Suamiku merekam proses kelahiran anakku, kemudian mengunggahnya ke situs porno. Video tersebut cepat menyebar, dan aku mendapatkan serangan siber. Orang tuaku menyewa pengacara untuk membantuku dalam kasus ini, tapi malah membuat masalah menjadi makin parah. Akhirnya, mereka mati terlindas mobil orang yang mereka tuntut. Aku bertahan dengan kondisi yang masih lemas pascamelahirkan, hanya untuk meminta keadilan bagi orang tuaku. Tapi suami dan ibu mertuaku malah bersekongkol. Mereka mengusirku keluar rumah saat tengah malam. Bahkan mereka memanggil sekumpulan orang yang lebih kejam dari binatang untuk menganiaya dan membunuhku saat diriku masih dalam masa pemulihan pascamelahirkan. Setelah aku mati, suamiku menolak melaporkan kejadian ini agar tidak dilakukan penyelidikan. Dia malah mengubur jasadku di sebuah gunung terpencil. Dia menguburkanku sambil mengomel, "Aku melakukan semua ini supaya kamu bisa hidup enak. Jangan salahkan aku kalau aku jadi kejam begini, itu karena kamu sendiri yang nggak menghargainya." Saat aku membuka mata, aku malah kembali ke hari saat aku baru saja melahirkan.
View MoreSetelah lukaku pulih.Aku memindahtangankan rumahku kepada agen properti sepenuhnya agar diurus.Sementara aku dan Renita kembali ke kampung halaman bersama ayah dan ibuku untuk menjalani hidup baru.Berita tentangku menjadi sorotan di media.Mereka bilang bahwa aku adalah orang pertama yang berani melawan ketidakadilan.Mengungkap kejahatan meskipun sempat mendapatkan cibiran masyarakat.Mereka menyebutku pahlawan.Tapi, satu hal yang ingin kukatakan pada mereka adalah.Bukan hanya aku.Mereka yang berani melawan kejahatan dan mengabaikan tanggapan miring orang-orang demi menegakkan keadilan.Juga merupakan seorang pahlawan.Kaum perempuan bukan lagi kaum lemah.Akan selalu ada yang berani maju untuk melakukan perlawanan.Dan kekuatan mereka jauh lebih besar daripada yang kamu bayangkan.Kami, kaum perempuan. Tidak akan membiarkan apa yang sudah kami perjuangkan, berubah menjadi bumerang bagi kami ataupun generasi berikutnya.
Ayahku lalu terlihat berjalan masuk dari luar.Dia membawa kantong berisi buah durian.Dia bergegas menghampiriku begitu melihatku sudah siuman.Dia lalu menepuk lembut keningku, "Dasar kamu ini! Kenapa nggak mengabari Ayah dan Ibu kalau ada masalah sebesar ini?""Kamu ini bisanya membuat orang cemas saja!"Ibuku mengusap air mataku sambil melirik tidak suka pada ayah, kemudian mengomelinya, "Anakku baru bangun, kamu jangan malah memarahinya."Mata ayahku terlihat sedikit memerah, dan dia buru-buru balik badan.Dia mengusap wajahnya sambil berbalik, lalu meletakkan durian tadi di atas meja."Aku juga kasihan padanya. Kalau saja aku tahu Sandi itu seberengsek ini.""Aku pasti nggak akan merestui pernikahan mereka meskipun Lina akan membenciku!"Aku mengulurkan tangan untuk meraih lengan ayahku, "Ayah, sudahlah. Semuanya sudah berakhir sekarang.""Sandi sudah mati, semuanya sudah berakhir. Setelah ini hari-hari yang lebih cerah akan datang."Ayahku terlihat menaikkan alisnya.Lalu mengup
