Share

Bab 3 - Kekacauan Bad Burning

Happy Reading Semuanya!

Menjelang malam hari Geo tidak memiliki niatan untuk kembali ke rumah, pikirannya berkelana jauh. Meskipun lelaki itu tidak tahu apa yang sebenarnya memenuhi otaknya saat ini.

Suara langkah kaki panik tampak terdengar memekkan telinganya, diluar seperti ada keributan. Langkahnya berjalan keluar dan memperhatikan lelaki yang menjadi rektor kampusnya tampak panik membuka setiap ruangan dosen.

“Kenapa pak? Apakah ada yang bisa saya bantu?”

Lelaki tersebut dengan cepat berlari kearahnya dan menatap dalam dirinya. Wajah panik tidak bisa ditutupi oleh lelaki itu.

“Tamat sudah riwayat kampus ini,”

Geo hanya menaikkan sebelah alisnya bingung, ia tidak mengerti dengan perkataan dari lelaki berwajah panik dihadapannya. 

“Apa maksudnya?” tanya Geo

“Bad Burning ada di Club malam Kelopak asia Bliniz Jakarta. Mahasiswa kita bisa terciduk disana,”

Lelaki dengan wajah tampan itu tampak memperhatikan ponselnya, menampilkan nomor dari rekannya. Pasti kabar tentang Bad Burning sudah menyebar luas dan tidak bisa dicegah.

“Polisi sedang perjalanan menuju tempat itu, kita harus mengeluarkan mahasiswa kita disana dengan cepat sebelum diketahui oleh media dan demi masa depan mereka.”

Geo dengan cepat mengambil kunci mobilnya, ia tidak tahu kenapa rasanya sangat ingin pergi ke tempat itu. Club malam itu bukan lokasi yang sering ia datangi tetapi dalam lubuk hatinya seolah mengatakan jika ia harus berada di sana.

Mobil sport hitam miliknya tampak membelah jalanan dengan cepat seiring dengan suara sirine kepolisian yang memenuhi perjalanannya menuju sebuah klub yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampusnya berada sekarang ini.

Tatapannya mengarah pada pintu masuk yang sudah dijaga oleh lelaki dengan tubuh tegap beserta dengan pakaiannya berwarna hitam. Apakah ia bisa masuk begitu saja?

Ketukan jendela mobil di sebelah kanannya tampak membuat lelaki dengan nama Geo itu menurunkan jendela dan melihat lelaki yang amat sangat ia kenal. Siapa lagi kalau bukan rekannya yang sebelumnya menghubungi dirinya.

“Lo kenapa disini? Selera Lo berubah jadi rendahan?” tanya Leo

“Sialan Lo kalau ngomong! Sekarang enggak usah banyak banyak tanya. Ini maksudnya gimana? Jadi benar kalau tempat ini dijadikan lokasi Bad Burning? Sumpah suara sirine kalian gila banget, merasa hebat Lo sengaja di kencengin? Kuping kita sebagai warga sipil enggak bermasalah bro.”

Rekannya hanya tertawa, ia tahu jika lelaki di depannya akan sangat murka dengannya. “Benar! Sekarang yang turun langsung kepala kepolisian. Dia rela turun tangan,” bisik Leo.

Geo menatap pintu di depannya tampak dijaga ketat oleh orang yang bukan dari negaranya, pantas saja jika lelaki itu tinggi dan besar. Dan yang ia tidak habis pikir, kenapa bisa sampai di daerah tempatnya berada.

“Lo jadi polisi gimana sih! Kenapa bisa kebobolan kaya gini!” keluh Geo.

Leo berkacak pinggang, “Menurut Lo, ini salah kepolisian? Kita sendiri kan nggak pernah tahu kalau ada hal yang seperti ini. Mulut Lo juga sialan banget, kita kerja keras banget selama ini enggak ada harganya.” Geo memutar matanya malas mendengar penuturan dari rekannya yang satu itu.

“Lo kesini ngapain sebenarnya? Mau lihat gimana cara keren polisi buat menangani kasus ini?” tanya Leo lagi.

“Bukan, gue khawatir ada salah satu mahasiswa di sana dan buat nama kampus jelek.”

Leo mengangguk-angguk dan memperhatikan pergerakan dari temannya yang menatap lurus pintu masuk di depannya itu.

