Share

Perempuan Yang Terbuang
Perempuan Yang Terbuang
Author: JP

01. Melarikan Diri

01.MELARIKAN DIRI   

Hujan turun dengan derasnya di kota London yang membuat lalu lintas menjadi lebih padat dari biasanya.

Bunyi petir yang menggelagar memecah keheningan di tengah malam pada salah satu sudut kota London yang cukup suram ini.

Petir yang turun menyambar-nyambar menambah kesuraman malam yang sudah menginjak ke pagi dini hari ini.

Namun hujan yang deras ini tidak menghentikan aktivitas warga kota London yang sebagian hidup di malam hari, mencari sesuap nasi.

Hujan yang deras tidak menyurutkan para pedagang terutama kedai makanan yang buka 24 jam hanya demi mencari pelanggan yang kelaparan di tengah malam buta ini.

Tap ... tap ... tap ...

Terdengar suara langkah kaki berjalan di tengah derasnya hujan yang tenagh mengguyur kota ini.

Langkah kaki yang terdengar tergesa-gesa di tengah hujan yang sangat deras ini. Genangan air mulai tampak di jalan yang semula berdebu yang makin lama makin menggenagi jalan.

Hari sudah menjelang tengah malam, tapi jalanan di kota London masih tampak ramai saja, seakan tidak pernah tidur dan tidak terpengaruh sama sekali oleh larutnya malam.

Tap ... tap ... tap ...

Suara langkah kaki yang bercampur kecipak genangan air masih terdengar jelas. Makin lama terdengar makin cepat dan kencang bunyi langkah kaki ini, seakan pemilik kaki yang melangkah ini memang sangat tergesa-gesa menuju tempat tujuannya dan tidak ingin diketahui keberadaannya oleh siapapun.

Bunyi langkah yang dipercepat tapi bukan sedang berlari, menunjukkan kalau si pemilik langkah memang sangat terburu-buru menuju ke tempat tujuan.

Tapi, siapakah yang sudah pagi dini hari berjalan kaki di tengah jalanan kota yang tengah dilanda hujan angin yang cukup deras?

Tampak di kejauhan di tengah derasnya hujan, seorang wanita muda yang berpakaian seadanya membawa payung sambil mengendong anak dalam balutan kain, sementara tangan satunya lagi memegang anak gadis yang baru berumur lima tahun.

Sungguh aneh melihat pemandangan ini di pagi dini hari.

Wanita inilah yang menimbulkan langkah yang memercik di genangan air jalanan kota London ini. Wanita ini seakan tidak peduli dengan kotornya genangan air ini yang membasahi kedua kakinya.

Kakinya terus melangkah tanpa henti, walaupun kelihatan keletihan yang sangat jelas pada wajah wanita ini yang pucat pasi.

Mungkin hanya tekad yang kuat, karena tanggung jawabnya terhadap kedua anaknya yang membuat wanita ini masih kuat berjalan di tengah hujan deras dan cuaca dingin yang menusuk tulang ini.

Bahkan pakaiannya mulai basah karena hujan deras disertai angin kencang meniup air hujan yang berjatuhan dari langit ke arah dirinya dan kedua anaknya ini.

Wanita ini tampak sangat cemas dengan keadaan dirinya dan anak-anaknya. Raut wajah yang ketakutan juga makin terlihat nyata di wajahnya yang pucat pasi dan seperti sedang di bawah tekanan yang besar yang tidak sanggup ditanggungnya ini.

Tapi yang pasti, wanita muda ini tampak sangat ketakutan dan bergegas hendak bersembunyi dari derasnya hujan yang masih belum berhenti ini.

Anak gadisnya yang berumur 5 tahun tampak tegar di tengah kebingungan ibunya yang sedang mencari tempat berteduh untuk mereka.

Anak gadis ini tidak menangis sama sekali, padahal cuaca cukup dingin dengan turunnya hujan yang tiada henti ini.

Sebentar- sebentar wanita ini menoleh ke belakang dengan penuh ketakutan, dan melihat sekeliling seperti ketakutan sedang diikuti seseorang.

Kejadian yang aneh mengingat wanita ini membawa dua anak yang masih sangat kecil, bahkan anak satunya masih bayi dalam gendongan kain. Tidak mungkin wanita waras membawa dua anaknya di tengah hujan deras pada malam hari pula. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada wanita ini, apalagi wanita ini terlihat cemas dan sangat ketakutan kalau dia sedang diikuti.

Tapi ini kota besar, tidak ada yang peduli kalau ada seorang wanita mengendong anak yang mungkin baru berumur tidak sampai setahun serta mengandeng anak gadis berusia lima tahun. Semuanya mungkin saja terjadi dan menjadi tanggung jawab masing-masing.

