Share

Aku Hamil

Author: Myafa
last update Last Updated: 2022-04-01 19:12:13

“Kak Cia,” teriak Bian yang terkejut saat membuka pintu kamar. Dia yang melihat Cia sedang memegangi pecahan gelas langsung berlari masuk ke kamar Cia. Saat sampai di pinggir tempat tidur, dia meletakkan makanan yang dibawanya dan bergegas mencegah Cia yang sedang ingin memotong nadinya. 

“Biarkan aku, Bi,” ucapnya menangis. Berusaha keras untuk melepaskan tangannya yang dicengkeram oleh Bian. 

“Jangan gila, Kak. Apa begini caramu menghadapi hidup?” tanyanya. Tangannya terus berusaha menghalau Cia yang berusaha memotong nadinya. Bian berusaha keras untuk melepas pecahan gelas yang berada di tangan Cia. Setelah bersusah payah, akhirnya Bian dapat melepaskan pecahan gelas tersebut. Namun, tangan Cia sudah tergores sedikit. 

“Hidupku sudah tidak berarti lagi, Bi.” Air mata Cia mengalir deras dari mata indahnya. Merasa dirinya hancur setelah mendapati jika dia akhirnya hamil. Sedari tadi dia memikirkan bagaimana menghadapinya, dan mati adalah jawaban dari semua pertanyaannya. 

“Tidak ada manusia yang hidup tidak berarti,” ucap Bian. Dia membawa Cia ke dalam pelukannya. “Saat kamu merasakan hidupmu tidak berarti lagi, ingatlah jika sebenarnya hidupmu berarti untuk orang lain. Masih ada orang tua, kakak, adik, dan teman yang berharap kamu hidup bersama.” Tangan Bian membelai lembut rambut Cia. 

Di dalam pelukan Bian, Cia hanya bisa menangis. Rasanya, dia tidak kuat menanggung semua ini. “Tapi, jika mereka semua tahu, mereka tidak akan mau hidup bersamaku.” 

“Memangnya apa yang akan mereka tahu hingga membuat keputusan tidak mau hidup denganmu?” 

Cia tak berani menjawab. Dia justru menangis. Bian yang menyadari hal itu pun akhirnya memilih untuk tidak memaksa Cia. “Sebaiknya kamu istirahat saja. Jangan pikirkan apa pun sekarang.” Bian melepaskan pelukannya. Membantu Cia untuk tidur. 

Tubuh Cia yang lemas pun mengikuti apa yang dilakukan Bian. Merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Bian beralih membersihkan pecahan gelas. Dia pun tak lupa mengambil benda-benda yang bisa dipakai Cia untuk melakukan hal konyol lagi. 

Kali ini, Bian memilih untuk tidur di kamar Cia. Tak mau meninggalkan Cia barang sedikit, mengingat Cia baru saja melakukan hal nekad. Bian yang kembali ke kamar, membawa plester dan obat untuk tangan Cia yang tergores. Mengobatinya, agar tidak terjadi infeksi. 

Bian pun mengirim pesan pada kakaknya agar ke rumah dengan menaiki taksi, karena dia tidak bisa menjemput. Tak berani meninggalkan Cia sendirian. Sepanjang malam, Bian berjaga. Memastikan Cia tidak akan mengulang hal gila. 

***

El dan Freya sampai di Bandara. El menyalakan ponselnya untuk menghubungi Bian, tetapi justru mendapati pesan jika adiknya itu tidak bisa menjemput. 

“Bian tidak bisa menjemput, karena tidak berani meninggalkan Cia,” ucap El pada istrinya. 

Cia mengembuskan napasnya. Semakin khawatir dengan apa yang akan terjadi dengan adiknya. Dia pun mengangguk, menyetujui untuk menggunakan taksi ke rumah kediaman Maxton. 

Taksi sampai di kediaman Maxton. Cia yang begitu khawatir dengan adiknya bergegas masuk. Meninggalkan El yang masih harus menurunkan koper. Asisten rumah tangga membukakan pintu untuk Freya, membuatnya bisa segera masuk ke rumah. 