Langkah kaki keduanya berjalan menuju lelaki berkembangsaan Nigeria itu. Tatapan Geo begitu datar dengan menunjukkan kartu identitasnya, temannya begitu mudah sekali masuk kedalam ruangan.

Pandangan Geo mengedar, ia berusaha untuk mencari tahu sesuatu. Rahangnya mengeras memperhatikan perempuan yang dikelilingi oleh lelaki,  sudah ia bilang jika rekan dari perempuan itu bahaya tetapi masih saja ia tidak didengar.

“Ini gila! Pesta sabu dimana-mana.” 

Pintu ruangan tertutup membuat Leo menatap Geo yang hanya memasang wajah datar, temannya itu memang tidak asik sekali. Kepala kepolisian semakin dekat dan pesta semakin marak. Beberapa perempuan di ujung ruangan tampak dipermainkan, pakaian yang dikenakan hilang dan sudah kehilangan kesadaran.

Ini acara gila yang pernah Geo temui.

“Ada perempuan mabuk lagi! Kita bisa party S*ks malam ini!! Hahaha… party!” 

Rahang Geo mengeras dan tangannya mengepal seolah ingin meninju orang-orang yang begitu sialan dimatanya termasuk mengganggu orang yang dikenalnya sekarang. Tatapan matanya tampak tajam memperhatikan gadis yang dikenalnya tampak mencoba mengembalikan kesadarannya sekarang ini. 

“Sialan!” maki Geo.

Leo yang mendengar makian dari rekannya tampak mengikuti arah pandang dari lelaki yang memperhatikan perempuan yang sudah hampir setengah mabuk dan berusaha untuk mengendalikan diri. Sekelilingnya tampak dipenuhi oleh orang-orang berpakaian hitam. 

Suara gaduh dari arah belakang tampak membuat Leo dengan cepat bersiap, tangannya memegang sisi kiri dimana pistolnya sudah bersiap untuk diletupkan.

Dobrakan pintu membuat semua orang yang ada di dalam ruangan tidak bergerak sama sekali termasuk gadis bernama Eva dan kedua temannya. Keadaan menjadi sangat  berantakan dan kacau. Geo hanya memandang lurus ke arah gadis muda itu.

“Semua yang ada di dalam ruangan jangan bergerak!!” teriak Leo.

DOR!

Suara letupan pistol yang diledakkan oleh rekannya bukan membuat keadaan menjadi kondusif tetapi menjadi semakin berantakan. Banyak orang berlarian dan masih tetap santai menikmati pertunjukan yang terjadi saat ini.

“Aaaaa!!! Baj*ngan! Lo kenapa sentuh gue sialan!”

Mata Geo melotot saat lelaki dengan pakaian hitam tampak menahan tangan Eva disaat rekan gadis itu tampak melarikan diri, langkah Geo seakan terasa berat saat orang yang dikenalnya tampak dicekoki dengan sesuatu. Kakinya terasa kaku dan Leo tampak menahan tangannya.

“Jangan gegabah!”

“Gegabah apanya! Lo lihat dia! Dia hampir—” 

Lelaki itu sudah tidak peduli lagi. Geo mendorong tangan lengan dari Leo dan berjalan menghampiri perempuan yang amat sangat dikenalnya. Suara tembakan memenuhi ruangan, rasanya seperti sebuah film action. 

Geo menendang lelaki di depannya dan menarik tangan Eva kedalam pelukannya. Napasnya tampak terengah-engah, amarah Geo terlihat sangat jelas.

"The women present here have been sold, they all have to fulfill the desires of our master. And that woman really interests our master. Hand the girl over to us before we do anything bad to you.”

Geo hanya memamerkan smirk tipisnya.

“Just step over my corpse first if you dare. I will never let you guys touch this girl!” amarah Geo terlihat sangat jelas.

Tangannya menarik Eva kedalam pelukannya dan membiarkan gadis itu kini memeluknya erat. 

Leo yang melihat rekannya tampak berbicara seserius itu tampak tidak percaya, seorang Geo bisa mengatakan kalimat serius seperti barusan. Siapa gadis itu sampai membuat rekannya menjadi seperti ini. 

Benar-benar diluar dugaannya sama sekali dan membuatnya penasaran. 

Apakah orang itu adalah perempuan yang di sukai oleh rekannya?

To be continued…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status