Share

Bab 2 - Dikhianati

Author: Skyworld 04
last update Last Updated: 2024-02-26 15:38:50

Happy Reading Semuanya!

Tangannya sibuk menuruni pakaian kurang bahan yang dikenakannya sekarang ini, sepertinya Eva tahu alasan ayahnya yang keras melarangnya menggunakan pakaian yang seperti ini. Terlalu mengundang celaka di kehidupannya.

Eva sama sekali tidak merasakan nyaman. Berbeda sekali dengan teman-temannya yang sudah bergerak nyaman, bahkan Deon tidak menemaninya dengan baik.

“Hallo manis, kumpul disini dan kita nikmati waktu bersama.”

“Enggak makasih,” ucap Eva 

“Mending kumpul sama kita, nanti Abang akan membawa kamu ke tempat surga dunia yang nikmat.”

Tubuh Eva merinding seketika. Gadis cantik itu berlari meninggalkan kumpulan orang aneh yang mengganggunya barusan. Ia mendadak takut masuk ke ruangan di depannya. Sumpah seketika Eva berharap bertemu dengan Deon yang melupakannya atau temannya, ia tidak menyangka akan ditinggal seperti ini.

Suasana begitu sesak oleh manusia, apakah sebuah club malam akan seramai ini? 

Pandangannya mengedar mencoba mencari keberadaan sang kekasih atau temannya yang lain, salahnya juga beralasan ingin lebih lama di dalam mobil dengan alasan mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia malam. Dadanya terasa sesak menghirup asap rokok beberapa orang di sekitarnya. 

“Eva,”

Kepalanya menoleh memperhatikan perempuan yang tengah duduk di kelilingi oleh beberapa lelaki di sebelahnya, sepertinya memang benar jika kita harus selektif dalam pemilihan teman. 

Langkahnya tampak takut mendatangi rekannya yang sejak tadi melambai, tetapi perasaannya mendadak lega saat melihat kekasihnya juga dalam satu meja disana tengah menikmati minuman beralkohol. Tidak baik.

“Sudah sayang? Sini minum dulu,” 

“Aku enggak mau minum sayang, nanti kalau aku mabuk gimana?” tanya Eva

Deon tampak menarik Eva mendekat kearahnya, “Kamu belum coba, nanti juga kamu akan suka. Minum,” suruh Deon sembari menempelkan gelas ke bibir Eva.

Tatapan matanya mengarah pada gelas di bibirnya, ia tidak tahu jika akan dipaksa seperti ini.

Glek!

Glek!

“One shoot!” seru Deon sembari menuangkan kembali minuman beralkohol ke gelas yang digunakan oleh Eva.

Rasa panas dan pahit begitu menyengat. Siapa yang membuat minuman seperti ini dan menyiksa orang lain.

“Minum lagi!”

Dipaksa. Tentu Eva lakukan dengan meminum minuman alkohol itu. Temannya terus menyuguhinya dan membuatnya tidak berhenti minum, meskipun Eva ingin berhenti.

Iris matanya memperhatikan rekannya tampak santai menikmati minuman yang ada di depannya, pandangannya mengedar pada lingkungan sekitarnya. Ini bukan tempatnya. 

Eva benar-benar takut sekarang ini.

Entah sudah ke gelas berapa ia minum sekarang ini, tidak ada Deon disisinya. Dan semua berbayang untuknya serta terasa panas, jika akan menjadi seperti ini. Maka ia tidak ingin merasakan atau melakukan lagi, suasana mendadak semakin panas.

“Gue mau ke toilet,”

Langkahnya tampak terhuyung mencoba untuk membuatnya sadar kembali di saat kesadarannya mendadak tinggal 50 persen setelah meminum minuman beralkohol tersebut. 

Penampilannya tampak kacau sekarang ini, Eva bukan lagi anak gemilang kebanggaan kampus yang selalu mengikuti olimpiade atau apapun itu. Pergaulan mempengaruhi semuanya.

Posisi antara toilet yang didatangi dengan kerumunan tidak terlalu jauh, ia masih bisa melihat Alfin rekan kampusnya masih berada di sana dan Mika temannya yang lain. Apakah mereka terbiasa dengan ini semua?

Deon?

Ratu?

Kekasih dan temannya yang satu itu kemana?

Setelah mencekok dirinya dengan minuman kini lelaki itu meninggalkannya sendirian dengan temanya. Eva ingin pulang saja sepertinya.