Tempat pertama yang dituju Freya adalah kamar Cia. Di sana Freya melihat adiknya meringkuk di tempat tidur. Bian duduk tepat di sofa di seberang tempat tidur. Berdiri saat melihat kakak iparnya sudah datang. 

“Kak,” ucap Bian. 

Saat mendengar Bian bersuara, Cia langsung menoleh ke arah pintu. Dilihatnya kakaknya di sana. “Kak,” panggilnya. Air matanya kembali menetes. Entah sudah berapa banyak air mata yang dia buang untuk semua yang terjadi. Yang jelas, itu membuat matanya begitu sembab. 

“Cia.” Freya benar-benar tidak tega melihat apa yang terjadi pada adiknya. Wajah yang biasanya ceria tampak begitu menyedihkan. Yang dilihatnya sekarang Cia dengan mata sembab dan wajah pucat. 

Freya langsung menghampiri adiknya. Membawanya ke dalam pelukan. Isak tangis Cia pun kembali pecah ketika berada di dalam pelukan kakaknya. 

“Apa yang terjadi?” tanyanya. 

Cia tak bisa menjawab. Hanya bisa menangis saja. Dia tidak tahu harus bagaimana mengatakannya. 

El yang baru masuk ke dalam kamar, mendapati istrinya yang sedang memeluk adiknya. Masuk ke kamar, dia ikut duduk bergabung dengan istrinya. Duduk tepat di samping sang istri dan menatap adik iparnya. 

“Apa yang terjadi?” tanyanya. 

Tak ada jawaban dari Cia. Dia masih menangis seperti kemarin-kemarin. 

“Aku sudah bertanya berkali-kali, tetapi dia tidak mau menjawabnya,” ucap Bian pada kakaknya. 

El menatap adik iparnya. Terlihat jelas jika adik iparnya begitu rapuh. Namun, jika dia tidak tahu masalahnya apa, tidak akan mungkin bisa dia menyelesaikan semua itu. “Jika kamu tidak menceritakan apa yang terjadi, bagaimana kami bisa tahu.” El mencoba membujuk adik iparnya. 

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Cia.

“Aku sudah jauh-jauh ke sini dan meninggalkan anak-anak demi kamu. Apa kamu tetap akan bungkam?” Freya melepaskan perlahan tubuh adiknya. Menjangkau wajah cantik yang sekarang tertutup oleh wajah sendu. Tangannya memegangi bahu adiknya. Menyakinkan jika dia bisa berpercaya padanya.

Cia menimbang-nimbang apa dari mana dia akan mengatakan pada kakaknya. Mulutnya terasa berat. Namun, melihat pengorbanan kakaknya, dia tak bisa egois. 

“Baiklah, jika kamu tidak mau mengatakannya.” Freya tidak bisa memaksakan. Menjauhkan tangannya. “Istirahatlah kalau begitu.” Freya beranjak bangun dari tempat tidur. 

“Aku hamil.”

Mendengar hal itu, Freya yang baru saja hendak berdiri-terdiam ketika mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya. Membalikkan tubuhnya dia melihat adiknya. “Apa?” tanyanya memastikan. 

“Aku hamil, Kak,” ucap Cia diiringi isak tangis. 

Tubuh Freya langsung lemas mendengar hal itu. Tak menyangka jika adiknya hamil saat belum menikah. El yang berada di samping Freya tak kalah kaget. Dia langsung beralih menatap Bian yang berdiri di sisi tempat tidur. Bian yang mendapati tatapan tajam dari kakaknya merasa takut. Padahal dia pun juga terkejut dengan kenyataan jika Cia hamil. 

“Kamu hamil?” tanya Freya memastikan. 

“Iya,” jawab Cia.

Hancur sudah hati Freya ketika melihat adiknya hamil. Dia tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi dengan kedua orang tuanya jika mengetahui jika putri mereka hamil di luar nikah. 

“Anak siapa yang kamu kandung?” Freya menggoyang-goyangkan tubuh Cia. 

“Sayang.” El mencoba menenangkan istrinya. Meminta istrinya agar bicara lebih lembut. Mengingat Cia begitu dengan terpukul.

“Aku tidak tahu, Kak.” Cia benar-benar tidak tahu siapa pria yang menghamilinya. Ingin mengatakan jika itu adalah Ken, tetapi dia tidak punya bukti. Namun, tak ada yang terpikir di kepalanya, tentang siapa yang menghamilinya selain Ken.

“Bagaimana bisa kamu tidak tahu? Apa kamu diperkosa?” Freya mencari celah untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan adiknya. 

“Aku tidak tahu, Kak.” 

“Bagaimana bisa kamu tidak tahu, Ci? Padahal kamu yang melakukannya.” Freya pun ikut menangis. Perasaannya campur aduk. Suaranya yang meninggi terdengar penuh kekesalan dan kekecewaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Freya tlg bantuin cia kasi support buat cia jgn sampe cua terpuruk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perfect Mommy    TAMAT-Menyempurnakan Hidupku

    Hari ini Cia diizinkan untuk pulang. Beberapa keluarga ikut menjemput, beberapa yang lain menunggu di apartemen. Menyambut kedatangan Baby Nick. Di apartemen mereka sudah disambut oleh anak-anak yang memberikan sambutan selamat datang. Sungguh rumah begitu ramai. “Selamat datang.” Shera dan Freya menyambut Cia.“Terima kasih.” Cia begitu senang ketika melihat semua menyambutnya dengan meriah. Keluarga berkumpul merayakan kedatangannya. “Ayo, masuk.” Noah menuntun pelan tubuh Cia. Membawanya masuk ke apartemen.Lora, Kean, Lean, Rigel, dan Anka pun itu menyambut. Lima anak itu begitu riuh ingin melihat adik mereka. “Itu dedek aku.” Dengan bangganya dia memamerkan adiknya. “Mommy, mau lihat!” Kean yang tak sabar pun merengek. Cia yang duduk di sofa langsung diserbu anak-anak. Mereka begitu gemas melihat Baby Nick. Sayangnya, Lora begitu pelit. Setiap ingin memegang adiknya,

  • Perfect Mommy    Perjuangan Hidup Dan Mati

    Noah membawa istrinya ke Rumah sakit. Cia yang sudah merasakan sakit hanya bisa merintih kesakitan. Setelah sekian lama, kini Cia merasakan kembali rasa sakit ini. Jika dulu, dia malu-malu saat mencengkeram Noah. Kini dia dengan beraninya mencengkeram erat tangan Noah. Hingga membuat Noah kesakitan. Namun, Noah rela saja melakukannya. Yang terpenting dapat mengurangi sakit yang dirasakan oleh istrinya. Di ruang UGD para perawat langsung memasang jarum infus ke pergelangan tangan Cia. Memastikan cairan infus bisa masuk ke dalam tubuh Cia. Dokter Lyra yang dihubungi langsung datang. Dia memang sudah bersiap sejak pagi. Terlebih lagi keluarga Adion dan Maxton sudah berisik menghubunginya. “Air ketubannya sepertinya sudah pecah, Ra.” Mama Chika memberitahu. Dokter Lyra mengangguk. Kemudian memakai sarung tangan untuk mengecek sudah pembukaan berapa. Saat mengecek jalan lahir anak Cia, Dr. Lyra mendapati jika Cia sudah siap untuk melahirkan. D

  • Perfect Mommy    Nyidam

    Cia mengatur napasnya setelah keliling taman. Dilihatnya anaknya masih asyik bermain dengan daddy-nya, jadi dia harus menunggu lebih dulu. Perut Cia yang sudah mulai besar, membuatnya kesulitan untuk duduk. Kini usia kandungan Cia sudah mencapai delapan bulan. Dengan usia kandungan yang besar membuat Cia sulit bergerak. “Mommy.” Lora berlari menghampiri Cia. Cia mengulurkan tangannya. Membawa anaknya ke dalam pelukannya. “Dedek.” Lora mendaratkan kecupan di perut mommy-nya. Noah menghampiri anak dan istrinya. Ikut duduk di sebelah istrinya. Mengatur napas setelah lari mengejar anaknya. Pandangannya tertuju pada anak dan istrinya yang sedang bercengkerama. “Hari ini kamu jadi ke toko?” tanya Noah sambil membelai lembut perut Cia. Hari ini Noah libur, jadi dapat mengantar istrinya ke toko kapan saja. “Iya, aku mau mengecek dulu toko. Sekalian nanti pulang kita cari baju bayi.” “Bukannya sudah banyak yang kamu beli bersama dengan mama.” Noah yang

