Rylan dan papa Felix yang menunggu di luar memilih untuk menikmati secangkir kopi di kafe Rumah sakit. Keadaan Darwin yang sudah jauh lebih baik, membuat mereka jauh lebih tenang. “Jadi Kak Noah dan Kak Cia benar sudah bercerai, Pak.” Rylan terlalu penasaran dengan kehidupan kakaknya. Kemarin, dia melihat dua orang itu begitu mesra dan bagaimana bisa mereka bercerai. “Iya, mereka memutuskan bercerai setahun yang lalu.” “Kenapa?” Felix tidak punya kapasitas untuk menjawab. Terlebih lagi ini terlalu sensitif. “Tanyakan pada kakakmu saja. Biar dia menjelaskan.” “Baiklah.” “Papa Felix.” Ketika mereka berdua sedang menikmati kopi. Suara memanggil nama Papa Felix terdengar. Papa Felix mencari sumber suara. Mencari siapa yang memanggilnya. “Al.” Papa Felix melihat Al, Shera, dan Retta yang menghampirinya. “Pap
Suara telepon yang berdering seketika mengganggu Noah dan Cia yang sedang mengobrol. Mereka sedang asyik membahas tentang apa yang berada di masa lalu. Meluruskan apa yang terjadi di masa lalu. Ponsel yang meraung-raung tanpa henti, akhirnya membuat Noah menghentikan obrolan mereka. Beralih untuk melihat siapa yang menghubungi. Saat Noah melihat ponselnya, dia melihat jika adiknya yang menghubungi. “Kenapa?” Noah kesal sekali. Dia belum puas menikmati waktu bersama dengan istrinya. “Kalian masih lama? Aku bosan di sini.” “Astaga, aku baru saja pulang, kenapa kamu tanya aku lama tidak?” Noah kesal sekali. Padahal jelas-jelas dia ingin menikmati waktu bersama dengan istrinya.“Iya, tapi aku bosan di sini.” “Baik-baiklah. Aku akan segera ke sana.” Noah mematikan sambungan teleponnya. “Sebaiknya kita segera ke Rumah sakit saja.” Cia yang mendengar obrolan kakak dan adik pun merasa jika harus segera pergi ke Rumah sakit. “Tapi, aku belum puas m
Cia memilih pulang ke rumah sesuai dengan permintaan papanya. Meninggalkan Noah sendiri di Rumah sakit. Sampai di rumah dia tidak menemukan anaknya. Saat menanyakan pada mamanya, dia mendapati jika anaknya sedang ke rumah Al bersama Rylan. Cia pun menghampiri ke rumah Al yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Rylan menemani Lora bermain. Dia beralasan jika ingin bertemu dengan kakak-kakaknya-Rigel dan Anka. Kebetulan kakak kembarnya itu tidak sekolah hari ini, karena nenek mereka yang sakit dan memilih izin beberapa hari. “Lola, ini masak dulu bulgelnya.” Anka yang umurnya beda dengan Lora satu tahun itu asyik membuat main masak-masakan dengan Lora. Di saat para gadis cilik memasak, Rigel kebagian mencicip makanan yang dibuat. Pemandangan permainan itu, membuat Rylan dan Retta tersenyum. Retta sesekali-kali ikut menimpali pembicaraan dua gadis kecil itu. “Kamu sepertinya sangat suka dengan anak kec
Kebahagiaan kini menyelimuti hati Noah dan Cia setelah mereka menjelaskan kepada orang tua mereka. Jadi tidak ada kesalahpahaman lagi di antara mereka. Walaupun sempat ada kerikil kecil yang menghampiri, sekarang mereka sudah melaluinya dengan baik. Pernikahan memang tak selalu manis. Selalu saja ada ujian yang menghampiri. Namun, semua datang untuk mengantarkan pada kebaikan.“Apa yang ingin kamu lakukan setelah kita bersama?” Cia yang membelai lembut rambut Lora yang sedang tertidur lelap. Lora yang berada di tengah-tengah membuat jarak di antara mereka berdua. “Aku ingin banyak menghabiskan waktu dengan kalian.” Noah memandang Cia, kemudian beralih pada Lora yang sedang pulas tertidur. Sudah cukup waktu yang dibuang sia-sia dan kini dia tidak mau sampai kehilangan lagi. Cia tersenyum. Memang benar adanya. Jika mereka harus menghabiskan waktu mengingat jika mereka sudah kehilangan banyak waktu. “Kita akan mulai dari awa