Matanya menyipit memperhatikan lelaki yang tengah beradegan panas di ujung lorong, langkahnya mendekat kearah keduanya. Anggap saja Eva begitu bodoh mendekati keduanya.

Tangannya menutup mulutnya, ia tidak salah lihat, kan?

“Ratu… Deon…”

Tubuhnya melemas melihat pasangan yang dikenalnya kelakuan hal tidak senonoh bahkan terbilang tidak tahu tempat. Kekasihnya mengkhianatinya.

“Kalau dipikir-pikir kenapa sih kita ajak Eva? Kalau kenyataan kita jadi main petak umpet seperti ini. Biasanya juga kita bebas melakukan dimana saja!”

Deon tampak meremas lembut bagian dada gadis di depannya itu, entah sudah berapa kali ia melakukan ini bahkan menjebol Ratu dengan bayang Eva di depannya.

“Bukankah kita mengajak dia have fun dengan dunia malam, lagian kemungkinan besar dia sudah teler dan mabuk. Dia enggak akan sadar, ayo kita main satu ronde lagi.” Ratu tampak tersenyum manis dan mengecup bibir dari Deon di depannya dalam.

Eva mendengar semua itu mereka begitu bodoh seolah ia tidak tahu apapun. Tangannya meremas dadanya dan berjalan kembali menuju rekannya yang lain, tidak banyak pembicaraan karena rekannya sibuk menikmati urusan mereka masing-masing. Eva tidak menyangka akan di selingkuh seperti ini di tempat terlarang pula.

Tangannya menenggak minuman di depannya dan tidak memperdulikan Alfin yang memperhatikannya dengan pandangan bingung.

Hidupnya mendadak berantakan dan berubah dalam hitungan jam.

“Minuman ini pahit tetapi lebih pahit saat mengetahui kenyataan jika orang yang kita cintai melakukan perselingkuhan, benar kan?” Eva tertawa sumbang saat melihat rekan-rekannya tampak terkejut mendengar penuturan dari Eva barusan.

“Eva Lo sudah mabuk!” seru Mika.

"Cukup Eva," sela Fani

Kepala Eva tampak menggeleng, ia belum mabuk sama sekali itu hanya perasaan dari rekannya saja.

“Sebenarnya ini tempat apa?” tanya Eva sembari menatap pemandangan di depannya tidak mengerti.

Mika, Fina, dan Alfin tidak menjawab. Mereka juga tidak tahu harus menanggapi seperti apa karena Eva tahu sendiri tempat seperti apa yang di datanginya saat ini.

“Kalian sebenarnya tahu kan tentang Deon dan Ratu yang selingkuh? Katakan sejak kapan?” tanya Eva pelan

Keduanya tampak gelagapan, tidak ada yang bisa menjawabnya. Mereka juga baru tahu beberapa Minggu yang lalu saat keduanya sibuk berbagi peluh di dalam ruangan VIP.

“Mereka bilang… sudah satu tahun dan mereka bermain dibelakang dalam jangka waktu—”

“Stop! Gue enggak mau dengar lagi, cukup tahu kalau ternyata mereka main dibelakang dan kalian menutupi seolah enggak terjadi apapun. Kalian berkhianat,” Eva menenggak kembali minuman yang ada di depannya itu.

Mika dan Fani tampak berusaha untuk menahan tangan Eva agar tidak meminum kembali. Sudah cukup rekannya meminum minuman di depannya itu, ia tidak ingin Eva mabuk parah. Seharusnya mereka memang tidak membawa Eva ke tempat ini.

“Eva! Stop minum! Lo enggak boleh minum lagi!” seru Alfin

Mata Eva melotot, perempuan muda itu menggebrak meja di depannya dan menatap marah Alfin yang tampak gelagapan.

“Kenapa gue enggak boleh minum disaat tadi kalian mencekoki gue dengan minuman itu? Lo pingin gue mabuk, kan? Okay gue turutin mau kalian!!” ucap Eva marah.

Alfin benar-benar tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun dan membiarkan perempuan di depannya menghabiskan minuman beralkohol itu. Tidak bisa di cegah sama sekali, mungkin itu alasan orang tua Eva melarang anaknya.

Pandangan keempat orang tersebut tampak berdalih saat suasana semakin ramai seolah tidak terkendali, keduanya saling pandang. Lingkungan sekitar mereka menjadi sangat kacau.

“Ini bukan bar yang kita datangi,” ucap Mika.

