Happy Reading Semuanya!
Menjelang malam hari Geo tidak memiliki niatan untuk kembali ke rumah, pikirannya berkelana jauh. Meskipun lelaki itu tidak tahu apa yang sebenarnya memenuhi otaknya saat ini.
Suara langkah kaki panik tampak terdengar memekkan telinganya, diluar seperti ada keributan. Langkahnya berjalan keluar dan memperhatikan lelaki yang menjadi rektor kampusnya tampak panik membuka setiap ruangan dosen.
“Kenapa pak? Apakah ada yang bisa saya bantu?”
Lelaki tersebut dengan cepat berlari kearahnya dan menatap dalam dirinya. Wajah panik tidak bisa ditutupi oleh lelaki itu.
“Tamat sudah riwayat kampus ini,”
Geo hanya menaikkan sebelah alisnya bingung, ia tidak mengerti dengan perkataan dari lelaki berwajah panik dihadapannya.
“Apa maksudnya?” tanya Geo
“Bad Burning ada di Club malam Kelopak asia Bliniz Jakarta. Mahasiswa kita bisa terciduk disana,”
Lelaki dengan wajah tampan itu tampak memperhatikan ponselnya, menampilkan nomor dari rekannya. Pasti kabar tentang Bad Burning sudah menyebar luas dan tidak bisa dicegah.
“Polisi sedang perjalanan menuju tempat itu, kita harus mengeluarkan mahasiswa kita disana dengan cepat sebelum diketahui oleh media dan demi masa depan mereka.”
Geo dengan cepat mengambil kunci mobilnya, ia tidak tahu kenapa rasanya sangat ingin pergi ke tempat itu. Club malam itu bukan lokasi yang sering ia datangi tetapi dalam lubuk hatinya seolah mengatakan jika ia harus berada di sana.
Mobil sport hitam miliknya tampak membelah jalanan dengan cepat seiring dengan suara sirine kepolisian yang memenuhi perjalanannya menuju sebuah klub yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampusnya berada sekarang ini.
Tatapannya mengarah pada pintu masuk yang sudah dijaga oleh lelaki dengan tubuh tegap beserta dengan pakaiannya berwarna hitam. Apakah ia bisa masuk begitu saja?
Ketukan jendela mobil di sebelah kanannya tampak membuat lelaki dengan nama Geo itu menurunkan jendela dan melihat lelaki yang amat sangat ia kenal. Siapa lagi kalau bukan rekannya yang sebelumnya menghubungi dirinya.
“Lo kenapa disini? Selera Lo berubah jadi rendahan?” tanya Leo
“Sialan Lo kalau ngomong! Sekarang enggak usah banyak banyak tanya. Ini maksudnya gimana? Jadi benar kalau tempat ini dijadikan lokasi Bad Burning? Sumpah suara sirine kalian gila banget, merasa hebat Lo sengaja di kencengin? Kuping kita sebagai warga sipil enggak bermasalah bro.”
Rekannya hanya tertawa, ia tahu jika lelaki di depannya akan sangat murka dengannya. “Benar! Sekarang yang turun langsung kepala kepolisian. Dia rela turun tangan,” bisik Leo.
Geo menatap pintu di depannya tampak dijaga ketat oleh orang yang bukan dari negaranya, pantas saja jika lelaki itu tinggi dan besar. Dan yang ia tidak habis pikir, kenapa bisa sampai di daerah tempatnya berada.
“Lo jadi polisi gimana sih! Kenapa bisa kebobolan kaya gini!” keluh Geo.
Leo berkacak pinggang, “Menurut Lo, ini salah kepolisian? Kita sendiri kan nggak pernah tahu kalau ada hal yang seperti ini. Mulut Lo juga sialan banget, kita kerja keras banget selama ini enggak ada harganya.” Geo memutar matanya malas mendengar penuturan dari rekannya yang satu itu.
