan untukku.

Aku berjalan ke dalam kamar, di dalam kamar aku duduk di depan meja rias sambil menatap wajahku. Umur 28 tahun, sudah lima tahun pernikahan kami. Apa Mas Bayu bosan kepadaku? Pikirku kemudian.

“Tidak, tidak, mungkin saja dia sedang membuat kejutan, Bulan!” batinku. 

Aku menanamkan di dalam diriku bahwa Mas Bayu tidak mungkin selingkuh. Dia lelaki setia dan bahkan setiap hari dia mengatakan bahwa dia berbahagia bersamaku. Mas Bayu sering terang-terangan meminta haknya dan membuat kami merasakan kehangatan cinta. Pergulatan panas itu menyatukan kami berdua.

Dring!

Suara ponsel itu berbunyi. Aku segera mengambil ponselku dan meletakkan di samping telinga. Mas Bayu meneleponku dan aku segera mengangkatnya.

“Mas!” ucapku.

“Bulan, maafkan mas tadi pagi tidak membangunkanmu, mas tadi segera ke kantor, sayang."

“Kemarin malam kenapa Mas mengatakan hal itu?” tanyaku. Kepalaku dihantui kata-kata Mas Bayu. Lelaki itu terdiam cukup lama.

“Bulan, maafkan mas yah,” ucapnya.

“Maaf karena apa Mas?” 

Aku butuh jawaban dari Mas Bayu secepatnya. Aku ingin menghilangkah segala kecurigaan di hatiku.

“Mas akan jelaskan malam ini, mas janji denganmu!”

***

Seharian di rumah, aku sama sekali tidak tenang. Aku berjalan mondar-mandir di depan cermin kamar sambil memikirkan Mas Bayu. Apa benar dia selingkuh?

Aku menghubungi sahabatku Yuni, dia adalah sahabat Mas Bayu. Yuni sangat mengenal kami. Dari dulu, Yuni yang tahu jalan cerita kami. Yuni penghubung antara aku dan Mas Bayu saat masih kuliah dulu.

“Halo, Bulan?”

“Ada apa?”

“Kebetulan sekali kamu menelepon?” tanyanya segera. Aku duduk di depan jendela kamar sambil memikirkan kata-kata yang tepat.

“Yuni, aku bingung.”

“Ada apa? Mas Bayu lagi?” tebaknya.

“Dia keluar dinas lagi? Dia kan arsitektur, jadi Mas Bayu memang punya proyek yang besar. Kamu kenapa sih?"

Aku menghela napas panjang. Bukan, bukan karena ditinggal pergi lagi. Tapi, lebih dari itu.

“Yuni, Mas Bayu minta nikah lagi?” ucapku pelan.

“APA?”

“NIKAH?”

“Kamu nggak salah dengarkan, Bulan?”  

Yuni sama kagetnya denganku. Aku menghela napas kasar di udara. Aku mengusap wajahku sambil terus menenangkan diri.

“Iya,” jawabku memperjelas.

“Ah, mungkin saja Mas Bayu itu lagi iseng, kan dia selalu membuat kejutan untukmu. Ingat kan, waktu kita mau ke Paris, dia juga selalu godain kamu lalu bilang dia terjatuh dan nggak bisa ikut denganmu di Paris.”

“Nggak mungkin Mas Bayu bilang begitu, dia sangat cinta denganmu, Bulan!” ucap Yuni.

Siapa pun yang menjadi sahabat Mas Bayu akan mengatakan demikian. Aku ingat waktu di depan kelas kampus, Mas Bayu berteriak dan mengatakan bahwa tidak ada yang boleh mendekati Bulan selain dirinya.

Aku juga ingat saat Alex mendekatiku dan Mas Bayu segera menghampiri lelaki itu dan mengatakan bahwa aku miliknya. Aku juga ingat waktu saat Mas Bayu berusaha mendapatkan restu ayahku. Dia berdiri di depan rumah saat ayahku mengusirnya.

“Uhft!”

Aku menghela napas panjang. Semua memori itu tiba-tiba terputar di kepalaku. Aku yakin, Mas Bayu tidak sejahat itu menduakanku. Mungkin saja ada kejutan indah setelah ini.

“Tenang dulu, Bulan. Aku yakin dia tidak akan macam-macam!”

“Kamu tenang yah dan ceritakan apa masalahnya. Pokoknya nanti malam, kamu dandan yang cantik dan segera tanyakan kepada Mas Bayu!” ucap Yuni.

“Oke,” jawabku.

“Jangan panik dulu yah, aku yakin Mas Bayu hanya iseng saja.”