Iris mata Alfin memperhatikan sekitarnya, banyak orang menggunakan pakaian serba hitam. Semua tampak berkumpul menjadi satu dengan… mata Alfin membulat. Sabu. Itu sabu seperti di televisi yang sering ia lihat. Alfin tidak bodoh soal itu.  Dan sekitarnya juga tampak sama, berisi lelaki hidung belang.

“Semua… ciri-ciri seperti…”

“Bad burning,” sela Eva

Mika, Fani, dan Alfin terdiam. Mereka tidak menyangka jika club yang biasa mereka datangi akan seperti ini, sekarang apa yang harus mereka lakukan. Teriakan riuhan membuat menjadi tidak kondusif dan tidak bisa ia dengar dengan baik.

Suara dobrakan pintu membuat semua orang yang ada di dalam ruangan tidak bergerak sama sekali termasuk Eva dan kedua temannya. Keadaan menjadi sangat  berantakan dan kacau.

“Semua yang ada di dalam ruangan ini jangan bergerak!!”

To be continued…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perfect Love For My Lecturer   Bab 152 - Extra Part

    Happy Reading semuanya!Pernikahan mereka kembali digelar dan kali ini secara mewah, banyak tamu berdatangan menyambut pernikahan mereka dengan bahagia. Aura bahagia juga terlihat dari Darwin yang pada awalnya tidak menginginkan pernikahan mereka.Sepertinya Darwin sudah belajar dari masalalu yang begitu pelik, anak mereka belum tentu bisa sebahagia ini. Mungkin jika akan terus dipaksakan justru kehidupan anaknya akan semakin buruk, Davin di copot jabatannya dikarenakan tidak memiliki tanggung jawab dan mempermalukan instansi dirinya sendiri. Dan perempuan yang menjadi pemecah belah keluarga kecil anaknya juga datang untuk meminta maaf atas semua terjadi, memang tidak salah jika anaknya menikah dengan Geo.Darwin bersyukur telah diberikan kesempatan untuk membiarkan anaknya bersama dengan orang pilihannya. “Lihat mereka! Apa akan ada Nino jilid ke-2 dalam jangka waktu dekat?” tanya Darwin yang tengah menggendong Nino di dalam dekapannya.“Mungkin,” sahut IndahPerempuan paruh baya te

  • Perfect Love For My Lecturer   Bab 151- Memberikan Kesempatan

    Happy Reading Semuanya!Semalaman keduanya sibuk menimang Nino yang mendadak rewel, Eva sendiri semaksimal mungkin tetap dalam keadaan sadar dan bersenandung menenangkan anaknya. Geo sendiri juga sibuk mengusap bayi mereka. Sebuah pemandangan yang amat sangat di dambakan.Bibir Eva tersenyum memandang Geo yang terlelap di seberang ranjang tidurnya, mereka sama-sama berada di bawah kasur dan membiarkan anak mereka menguasai semuanya. Ia bahagia melihat Geo ada di depannya beserta Genino, anak mereka.Tangannya menggenggam erat tangannya dan perlahan memejamkan matanya, ia terasa berat untuk tetap sadar di saat anak mereka sudah semakin tenggelam dalam mimpi manisnya. Eva bisa tidur nyenyak setelah semuanya.Perlahan matanya yang terpejam kini tampak terbuka, tangannya meraba tempat tidurnya. Kosong.Kemana perginya anaknya dan Geo?Matanya terbuka memperhatikan sisi tempat tidur yang sudah sepi, tidak ada Geo lagi dan anaknya. Mereka sudah pulang? Secepat itu kah. Eva menahan tangisnya

  • Perfect Love For My Lecturer   Bab 150 - Menginap di Rumah Eva

    Happy Reading Semuanya!Ini adalah pertama kalinya Nino keluar rumah selain pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksin, hari ini mereka berdua memiliki tujuan untuk melangkahkan kakinya kembali ke rumah militer yang dulu sempat ia datangi untuk melamar Eva dan saksi bagaimana Geo tidak di terima di rumah ini. Rumah neraka dunia bagi Geo.Baru kali ini juga kedatangannya begitu disambut oleh keluarga Eva. Dulu ia hanya bermimpi akan disambut hangat seperti ini oleh ayah mertuanya, tapi sekarang ayah mertuanya bahkan rela menunggu di depan pintu gerbang hanya untuk menunggu kedatangan mereka berdua.Geo yang menggendong Nino dalam dekapannya tampak tersenyum tipis setelah Indah tampak berjalan menjemput merea.“Cucu nenek sama kakek sudah besar sekali, gemas sekali. Sini nenek gendong,” Tangannya memberikan Nino yang kini sudah berada di pelukan ibu mertuanya dulu, sembari memperhatikan ayah mertuanya yang menepuk pundaknya pelan.Lelaki tersebut hanya bisa tersenyum tipis, dadanya b