“Lo kesini ngapain sebenarnya? Mau lihat gimana cara keren polisi buat menangani kasus ini?” tanya Leo lagi.
“Bukan, gue khawatir ada salah satu mahasiswa di sana dan buat nama kampus jelek.”
Leo mengangguk-angguk dan memperhatikan pergerakan dari temannya yang menatap lurus pintu masuk di depannya itu.
Langkah kaki keduanya berjalan menuju lelaki berkembangsaan Nigeria itu. Tatapan Geo begitu datar dengan menunjukkan kartu identitasnya, temannya begitu mudah sekali masuk kedalam ruangan.
Pandangan Geo mengedar, ia berusaha untuk mencari tahu sesuatu. Rahangnya mengeras memperhatikan perempuan yang dikelilingi oleh lelaki, sudah ia bilang jika rekan dari perempuan itu bahaya tetapi masih saja ia tidak didengar.
“Ini gila! Pesta sabu dimana-mana.”
Pintu ruangan tertutup membuat Leo menatap Geo yang hanya memasang wajah datar, temannya itu memang tidak asik sekali. Kepala kepolisian semakin dekat dan pesta semakin marak. Beberapa perempuan di ujung ruangan tampak dipermainkan, pakaian yang dikenakan hilang dan sudah kehilangan kesadaran.
Ini acara gila yang pernah Geo temui.
“Ada perempuan mabuk lagi! Kita bisa party S*ks malam ini!! Hahaha… party!”
Rahang Geo mengeras dan tangannya mengepal seolah ingin meninju orang-orang yang begitu sialan dimatanya termasuk mengganggu orang yang dikenalnya sekarang. Tatapan matanya tampak tajam memperhatikan gadis yang dikenalnya tampak mencoba mengembalikan kesadarannya sekarang ini.
“Sialan!” maki Geo.
Leo yang mendengar makian dari rekannya tampak mengikuti arah pandang dari lelaki yang memperhatikan perempuan yang sudah hampir setengah mabuk dan berusaha untuk mengendalikan diri. Sekelilingnya tampak dipenuhi oleh orang-orang berpakaian hitam.
Suara gaduh dari arah belakang tampak membuat Leo dengan cepat bersiap, tangannya memegang sisi kiri dimana pistolnya sudah bersiap untuk diletupkan.
Dobrakan pintu membuat semua orang yang ada di dalam ruangan tidak bergerak sama sekali termasuk gadis bernama Eva dan kedua temannya. Keadaan menjadi sangat berantakan dan kacau. Geo hanya memandang lurus ke arah gadis muda itu.
“Semua yang ada di dalam ruangan jangan bergerak!!” teriak Leo.
DOR!
Suara letupan pistol yang diledakkan oleh rekannya bukan membuat keadaan menjadi kondusif tetapi menjadi semakin berantakan. Banyak orang berlarian dan masih tetap santai menikmati pertunjukan yang terjadi saat ini.
“Aaaaa!!! Baj*ngan! Lo kenapa sentuh gue sialan!”
Mata Geo melotot saat lelaki dengan pakaian hitam tampak menahan tangan Eva disaat rekan gadis itu tampak melarikan diri, langkah Geo seakan terasa berat saat orang yang dikenalnya tampak dicekoki dengan sesuatu. Kakinya terasa kaku dan Leo tampak menahan tangannya.
“Jangan gegabah!”
“Gegabah apanya! Lo lihat dia! Dia hampir—”
Lelaki itu sudah tidak peduli lagi. Geo mendorong tangan lengan dari Leo dan berjalan menghampiri perempuan yang amat sangat dikenalnya. Suara tembakan memenuhi ruangan, rasanya seperti sebuah film action.
Geo menendang lelaki di depannya dan menarik tangan Eva kedalam pelukannya. Napasnya tampak terengah-engah, amarah Geo terlihat sangat jelas.
"The women present here have been sold, they all have to fulfill the desires of our master. And that woman really interests our master. Hand the girl over to us before we do anything bad to you.”
Geo hanya memamerkan smirk tipisnya.
“Just step over my corpse first if you dare. I will never let you guys touch this girl!” amarah Geo terlihat sangat jelas.
Tangannya menarik Eva kedalam pelukannya dan membiarkan gadis itu kini memeluknya erat.
Leo yang melihat rekannya tampak berbicara seserius itu tampak tidak percaya, seorang Geo bisa mengatakan kalimat serius seperti barusan. Siapa gadis itu sampai membuat rekannya menjadi seperti ini.
Benar-benar diluar dugaannya sama sekali dan membuatnya penasaran.
Apakah orang itu adalah perempuan yang di sukai oleh rekannya?
To be continued…
Happy Reading semuanya!Pernikahan mereka kembali digelar dan kali ini secara mewah, banyak tamu berdatangan menyambut pernikahan mereka dengan bahagia. Aura bahagia juga terlihat dari Darwin yang pada awalnya tidak menginginkan pernikahan mereka.Sepertinya Darwin sudah belajar dari masalalu yang begitu pelik, anak mereka belum tentu bisa sebahagia ini. Mungkin jika akan terus dipaksakan justru kehidupan anaknya akan semakin buruk, Davin di copot jabatannya dikarenakan tidak memiliki tanggung jawab dan mempermalukan instansi dirinya sendiri. Dan perempuan yang menjadi pemecah belah keluarga kecil anaknya juga datang untuk meminta maaf atas semua terjadi, memang tidak salah jika anaknya menikah dengan Geo.Darwin bersyukur telah diberikan kesempatan untuk membiarkan anaknya bersama dengan orang pilihannya. “Lihat mereka! Apa akan ada Nino jilid ke-2 dalam jangka waktu dekat?” tanya Darwin yang tengah menggendong Nino di dalam dekapannya.“Mungkin,” sahut IndahPerempuan paruh baya te
Happy Reading Semuanya!Semalaman keduanya sibuk menimang Nino yang mendadak rewel, Eva sendiri semaksimal mungkin tetap dalam keadaan sadar dan bersenandung menenangkan anaknya. Geo sendiri juga sibuk mengusap bayi mereka. Sebuah pemandangan yang amat sangat di dambakan.Bibir Eva tersenyum memandang Geo yang terlelap di seberang ranjang tidurnya, mereka sama-sama berada di bawah kasur dan membiarkan anak mereka menguasai semuanya. Ia bahagia melihat Geo ada di depannya beserta Genino, anak mereka.Tangannya menggenggam erat tangannya dan perlahan memejamkan matanya, ia terasa berat untuk tetap sadar di saat anak mereka sudah semakin tenggelam dalam mimpi manisnya. Eva bisa tidur nyenyak setelah semuanya.Perlahan matanya yang terpejam kini tampak terbuka, tangannya meraba tempat tidurnya. Kosong.Kemana perginya anaknya dan Geo?Matanya terbuka memperhatikan sisi tempat tidur yang sudah sepi, tidak ada Geo lagi dan anaknya. Mereka sudah pulang? Secepat itu kah. Eva menahan tangisnya