“Aku sudah dulu yah, mau kerja lagi!” ucap Yuni. Aku menghela napas lega saat mendengarkan suara Yuni. Yuni adalah sahabat Mas Bayu dan dia sangat tahu tentang Mas Bayu.

Aku meletakkan ponselku di atas meja rias. Aku memeriksa tas kerja Mas Bayu. Aku mencoba mencari beberapa hal. “Tidak mungkin, tidak mungkin Mas Bayu selingkuh!” batinku lirih.

Aku menatap beberapa berkas dan tampak tidak mencurigakan. Tidak ada barang-barang aneh di dalam tas Mas Bayu. Aku selalu membaca novel mengenai suami yang berselingkuh, tetapi di tas Mas Bayu, tidak ada yang menunjukan ke arah perselingkuhan.

Aku meletakkan tas kerja itu lagi sambil duduk di meja kerja Mas Bayu dan mencari beberapa hal. Aku membuka lemari Mas Bayu, tidak ada hal yang mencurigakan. Tidak ada tanda bekas lipstick di baju suamiku. Tidak ada bau parfum wanita lain.

“Tapi apa? Apa yang membuat Mas Bayu ingin menikah lagi?”

Pukul lima sore, aku menunggu Mas Bayu di depan rumah. Aku ingin menunjukan wajah ceria kepadanya. Aku berusaha menepis pikiran buruk yang bersarang di kepalaku sejak semalam.

Beberapa menit kemudian, mobil Mas Bayu masuk ke dalam garasi. Aku segera memeluk Mas Bayu saat suamiku itu turun dari mobil.

“Tumben nunggu mas di sini?”

Mas Bayu segera memelukku. Aku hanya mencoba tersenyum. “Mas, Bulan mau bicara beberapa hal.”

“Apa?” tanyanya. Aku mengengam tangannya menuju ruang keluarga. Rumah kami cukup luas sehingga Mas Bayu membuat satu ruangan khusus untuk anak-anak kami kelak.

Mas Bayu duduk di depanku. Dia menatapku dengan intens. “Bulan, mas minta maaf!”

“Mas selingkuh?” tanyaku segera. Aku bergegas mengatakan hal itu. Aku tidak ingin lagi menerka-nerka. Mas Bayu menundukan kepala ke bawah. Aku semakin takut, darahku berdesir dan tubuhku menegang. Namun, jika tidak mendapatkan jawaban hari ini, apa yang akan terjadi?

“Mas selingkuh?” ulangku. Mas Bayu terdiam, mataku tiba-tiba panas dan beberapa detik kemudian, butiran bening itu meluncur tanpa komando.

“Bulan …,”

“Maafkan mas, mas tidak bisa menahannya!”

Bagai tersambar petir, aku menangis sejadi-jadinya. Mas Bayu menatapku dan spontan memelukku. Aku menepis pegangan tangannya. Kaget, syok dan semua bercampur menjadi satu.

“Maafkan mas Bulan, mas tidak akan mengulangi hal itu lagi. Mas …,”

Mas Bayu terus memberikan penjelasan. Aku tidak bisa mendengarkannya lagi. Aku duduk sambil memeluk lututku. Dadaku sangat sakit. Air mataku terus mengalir. Ya, dia selingkuh. Mas Bayu selingkuh. Lelaki yang berjanji akan setia kepadaku ternyata menghianatiku.

“Mas sudah lakukan apa saja?”

“Siapa dia?”

Mas Bayu menghela napas panjang. Dia menyenderkan tubuhnya di sofa sambil memijit pelipisnya. 

“Mas!” hardikku. Aku hampir gila!

Aku menunggu jawabannya. Siapa perempuan yang menjadi tempatnya bersingga selama ini?

“Namanya Zara."

“Dia adalah rekan bisnis mas dan mas …,” kata-katanya terjeda. 

Aku mencoba menguatkan diri. Aku mengepal tangaku dengan kuat. Aku berusaha terlihat kuat meskipun saat ini aku rapuh. Perempuan mana yang tidak sakit mendengarkan perselingkuhan suaminya? Lelaki yang sangat dicintainya. Lelaki yang menemaninya selama puluhan tahun.

“Bulan …,”

“Zara adalah teman mas, sahabat mas juga sebelum bertemu denganmu di Bandung dulu."

Dia melanjutkan kata-katanya. Aku terus menangis. Mas Bayu ingin memelukku namun aku bergegas menepis setiap sentuhannya. Bibi Sri pasti mendengarkan keributan di ruang keluarga. Tangisanku dan teriakanku mengelegar di ruangan ini.

“Mas hanya dekat, nggak sampai berbuat aneh!”

“Makanya mas minta maaf, karena mas sempat bersama Zara dan membohongimu,” jelasnya lagi. 