Walaupun tiap individu hidup dengan egonya masing-masing, tapi di beberapa sudut kota besar ini, masih ada beberapa individu yang peduli dengan sesama.

*****

Wanita ini berhenti sesaat di kedai makanan yang buka 24 jam. Rasa lapar menyerangnya, tapi dia tidak punya uang sama sekali untuk membeli sekedar lauk sederhana.

Wanita ini nekad masuk ke dalam kedai makanan ini, bahkan hanya untuk sekedar berteduh saja dari hujan yang makin deras.

"Kamu ... ada apa malam-malam bawa anak kecil?" tegur seorang pria yang sudah tua yang sedang menikmati kopinya di kedai makanan ini.

"Saya tersesat pak ... baru datang dari desa mencari rumah saudara saya!" kata wanita muda ini.

"Memangnya kamu tidak bawa hape? Kan bisa ditelepon saudaranya itu!" kata pria tua ini lagi.

"Hape saya mati pak, belum dicharge!" ujar wanita ini memberi alasan.

"Berapa nomor hape saudaranya, biar saya bantu meneleponnya," kata pria tua yang merupakan supir truk trailer ini menawarkan bantuan.

Belum sempat wanita ini menjawab, terdengar suara dari dalam kedai makanan ini.

"Mari Nona, masuk ke dalam sini! Tidak baik kalau malam-malam bawa bayi dan anak kecil keliaran di luaran. Ini kota besar, bahaya!" ajak wanita setengah baya pemilik kedai makanan ini.

"Terima kasih Bu ... boleh saya minta makan buat anak saya Bu? Nanti kalau sudah ketemu rumah saudara saya, akan saya bayar!" pinta wanita ini.

"Tidak perlu bayar Nona ... Eh adik kecil ini mau makan apa?" tanya pemilik kedai makanan ini dengan ramah.

"Kata mama tidak boleh terima makanan dari orang asing!" kata anak perempuan berumur lima tahun ini.

"Lucunya kamu ini. Kalau sekarang boleh ... kan mamanya yang minta makanan buat adik kecil!" kata pemilik kedai makanan ini sambil tersenyum.

"Boleh ya Ma?" tanya anak perempuan ini lagi kepada mamanya.

"Boleh sayang ... kamu makan yang diberikan ibu ini ya ..." kata wanita muda ini.

"Nona ... kenapa sampai malam begini belum ketemu rumah saudaranya?" tanya pemilik kedai makanan, yang merasa heran dengan wanita ini yang keliaran malam-malam.

Wanita muda ini yang tampak pucat pasi hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan pemilik warung makan.

"Begini saja ... kamu boleh tidur di belakang untuk malam ini! Kasihan anak-anak dibawa tidak tentu arah tujuan di tengah malam begini! Besok saya bantu cari rumah saudaramu itu!" tawar pemilik kedai makanan untuk wanita muda ini beristirahat.

"Terima kasih banyak Bu ..." kata wanita muda ini kemudian masuk ke bagian dalam kedai makanan ini.

Pemilik kedai makanan ini langsung menyediakan kasur busa yang bisa digelar di lantai untuk tempat beristirahat wanita muda ini beserta anaknya.

'Kamu sudah makan?" tanya pemilik kedai makanan ini kepada wanita muda yang pucat pasi seperti sakit ini.

Tidak ada jawaban dari wanita muda ini. Mungkin wanita ini sudah lemah atau dia tidak mau merepotkan pemilik warung makan ini lagi.

Pemilik kedai makanan ini kemudian mengambilkan makanan untuk diberikan kepada wanita muda ini.

"Kamu makan dahulu biar sakitnya tidak tambah parah! Kasihan bayimu tidak bisa menyusui kalau ibunya sakit!" kata pemilik kedai makan dengan tegas kepada wanita muda ini.

Tanpa membantah, wanita muda ini berusaha makan agar bisa menghasilkan ASI untuk bayinya ini.

Anak perempuannya yang berumur 5 tahun sudah tertidur lelap setelah habis makan.

"Kasihan kamu Nak ... maafin mama ya sudah membuatmu susah begini," ujar wanita ini dalam hati sambil menyeka air matanya dengan bajunya yang masih basah kuyup.

Sambil makan, wanita muda ini terkenang pengalaman pahitnya yang membuatnya harus keluar dari rumah mertuanya di tengah malam buta, dan berjalan tidak tentu arah di tengah derasnya hujan yang mengguyur kota London.

*****

Bersambung .....

Comments (15)
goodnovel comment avatar
Immortal
Mantap ceritamu
goodnovel comment avatar
Pendekar Immortal
pokoknya wajib baca
goodnovel comment avatar
Titan
support author
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status