Agen properti menghubungiku dan bilang kalau ada yang tertarik dengan rumahku.Dan memintaku datang untuk tanda tangan kontrak.Aku pun mengiyakan dengan senang hati.Begitu rumahku sudah terjual, aku akan meninggalkan kota ini selamanya.Aku bergegas menuju ke kantor agen properti sambil bersenandung.Aku terkejut saat melihat siapa yang akan membeli rumahku.Ternyata, orang itu adalah Sandi yang kabur.Wajahnya sudah penuh jambang, tatapan matanya semerah darah.Aku pun segera berbalik dan hendak pergi begitu melihatnya.Tapi Sandi benar-benar seperti hewan liar yang sedang marah. Dia berlari ke arahku sambil memegang sebilah pisau."Lina, ini semua gara-gara kamu!""Ibuku sudah mati.""Aku juga dipenjara karenamu. Nggak akan kubiarkan kamu hidup tenang!"Agen properti yang melihat situasi jadi memburuk pun segera menelepon polisi.Aku juga segera menghindari serangan Sandi.Tapi pria itu tiba-tiba mengubah arah pisaunya.Pisau itu pun berhasil melukai lenganku.Darah mengalir keluar
Seperti yang sudah kuduga. Tiga hari kemudian ....Videoku kembali tersebar secara daring.Sama seperti di kehidupanku yang sebelumnya. Informasi pribadiku juga ikut tersebar.Nomor telepon dan alamat rumahku juga tersebar.Tapi di kehidupanku sekarang, aku sudah tidak selemah dulu.Aku pasti akan menuntut semua orang yang sudah menindas dan menghinaku.Karena tindakan Sandi ini.Polisi segera melacak informasi dari video yang dipublikasikan Sandi.Mereka menyusup ke dalam jaringan orang-orang itu.Kemudian mengumpulkan cukup banyak bukti.Ternyata jaringan orang-orang itu sudah tersusun rapi.Para penjahat itu akhirnya berhasil diringkus sekaligus.Polisi memberitahuku.Kalau mereka menemukan bahwa bukan hanya aku yang jadi korban.Sindikat ini ternyata jauh lebih besar daripada yang dibayangkan.Ada video gadis kecil yang baru berusia tiga hingga lima tahun, serta siswa yang masih belasan tahun.Bahkan nenek-nenek berusia tujuh puluh sampai delapan puluh tahun.Para penjahat ini ....
Sandi mengirimkan pesan memohon ampun padaku saat hari sudah malam.Dia memohon agar aku mau mengembalikan uang 1,2 miliar itu padanya. Karena ibu mertuaku terkena serangan jantung.Sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit.Usai membaca pesan tersebut, aku langsung menghapusnya dan memblokir nomor Sandi.Sandi lalu mencoba menghubungiku menggunakan ponsel kerabatnya yang lain.Suaranya di seberang telepon terdengar memelas.Dia menangis keras."Lina, kenapa kamu setega ini?""Asal kamu tahu, aku punya banyak cara yang bisa membuatmu menyerah!"Kemudian telepon pun terputus.Aku tahu apa maksud ucapan Sandi barusan.Dia mau mengunggah ulang videoku yang dia rekam secara diam-diam ke website itu lagi.Supaya aku kembali tersudutkan seperti di kehidupanku yang sebelumnya.Aku awalnya berencana menyudutkan Sandi menggunakan opini masyarakat.Agar dia merasakan siksaan seperti yang kurasakan di kehidupanku sebelumnya. Tersiksa dan putus asa karena kekerasan siber serta caci maki masyaraka
Polisi memanggilku ke kantor polisi.Aku menatap sepasang ibu dan anak yang duduk meringkuk di kursi ruang mediasi.Lalu tertawa sinis.Dalam waktu satu bulan ini.Sandi benar-benar tidak mengecewakanku. Dia benar-benar menganggap kantor polisi seperti rumah sendiri.Polisi tentu saja mengenali mereka berdua.Bahkan sampai mengernyitkan kening saat bertanya, "Kalian berdua memang keras kepala. Kalian sepertinya nggak akan kapok kalau belum mati, ya?"Sandi segera menunjuk ke arahku sambil marah-marah, "Ini semua ulah perempuan jahat itu!""Pak polisi, kami berdua itu suami istri. Apa salahnya kalau aku mau menghancurkan rumahku sendiri?"Aku lalu mengeluarkan surat putusan cerai dari dalam tasku, "Pak Sandi, aku ini sudah bukan istrimu lagi.""Aku sudah mendata barang apa saja yang sudah kamu dan ibumu hancurkan di rumahku.""Bukankah seharusnya kamu membayar ganti rugi?""Kalau nggak, aku terpaksa harus minta bantuan polisi untuk mengantarkan kalian kembali menikmati paket liburan di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments