Home / Romansa / Perfect Mommy / Hanya Punya Ibu

Share

Hanya Punya Ibu

Author: Myafa
last update Last Updated: 2022-04-01 19:16:20

El memegangi bahu Freya. Saat istrinya menatapnya, dia memberikan isyarat untuk tidak menekan Cia. Dalam waktu ini, Cia adalah orang yang paling terluka. Jika orang-orang dekatnya ikut menekan, pastinya akan membuat mentalnya lebih hancur. 

Freya pun langsung memeluk adiknya. Merasa bersalah dengan apa yang baru saja dilakukannya. Cia pun hanya bisa menangis di dalam pelukan kakaknya. Kali ini dia tidak bisa memaksa Cia untuk menceritakan lebih dalam lagi dengan apa yang terjadi padanya. Memilih membiarkan Cia lebih tenang dulu. 

El menatap Bian dengan tajam. Dia berdiri dan keluar dari kamar Cia. Bian tahu jika kakaknya memberikan isyarat dari sorot matanya untuk ikut dia keluar. Akhirnya, dia pun mengikuti sang kakak keluar dari kamar. 

“Bagaimana bisa kamu tidak tahu jika Cia hamil?” El langsung melayangkan pertanyaan tajam padanya. 

“Aku benar-benar tidak tahu, Kak.” Memang itu yang terjadi. Dia memang tidak tahu sama sekali. 

“Aku memintamu menjaganya, Bi. Kenapa bisa kamu melepas pengawasannya.” El menaikkan suaranya. Dia terlampau kesal karena keadaan yang terjadi. 

“Kak Cia bukan anak kecil. Aku sudah berusaha menjaganya selama ini dan jika dia hamil, itu di luar kendaliku.” Bian pun membalas suara kakaknya dengan tinggi. Sama emosinya dengan kakaknya. “Apa Kak El pikir aku tidak terluka melihat Kak Cia seperti ini? Aku merasa gagal menjaganya karena dia selama ini bersamaku.”

El menyadari salah jika dia menyalahkan adiknya. Karena pastinya adiknya sudah berusaha menjaga Cia dengan baik. “Maafkan aku,” ucapnya menyadari kesalahannya. 

“Aku tahu Kak El kesal, tetapi semua sudah terjadi. Sekarang kita harus mencari pria yang menghamili Kak Cia.” 

“Iya, kita harus mencarinya.” El mengembuskan napasnya. Berusaha tenang menghadapi ini semua. Tak bisa menyalahkan siapa-siapa atas kejadian ini. Apalagi melihat Cia begitu terluka. 

Di kamar Freya membelai lembut adiknya. Melihat sang adiknya yang begitu terluka, membuat Freya merasakan luka yang dialami oleh adiknya. Apalagi keadaan sang adik begitu lemah. Dari matanya yang sembab, dia menyadari jika adiknya hanya menangi beberapa hari ini. 

Freya keluar dari kamar saat melihat Freya sudah tidur. Bergabung dengan suami dan adik iparnya. Duduk di sofa, Freya menyandarkan tubuhnya. Bingung dengan situasi ini. 

“Bagaimana jika mama dan papa tahu? Pasti mereka akan terluka.” Freya kembali menangis. Orang yang terluka setelah Cia sendiri adalah orang tuanya. Hal itu tak bisa Freya bayangkan. 

“Tenanglah. Kita akan temukan pria itu dan memintanya bertanggung jawab.” El membawa istrinya ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan istrinya. 

Freya mengangguk. Membenarkan ucapan suaminya. Dia harus menemukan pria itu.  Maka paling tidak dapat mengurangi kecewa kedua orang tuanya. 

***

Freya masuk ke kamar Cia dengan membawa semangkuk bubur yang dibuatnya. Bian bilang Cia belum makan sedari tadi pagi. 

“Bangun dan makanlah,” pinta Freya seraya menggoyangkan tubuh adiknya. 

“Aku tidak mau makan,” elak Cia. 

Mendengar jawaban adiknya, Cia begitu gemas. “Saat kita menjadi orang tua hal pertama yang dipikirkan adalah anak. Jadi mulai sekarang berpikirlah hal itu karena kamu akan menjadi orang tua.” 

“Tapi, aku tidak mau, aku tidak mau jadi orang tua, aku tidak mau punya anak dari orang yang aku saja tidak tahu.”  Cia menangis, tetapi air matanya seolah kering, hingga yang keluar hanya sebuah isakan saja.

Suara Cia yang berteriak mengundang El dan Bian masuk ke kamar. Mereka ingin melihat apa yang terjadi.

 

Dahi Freya berkerut dalam. Mencerna ucapan adiknya. “Apa maksudmu, kamu tidak tahu siapa ayah dari bayi yang kamu kandung?”

“Iya, aku tidak tahu siapa pria yang menghamili aku. Waktu itu aku mabuk dan tidak tahu pulang dengan siapa. Saat aku bangun, aku berada di hotel dan ….” Cia tak kuasa menceritakan kejadian itu. Merasa benar-benar sakit sekali harus mengorek luka lamanya. 

Freya, El, dan Bian begitu terkejut dengan cerita yang keluar dari mulut Freya. Merasa hal itu benar-benar di luar dugaan mereka. Padahal mereka baru saja ingin mencari pria yang menghamili Cia, tetapi kini tidak ada harapan karena ternyata pria itu tidak diketahui. 

Freya membawa Cia ke dalam pelukannya. Dia bisa merasakan bagaimana perasaan adiknya. Hamil dan tidak tahu siapa orang yang menghamilinya, pastinya sangat membuatnya tertekan. 

“Sekali pun kamu tidak suka dan tidak mau dengan anak ini, kamu harus tetap menerimanya, karena sekarang dia berada di rahimmu.” Freya mencoba meyakinkan adiknya. Melepaskan pelukan, dia memandang wajah cantik yang kini tertutup dengan kesedihan itu. “Jika ayahnya saja tidak tahu di mana keberadaannya. Berarti dia hanya punya ibunya.” Freya menarik tangan adiknya untuk memegangi perutnya.  

Cia yang memegangi perutnya, mengingat bagaimana jahatnya dirinya pada anaknya sendiri. Membenarkan ucapan kakaknya, jika anaknya hanya punya dirinya saja. 

 “Apa kamu tega menyiksanya dengan tidak memberikannya makan. Jadi sekarang makanlah.” Freya kembali mengambil bubur yang sempat diletakkannya di nakas. Kemudian menyuapinya. 

Ciaa sudah melakukan kesalahan. Tak mau membuat kesalahan lagi dengan menyiksa bayi yang tak berdosa yang hadir di rahimnya. Dengan tidak mau makan, berarti dia sudah menyiksa anaknya. 

Cia pun membuka mulutnya. Menerima kakaknya yang menyuapinya. Freya lega adiknya mau menerima makanan yang diberikannya. Paling tidak, adiknya punya tenaga lebih dulu. 

El dan Bian yang berada di kamar hanya bisa terdiam. Mereka yang mendengar pembicaraan Freya dan Cia, merasa bingung. Karena kini mereka tidak bisa mencari pria yang menghamili Cia. Mereka berdua keluar untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang ada. 

“Bagaimana ini, Kak, jika kita tidak tahu siapa pria itu, bagaimana bisa kita memintanya untuk bertanggung jawab?”

El mengusap wajahnya. Dia pun juga bingung bagaimana caranya untuk menyelesaikan semua masalah ini. Kepalanya seketika merasa pusing memikirkan jalan keluarnya. “CCTV.” Seketika itu yang terlintas di pikirannya. 

“Maksud Kak El?” tanya Bian yang bingung. 

“Kita bisa mengecek CCTV untuk mengetahui siapa pria yang membawa Cia ke hotel.” 

“Iya, benar. Kita bisa cari pria itu dari CCTV.” Bia membenarkan ucapan kakaknya. 

“Kita tunggu dulu Cia tenang dan menceritakan hotel mana yang didatangi dengan pria itu.” Dalam keadaan adik iparnya yang masih begitu terpukul, memang tidak bisa terlalu buru-buru. Semua harus pelan-pelan agar tidak membuat Cia semakin tertekan.

Bian mengangguk. Setuju dengan ide kakaknya. 

Setelah menyuapi adiknya, Freya keluar. El memberitahu bagaimana cara untuk mengetahui pria mana yang melakukan hal itu. Dia meminta istrinya untuk menanyakan pada Cia, hotel mana yang didatanginya waktu itu. Freya pun setuju. Akan menanyakan hotel tempat kejadian, setelah Cia jauh lebih tenang.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tiah Sutiah
masih penasaran dengan orang yg merkosa cia itu siapa ya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perfect Mommy    TAMAT-Menyempurnakan Hidupku

    Hari ini Cia diizinkan untuk pulang. Beberapa keluarga ikut menjemput, beberapa yang lain menunggu di apartemen. Menyambut kedatangan Baby Nick. Di apartemen mereka sudah disambut oleh anak-anak yang memberikan sambutan selamat datang. Sungguh rumah begitu ramai. “Selamat datang.” Shera dan Freya menyambut Cia.“Terima kasih.” Cia begitu senang ketika melihat semua menyambutnya dengan meriah. Keluarga berkumpul merayakan kedatangannya. “Ayo, masuk.” Noah menuntun pelan tubuh Cia. Membawanya masuk ke apartemen.Lora, Kean, Lean, Rigel, dan Anka pun itu menyambut. Lima anak itu begitu riuh ingin melihat adik mereka. “Itu dedek aku.” Dengan bangganya dia memamerkan adiknya. “Mommy, mau lihat!” Kean yang tak sabar pun merengek. Cia yang duduk di sofa langsung diserbu anak-anak. Mereka begitu gemas melihat Baby Nick. Sayangnya, Lora begitu pelit. Setiap ingin memegang adiknya,

  • Perfect Mommy    Perjuangan Hidup Dan Mati

    Noah membawa istrinya ke Rumah sakit. Cia yang sudah merasakan sakit hanya bisa merintih kesakitan. Setelah sekian lama, kini Cia merasakan kembali rasa sakit ini. Jika dulu, dia malu-malu saat mencengkeram Noah. Kini dia dengan beraninya mencengkeram erat tangan Noah. Hingga membuat Noah kesakitan. Namun, Noah rela saja melakukannya. Yang terpenting dapat mengurangi sakit yang dirasakan oleh istrinya. Di ruang UGD para perawat langsung memasang jarum infus ke pergelangan tangan Cia. Memastikan cairan infus bisa masuk ke dalam tubuh Cia. Dokter Lyra yang dihubungi langsung datang. Dia memang sudah bersiap sejak pagi. Terlebih lagi keluarga Adion dan Maxton sudah berisik menghubunginya. “Air ketubannya sepertinya sudah pecah, Ra.” Mama Chika memberitahu. Dokter Lyra mengangguk. Kemudian memakai sarung tangan untuk mengecek sudah pembukaan berapa. Saat mengecek jalan lahir anak Cia, Dr. Lyra mendapati jika Cia sudah siap untuk melahirkan. D

  • Perfect Mommy    Nyidam

    Cia mengatur napasnya setelah keliling taman. Dilihatnya anaknya masih asyik bermain dengan daddy-nya, jadi dia harus menunggu lebih dulu. Perut Cia yang sudah mulai besar, membuatnya kesulitan untuk duduk. Kini usia kandungan Cia sudah mencapai delapan bulan. Dengan usia kandungan yang besar membuat Cia sulit bergerak. “Mommy.” Lora berlari menghampiri Cia. Cia mengulurkan tangannya. Membawa anaknya ke dalam pelukannya. “Dedek.” Lora mendaratkan kecupan di perut mommy-nya. Noah menghampiri anak dan istrinya. Ikut duduk di sebelah istrinya. Mengatur napas setelah lari mengejar anaknya. Pandangannya tertuju pada anak dan istrinya yang sedang bercengkerama. “Hari ini kamu jadi ke toko?” tanya Noah sambil membelai lembut perut Cia. Hari ini Noah libur, jadi dapat mengantar istrinya ke toko kapan saja. “Iya, aku mau mengecek dulu toko. Sekalian nanti pulang kita cari baju bayi.” “Bukannya sudah banyak yang kamu beli bersama dengan mama.” Noah yang

  • Perfect Mommy    Menjadi Kejutan

    “Lima, enam, cembilan.” Lora menghitung ketika sedang duduk manis di atas punggung daddy-nya. Daddy-nya yang sedang push up, naik turun dengan membawa Lora di atasnya. “Tujuh dulu, Kak.” Cia yang sedang memainkan ponselnya membaca beberapa artikel, beralih pada anaknya. “Ulang, Daddy.” “Jangan, Sayang, lanjutkan saja.” Noah yang sedang push up dengan tubuh Lora di atas punggungnya, tidak kuat jika anaknya mengulang lagi. Tadi dia meminta dua puluh hitungan, jika diulang, yang ada dua kali kerja. Bisa-bisa dia pingsan nanti. “Lalu belapa?” “Sepuluh.” Noah menurunkan tubuhnya. Kemudian mengangkatnya lagi. “Cepuluh.” “Sebelas … dua belas … tiga belas ….” “Cebelas … dua belas … tiga belas ….” Lora mengikuti daddy-nya yang berhitung. Sampai akhirnya sang daddy terkapar di lantai. Lora yang selesai berhitung begitu senangnya. Karena dia bisa naik di punggu

  • Perfect Mommy    Ciptakan Kebahagiaan

    Di depan cermin Noah mengikat rambut anaknya. Sebulan ini dia belajar mengikat rambut anaknya. Tak ada lagi ikatan miring yang membuat Lora menangis. Kini Noah bisa mengikat rambut anaknya dengan simetris. Cia yang mencatat seragam apa yang dipakai Lora setiap hari juga membuat Noah mudah untuk memakaikan pada anaknya. Sudah tak ada lagi drama Lora menangis pagi-pagi. Hal itu membuat Cia senang. Sebulan ini Cia tak henti-hentinya mual. Dia terpaksa ke toko setelah siang, saat tubuhnya kuat. Semua orang melarang Cia, tetapi dia merasa bosan terus berada di rumah. Suara bel yang terdengar membuat Cia yang sedang tidur langsung berangsur bangun. Dia tahu jika itu adalah kurir yang mengantarkan bubur buatan mommy Shea. Bubur dengan campuran udang dan kepiting. Rasanya benar-benar enak di mulut Cia. Hanya bubur itu yang bisa masuk ke perutnya. Karena makanan lain tidak sama sekali bisa masuk dan justru keluar lagi. Saat membuka pintu, ternyata bukan kurir yang da

  • Perfect Mommy    Tidak Akan Lengkap

    Papa Felix dan Mama Chika yang dihubungi oleh El, langsung bergegas ke Rumah sakit. Mereka begitu khawatir ketika mendengar anaknya sakit. Setelah tadi menghubungi Freya menanyakan di mana ruangan perawatan, mereka langsung menuju ke sana. Saat tiba di ruang perawatan tampak Cia terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Melihat Infus yang menancap di pergelangan tangannya, mereka merasa tidak tega. “Kenapa bisa sampai di sini?” Mama Chika yang masuk langsung menghampiri anaknya. Tangannya membelai erat rambut Cia. Wajah tuanya begitu tampak khawatir. “Aku tidak apa-apa, Ma.” Cia berusaha menenangkan sang mama yang terlihat panik. “Sebenarnya ada apa ini? Sakit apa hingga harus dirawat?” Papa Felix memang jauh lebih tenang, tetapi sebenarnya jauh lebih panik. “Cia tidak sakit, Pa, Ma.” Freya menatap mama dan papanya bergantian. “Dia hamil,” ucapnya tersenyum. Mama Chika dan Papa Felix terkeju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status