  • Perfect Love For My Lecturer   Bab 149 - Rujuk

    Happy Reading Semuanya!“Mas! Ayo kita rujuk!”Kalimat apa yang barusan dikatakan oleh Eva saat ini. Telinganya tidak salah dengar, kan? “Apa mas mau rujuk sama aku lagi? Kita mulai semuanya dari awal dan penuh dengan kata cinta. Seperti awal waktu itu, aku sudah jatuh cinta sama Mas dan sekarang bertambah semakin cinta karena kehadiran dari Nino. Mas mau, kan?” tanya Eva sekali lagi.Geo sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, bagaimana bisa Eva mengatakan semudah itu. Perempuan yang pernah ia nikahi benar-benar sukar untuk ia pahami. Tatapan matanya mengarah pada perempuan yang ada di depannya dalam.“Mas…” panggil Eva.Kepala Geo menggeleng untuk menghilangkan pikirannya yang berkecamuk. Kepalanya mendadak pening mendengar perkataan dari Eva barusan.“Kamu kamu dengan mudahnya mengatakan seperti itu? Apa kamu menganggap enteng apa yang mas rasa sebelumnya?” tanya Geo pelan.Eva terdiam memandang lelaki yang dicintainya tersebut. Ia tidak tahu Geo akan seperti ini.

  • Perfect Love For My Lecturer   Bab 148 - Menjaga Nino

    Happy Reading Semuanya!Geo sudah tidak heran lagi dengan kehadiran Eva di dalam rumah mereka, lelaki itu tahu apa yang dilakukan oleh istrinya melalui CCTV kamar Nino. Geo tidak mengerti dengan istrinya, Eva merasa seolah dirinya tidak mengizinkan untuk dia bertemu dengan Nino. Sumpah demi apapun Geo sama sekali tidak melarang perempuan yang dicintainya menemui anaknya, apalagi sampai sembunyi-sembunyi.Langkahnya berjalan menghampiri perempuan paruh baya yang tengah membersihkan rumahnya, sudah hampir satu bulan ini Geo mempekerjakannya. Jujur saja lelaki tersebut, begitu kewalahan menghadapi rumah ini dengan pekerjaan menumpuk serta bayi nya. “Bibi, kemungkinan besar saya ada jadwal mengajar sampai jam 12 nanti, setelah itu saya ada urusan sebentar di kantor sampai jam 1 siang nanti dan paling lambat sampai jam 3 sore. Saya titip Nino,” jelas Geo membuat perempuan paruh baya tersebut tampak mengangguk.“Baik tuan,”Geo menganggangguk dan berjalan mengambil tas kantor miliknya, seb

  • Perfect Love For My Lecturer   Bab 147 - Sudah Memaafkan Diri

    Happy Reading Semuanya!Rasanya sangat menyakitkan, Bella tidak punya tujuan apapun selain bertemu dengan ibunya yang mungkin bisa memberikan kesempatan untuknya. Bella sangat menyedihkan sekali, dirinya di buang oleh banyak orang termasuk keluarga dari ayah kandungnya sendiri dan ibunya sudah melupakannya karena kelakuannya.Bella tidak punya tempat untuk pulang dan mengadu, ia tidak bisa mempercayai siapapun bahkan Davin yang sudah menghamilinya. Baru kali ini ia melangkah kakinya dengan perut besar kehadapan sang ibu yang sedang menyiram tanaman. Langkah pelannya terlihat berhenti dan bersimpuh pada ibunya, ia tidak mampu menatap ibunya. “Ma…”“Kenapa kamu bersimpuh seperti itu? Kamu kenapa datang dan memanggilku seperti itu. Apa kamu lupa tentang apa yang kamu ucapkan kemarin?” tanya sang ibu tidak memperdulikan kehadiran Bella saat ini.Suara tangisan perlahan terdengar memenuhi telinga. Tangisan Bella sangat menyedihkan.“Jangan menangis di tempat ini, enggak akan ada orang ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status