  • Perfect Mommy    Menjadi Kejutan

    “Lima, enam, cembilan.” Lora menghitung ketika sedang duduk manis di atas punggung daddy-nya. Daddy-nya yang sedang push up, naik turun dengan membawa Lora di atasnya. “Tujuh dulu, Kak.” Cia yang sedang memainkan ponselnya membaca beberapa artikel, beralih pada anaknya. “Ulang, Daddy.” “Jangan, Sayang, lanjutkan saja.” Noah yang sedang push up dengan tubuh Lora di atas punggungnya, tidak kuat jika anaknya mengulang lagi. Tadi dia meminta dua puluh hitungan, jika diulang, yang ada dua kali kerja. Bisa-bisa dia pingsan nanti. “Lalu belapa?” “Sepuluh.” Noah menurunkan tubuhnya. Kemudian mengangkatnya lagi. “Cepuluh.” “Sebelas … dua belas … tiga belas ….” “Cebelas … dua belas … tiga belas ….” Lora mengikuti daddy-nya yang berhitung. Sampai akhirnya sang daddy terkapar di lantai. Lora yang selesai berhitung begitu senangnya. Karena dia bisa naik di punggu

  • Perfect Mommy    Ciptakan Kebahagiaan

    Di depan cermin Noah mengikat rambut anaknya. Sebulan ini dia belajar mengikat rambut anaknya. Tak ada lagi ikatan miring yang membuat Lora menangis. Kini Noah bisa mengikat rambut anaknya dengan simetris. Cia yang mencatat seragam apa yang dipakai Lora setiap hari juga membuat Noah mudah untuk memakaikan pada anaknya. Sudah tak ada lagi drama Lora menangis pagi-pagi. Hal itu membuat Cia senang. Sebulan ini Cia tak henti-hentinya mual. Dia terpaksa ke toko setelah siang, saat tubuhnya kuat. Semua orang melarang Cia, tetapi dia merasa bosan terus berada di rumah. Suara bel yang terdengar membuat Cia yang sedang tidur langsung berangsur bangun. Dia tahu jika itu adalah kurir yang mengantarkan bubur buatan mommy Shea. Bubur dengan campuran udang dan kepiting. Rasanya benar-benar enak di mulut Cia. Hanya bubur itu yang bisa masuk ke perutnya. Karena makanan lain tidak sama sekali bisa masuk dan justru keluar lagi. Saat membuka pintu, ternyata bukan kurir yang da

  • Perfect Mommy    Tidak Akan Lengkap

    Papa Felix dan Mama Chika yang dihubungi oleh El, langsung bergegas ke Rumah sakit. Mereka begitu khawatir ketika mendengar anaknya sakit. Setelah tadi menghubungi Freya menanyakan di mana ruangan perawatan, mereka langsung menuju ke sana. Saat tiba di ruang perawatan tampak Cia terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Melihat Infus yang menancap di pergelangan tangannya, mereka merasa tidak tega. “Kenapa bisa sampai di sini?” Mama Chika yang masuk langsung menghampiri anaknya. Tangannya membelai erat rambut Cia. Wajah tuanya begitu tampak khawatir. “Aku tidak apa-apa, Ma.” Cia berusaha menenangkan sang mama yang terlihat panik. “Sebenarnya ada apa ini? Sakit apa hingga harus dirawat?” Papa Felix memang jauh lebih tenang, tetapi sebenarnya jauh lebih panik. “Cia tidak sakit, Pa, Ma.” Freya menatap mama dan papanya bergantian. “Dia hamil,” ucapnya tersenyum. Mama Chika dan Papa Felix terkeju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status