Mas Bayu berusaha memelukku walaupun aku memberontak.

“Mas tidak ingin jahat denganmu, Bulan.”

“Saat aku dan Zara berdua, aku mengingatmu.”

“Makanya, mas jujur sekarang!” 

Aku terisak menangis di dalam pelukannya. Aku mencoba mewaraskan pikiranku. “Aku dan dia hanya berpegangan tangan. Aku dan dia tidak melakukan yang lain,” sambungnya lagi.

“Makanya mas ingin menikahi dia? Begitu?” teriakku. Mas Bayu menggelengkan kepala. Dia terus memelukku dengan erat dan aku memberontak.

“Maafkan mas yah, mas tidak ingin melukaiku!”

Perlahan suaranya serak. Tanpa sadar, Mas Bayu menangis. Dia memelukku dan terus meminta maaf. Aku tiba-tiba iba kepadanya. Dia terus memelukku dan suara tangisannya begitu jelas terdengar. Aku pernah melihat Mas Bayu menangis saat aku sakit, dan kini aku melihatnya lagi.

“Maafkan mas Bulan, mas tidak akan melukaimu lagi,” ucapnya dalam isak tangisan.

Bersambung …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
mayank shinee
nangis doang biasanya tidak ada kesana smart woman payaaaaaaah
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
yakin hubungan suami mu belum terlalu jauh?? kamu ngapain cuman di rumah saja dan melipat ijazahmu jadi g berguna. kenapa g kamu ikuti suami mu tugas keluar kota?? percuma ijazah magister mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Akhir Kehidupan

    Sebulan lebih di Turkey untuk perawatan lanjutan, akhirnya kami diizinkan untuk pulang ke Indonesia. Alhamdulillah, Mas Reza sudah lebih baik. Mertuaku sudah pulang lebih dahulu dan kami akan menyusulnya dua hari lagi. Mas Reza menatapku dengan sangat lama. Suasana di taman terasa sejuk. Sejak tadi, kami duduk di taman berdua saja. “Bulan?” panggilnya. Tangan mas Reza bergerak dengan sangat lambat menyentuh pipiku. Aku tersenyum. Pandangan kami bertemu. “Kamu capek?” Suaranya hampir tidak terdengar. “Nggak sayang,” jawabku. Demi dia, aku tidak pernah merasakan capek sedikit pun. Mas Reza adalah suamiku, dia adalah harapanku. Aku tidak pernah lelah untuk merawatnya. Aku meletakkan secangkir air mineral di samping kursi roda miliknya. “Bulan, a-aku mau tinggal di Jerman selama setahun. Aku ingin menenangkan pikiranku dan beristirahat sejenak di sana, bagaimana?”Aku menganggukan kepala setuju. “Mau Mas,” seruku. Swiss adalah kota impian kami berdua. Pertama kali bertemu mas R

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Mas Reza Sudah Sadar

    Satu bulan berada di Turkey, tidak ada yang berubah. Aktivitas kami masih saja sama. Berada di rumah sakit dan berusaha untuk merawat mas Reza. Meskipun harapan itu semakin hari semakin redup dan sangat nyata. Dokter mengatakan kepadaku jika mas Reza kemungkinan tidak akan bangun lagi. Jika dilihat dari bulan pertama dia koma, kondisinya semakin menurun. Beruntung, Mas Reza kuat dan dia masih bertahan hingga dua bulan ini. Aku tidak bisa berbuat apapun kecuali berdoa untuknya.“Mas?” bisikku. “Bangun sayang, Bulan sebentar lagi lahiran. Masa mas nggak ada di sini.”Sama seperti hari-hari sebelumnya, mas Reza tidak meresponku. Aku hanya bisa menangis lagi dan lagi. Setelah puas berbicara dengannya, aku keluar dari ruangan. Ibu Sandi mengajakku makan siang di restoran samping rumah sakit. Hal ini menjadi aktivitas kami selama satu bulan ini. “Dua bulan lagi kamu lahiran. Apa sudah menyiapkan mentalnya?”Ibu Sandi menatapku. “Insyallah Bu!” jawabku. Untuk sementara ini, kami tin