Happy Reading Semuanya!Ini adalah pertama kalinya Nino keluar rumah selain pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksin, hari ini mereka berdua memiliki tujuan untuk melangkahkan kakinya kembali ke rumah militer yang dulu sempat ia datangi untuk melamar Eva dan saksi bagaimana Geo tidak di terima di rumah ini. Rumah neraka dunia bagi Geo.Baru kali ini juga kedatangannya begitu disambut oleh keluarga Eva. Dulu ia hanya bermimpi akan disambut hangat seperti ini oleh ayah mertuanya, tapi sekarang ayah mertuanya bahkan rela menunggu di depan pintu gerbang hanya untuk menunggu kedatangan mereka berdua.Geo yang menggendong Nino dalam dekapannya tampak tersenyum tipis setelah Indah tampak berjalan menjemput merea.“Cucu nenek sama kakek sudah besar sekali, gemas sekali. Sini nenek gendong,” Tangannya memberikan Nino yang kini sudah berada di pelukan ibu mertuanya dulu, sembari memperhatikan ayah mertuanya yang menepuk pundaknya pelan.Lelaki tersebut hanya bisa tersenyum tipis, dadanya b
Happy Reading Semuanya!“Mas! Ayo kita rujuk!”Kalimat apa yang barusan dikatakan oleh Eva saat ini. Telinganya tidak salah dengar, kan? “Apa mas mau rujuk sama aku lagi? Kita mulai semuanya dari awal dan penuh dengan kata cinta. Seperti awal waktu itu, aku sudah jatuh cinta sama Mas dan sekarang bertambah semakin cinta karena kehadiran dari Nino. Mas mau, kan?” tanya Eva sekali lagi.Geo sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, bagaimana bisa Eva mengatakan semudah itu. Perempuan yang pernah ia nikahi benar-benar sukar untuk ia pahami. Tatapan matanya mengarah pada perempuan yang ada di depannya dalam.“Mas…” panggil Eva.Kepala Geo menggeleng untuk menghilangkan pikirannya yang berkecamuk. Kepalanya mendadak pening mendengar perkataan dari Eva barusan.“Kamu kamu dengan mudahnya mengatakan seperti itu? Apa kamu menganggap enteng apa yang mas rasa sebelumnya?” tanya Geo pelan.Eva terdiam memandang lelaki yang dicintainya tersebut. Ia tidak tahu Geo akan seperti ini.
Happy Reading Semuanya!Geo sudah tidak heran lagi dengan kehadiran Eva di dalam rumah mereka, lelaki itu tahu apa yang dilakukan oleh istrinya melalui CCTV kamar Nino. Geo tidak mengerti dengan istrinya, Eva merasa seolah dirinya tidak mengizinkan untuk dia bertemu dengan Nino. Sumpah demi apapun Geo sama sekali tidak melarang perempuan yang dicintainya menemui anaknya, apalagi sampai sembunyi-sembunyi.Langkahnya berjalan menghampiri perempuan paruh baya yang tengah membersihkan rumahnya, sudah hampir satu bulan ini Geo mempekerjakannya. Jujur saja lelaki tersebut, begitu kewalahan menghadapi rumah ini dengan pekerjaan menumpuk serta bayi nya. “Bibi, kemungkinan besar saya ada jadwal mengajar sampai jam 12 nanti, setelah itu saya ada urusan sebentar di kantor sampai jam 1 siang nanti dan paling lambat sampai jam 3 sore. Saya titip Nino,” jelas Geo membuat perempuan paruh baya tersebut tampak mengangguk.“Baik tuan,”Geo menganggangguk dan berjalan mengambil tas kantor miliknya, seb
Happy Reading Semuanya!Rasanya sangat menyakitkan, Bella tidak punya tujuan apapun selain bertemu dengan ibunya yang mungkin bisa memberikan kesempatan untuknya. Bella sangat menyedihkan sekali, dirinya di buang oleh banyak orang termasuk keluarga dari ayah kandungnya sendiri dan ibunya sudah melupakannya karena kelakuannya.Bella tidak punya tempat untuk pulang dan mengadu, ia tidak bisa mempercayai siapapun bahkan Davin yang sudah menghamilinya. Baru kali ini ia melangkah kakinya dengan perut besar kehadapan sang ibu yang sedang menyiram tanaman. Langkah pelannya terlihat berhenti dan bersimpuh pada ibunya, ia tidak mampu menatap ibunya. “Ma…”“Kenapa kamu bersimpuh seperti itu? Kamu kenapa datang dan memanggilku seperti itu. Apa kamu lupa tentang apa yang kamu ucapkan kemarin?” tanya sang ibu tidak memperdulikan kehadiran Bella saat ini.Suara tangisan perlahan terdengar memenuhi telinga. Tangisan Bella sangat menyedihkan.“Jangan menangis di tempat ini, enggak akan ada orang ya
Happy Reading Semuanya!“Mas, ini ASI hari ini.”Sejak Geo mengizinkannya untuk melihat Nino, ini hal yang setiap hari Eva lakukan bahkan di jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Eva sudah berada di depan rumah Geo dengan tampilan terbaik sembari membawa cooler box berisi asi yang sudah di pumping sejak beberapa jam lalu.Geo sendiri yang melihat kehadiran Eva di depan rumahnya terlihat tidak bisa mengatakan apapun, perasaannya campur aduk antara senang, bahagia dan egois karena perkataan Eva yang lampau dalam artian tidak ingin melihat lagi. Lelaki itu senang melihat Eva dalam keadaan terbaiknya tapi perasaan sedih saat Eva mengatakan tidak menginginkannya masih terbesit dalam hatinya.“Mas kenapa melamun? Aku pegal,”Lelaki tersebut mengangguk dan menerima barang dari tangan Eva yang kini tersenyum manis memandangnya.“Kamu enggak perlu mengirimkannya setiap hari, saya masih menyimpan yang sebelumnya Kalau Nino butuh pasti saya akan langsung menghubungi kamu,” sahut Geo membuat Eva ta
Happy Reading Semuanya!“Katakan saja terus terang, Geo sama sekali enggak benci kamu. Dia hanya ingin melindungi Nino jika marah, ayo! Kita lihat Nino sekarang.”Eva hanya mengangguk mendengar perkataan dari sang ibu, dadanya berdebar dan berdegup sangat cepat. Dirinya seperti menjilat ludahnya sendiri, bayangan dimana ia melontarkan kalimat kasar masih terngiang dalam ingatannya. Tapi sekarang demi bertemu anaknya ia harus melakukan ini, rasa rindunya membuncah dalam dadanya.Mobil hitam milik ayahnya membelah jalanan dan seolah sudah mengetahui setiap denah yang mereka lewati, Eva sendiri terasa asing dengan jalanan ini. Apalagi saat mereka memasuki kawasan rumah elite, apakah anaknya hidup dengan layak di daerah tempat tinggal yang seperti ini. Geo benar-benar tidak akan membuat kehidupan anaknya melarat.Dugaan Eva selalu salah.“Nino dan Geo tinggal di kawasan ini, kamu tahu sendiri kan mertua kamu sangat kaya dan konglomerat. Geo memberikan kehidupan yang sangat layak untuk Nin
Happy Reading Semuanya!Tidak ada yang bisa Eva lakukan saat ini selain bekerja dan menghabiskan waktu dengan melamun memikirkan bagaimana kedua orang yang sudah jauh dari dirinya, rumahnya sepi dan hanya ada dirinya seorang diri. Eva tahu kemana perginya kedua orang tuanya belakangan ini dan perempuan cantik tersebut hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata apapun ketika ibunya bercerita tentang anak kecil yang katanya semakin gembul saat ini. Eva menerima segala resiko yang ia ambil sendiri. Sekarang yang bisa ia lakukan ketika tidak bekerja adalah berjalan di sekitar rumahnya seolah tidak terjadi apapun dalam hidupnya, mencoba untuk melupakan segalanya. Eva sudah tidak peduli orang ingin membicarakan apa pada dirinya, bahkan berita tentang ia melahirkan dan hamil di luar nikah sudah tersebar. Mungkin saja. Eva menerima semua itu dan memilih untuk menutup telinga, lagian tidak banyak yang menggunjing juga karena ayahnya memiliki jabatan yang tinggi di lingkungan komplek tempatnya