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Berjuang Kembali 2

    “Bagaimana kalo mas Reza pada akhirnya tidak bisa bangun?”“Kamu bicara apa sih?” tegurku dengan cepat.Sali memberikanku satu buku dan dia mengajakku untuk jalan-jalan di sekitar masjid biru. Kami sedang duduk di pelantaran masjid. Aku memandangi wajahnya dengan terheran.“Kamu nggak lagi berdoa agar mas Reza nggak bangun kan?”Sali menepuk pundakku dengan lembut.“Kamu mikir apa sih Bulan? Nggak lah. Aku hanya nanya saja. Tadi aku dengar beberapa pembicaraan dari tim medis mas Reza. Ya, mereka kayak menyerah gitu. Aku nggak lagi nakut-nakutin mu loh.”Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Empat bulan lagi aku akan melahirkan. Jika mas Reza belum sadarkan diri. Maka hariku akan sangat menyedihkan.Ibu Sandi berencana akan datang seminggu lagi. Dia ingin menemaniku di sini. Aku setuju, aku butuh dia. Lagi pula, jika dia berada di Turkey. Maka ibu Sandi bisa bertemu dengan Hannah. Dia akan bahagia.Kami berjalan keluar dari masjid.“Aku yakin, Mardiah sudah tidak peduli

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Perjuangan Kembali

    “Apa kamu merencanakan semua ini? Maksudku, mengapa menganti nama mas Reza sebagai Hufo?”Aku memberanikan diri bertanya. Mardiah mengambil lipstick merah dari dalam tasnya. Dia membenarkan lipstick di bibirnya yang berantakan. Mardiah lalu tersenyum ke arahku.Beberapa saat, dia mengambil ponselnya lagi. Sepertinya dia baru saja selesai memperbaiki nail artnya.Aku masih menunggu jawabannya.Dia terlihat sombong sekarang, seakan dia mampu untuk melukaiku. Tapi tidak, aku tidak akan membiarkan dia melukaiku seperti ini. Tidak, dia tidak akan bisa melakukannya!“Aku tidak merencanakan ini. Mas Reza sendiri yang ingin berlibur bertiga denganku. Yah, mungkin saja sebelum anakmu lahir,” ucapnya terasa ringan.Dia tampak tidak peduli dengan semua kekhawatiranku. Sama seperti yang dikatakan ibu Sandi. Mardiah licik. Dia sangat licik. Orang-orang tidak akan pernah tahu bagaimana sifatnya sebelum kita berbicara dengannya.Aku mengelus perutku dengan pelan.Mas Reza masih berada di ruang ICU,

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Alasan

    Aku memeluk tubuh mas Reza. Sali berusaha menahanku namun mas Gani berseru.“Biarkan saja!”Pandanganku mulai kabur. Aku sangat kelelahan. Dengan pelan, aku menyentuh tangan mas Reza. Beberapa alat medis memenuhi tubuhnyaApa? Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya? Aku bertanya-tanya.“Bulan, hanya ada satu orang yang bisa berada di ruangan ini. Sebaiknya, kita keluar dulu. Aku akan menjelaskan kepadamu, apa yang sebenarnya terjadi,” ucap mas Gani.Aku menganggukan kepala mengikutinya.Aku segera keluar dari ruangan dibantu oleh Sali. Tubuhku lemas. Air mata terus terjatuh di pipiku.Kami menuju ruang tunggu khusus untuk keluarga pasien. Aisha dan mas Ahmad sudah duduk lebih dahulu. Saat aku berada di ruang itu, dokter masuk ke ruangan mas Reza.Sepertinya mereka ingin memeriksa keadaan mas Reza.“Gini,” ucap mas Gani memulai pembicaraan. Dia menarik napas dalam-dalam lalu memghembuskan dengan pelan.“Reza ditemukan oleh tim di rumah sakit ini. Sampai sekarang, orang-orang belum tahu

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Petunjuk

    Aku segera berlari ke arah gadis kecil itu. Aku yakin, Hannah melihatku tadi. Aku yakin, dia menungguku.“Hannah!”“Hannah!” teriakku.Beberapa orang memandangiku. Beberapa di antara mereka mengatakan kepadaku untuk berhati-hati.Aku terus memanggil nama Hannah. Gadis kecil itu di sini!“Bulan!”“Bulan!” teriak Sali dari belakang.Aku menoleh ke belakang. Rupanya Sali berlari ke arahku. Wajahnya mendadak panik. “Are you oke?” tanyanya. Dia memegang kedua tanganku dan menatapku dengan cemas.“Sali, aku melihat Hannah di sini. Tapi dia tiba-tiba menghilang. Aku tidak melihatnya lagi. Dimana dia? Kita harus mencarinya, Sali!” ucapku.Aku melepaskan gengaman tangan Sali dan berlari. Sali terus mengejarku dari belakang.“Bulan, stop. Kita akan mencari Hannah. Tapi hati-hati. Jangan berlari!” panggil Sali.Aku tidak bisa berdiam diri. Hannah di dekatku sekarang. Aku yakin, dia ingin menemuiku.Aku berdiri di sebuah danau yang dikelilingi bunga tulip. Aku memegang sebuah pagar kayu yang meng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status