Malam semakin larut. Anak-anak mulai diajak masuk oleh orang tuanya. Lora yang akan tidur dengan Kean dan Lean pun berpamitan pada mommy-nya. “Da-da, Mommy.” Satu kecupan mendarat di pipi Cia. Dia tersenyum senang ketika akan tidur dengan kakak-kakaknya. “Pipis dulu sebelum tidur dan gosok gigi dulu bersama kakak, oke?” Cia membelai lembut rambut anaknya. “Oke, Mommy.” Lora langsung berlalu ke kamar kakaknya. Cia yang melihat anaknya ke kamar, akhirnya memilih untuk masuk ke kamarnya juga. Noah masih mengobrol dengan para pria di luar. Jadi dia hanya sendiri di kamar. Karena memang mengantuk, Cia memilih untuk tidur lebih dulu. Tak mau menunggu Noah. Tepat di jam dua belas malam para pria yang sedari tadi asyik mengobrol memilih untuk masuk ke kamar masing-masing. Noah juga masuk ke kamarnya. Saat di dalam kamar, dia hanya melihat istrinya saja tanpa ada anaknya. D
Sesuai dengan rencana, akhirnya Papa Darwin dan Rylan kembali ke London. Lora yang melihat kepergian kakeknya menangis, hingga sulit sekali di tenangkan. Berteriak ingin ikut kakeknya.“Au ikut Glandpa.” Dia masih terisak ketika tadi sudah bergulung-gulung di lantai. Lora memang sering menangis, tetapi tidak seperti ini biasanya, dan kali ini Lora begitu tak terkendali. Cia yang melihat anaknya seperti itu hanya bisa menunggu hingga tenang. Mengamankan semua yang di sekitar yang kira-kira bahaya. Sampai saat Lora sudah tenang, dia membawa anaknya ke dalam pelukannya. “Au ikut Glandpa.” Kata itu yang terucap diiringi isak tangis. Cia terus mendekap erat anaknya. Menangkan anaknya itu. Sampai suaminya pulang sehabis mengantar papa dan adiknya, Lora baru saja tenang. Anaknya itu baru saja tertidur. Masih di dalam dekapan sang mommy. Perlahan Cia memindahkan anaknya itu ke tempat tidur. Agar sang anak lebih pulas lagi saat tidur. Noah yang melihat wajah anak
Noah dan Cia bersiap untuk acara peresmian perumahan tahap pertama. Lora yang diajak pergi tak kalah heboh. Ketika sang mommy sedang memakai alat pengeriting rambut, dia juga ikut-ikutan, meminta untuk membuat agar rambutnya juga keriting. Cia yang gemas pun menuruti permintaan anaknya. “Daddy, lihat lambut aku keliting.” Ketika Noah keluar dari kamar mandi, suara anaknya sudah menyambutnya. “Kenapa kamu cepat sekali dewasa, Daddy berasa semakin tua,” gerutu Noah. Dia yang melihat anaknya itu pintar sekali membuatnya takut anaknya tumbuh dengan cepat. Cia hanya tersenyum melihat suaminya yang kesal. Terlihat begitu mengemaskan ketika mendengar suaminya menggerutu. Noah, Cia, dan Lora yang sudah siap langsung berangkat ke tempat acara. Saat tiba di lokasi sudah ada keluarganya yang sudah berkumpul. Anak-anak juga ikut serta. Mereka ikut orang tua mereka untuk menghadiri acara. Had
Cia dan Noah pergi ke Rumah sakit. Sepanjang jalan Noah merasa tidak tega sekali melihat istrinya yang terlihat begitu pucat. “Masih mual?” tanya Noah menoleh sejenak pada Cia. “Masih.” Cia berusaha keras untuk menahan rasa mualnya itu. “Mau beli permen saja?” Noah terpikir permen bisa mengurangi rasa mual yang dirasakan oleh istrinya. “Boleh juga.” Noah membelokkan setir mobilnya untuk menuju ke supermarket. Membeli permen yang dapat mengurangi mual yang dirasakan oleh istrinya. Di dalam supermarket dia memilih beberapa permen, karena tidak tahu permen apa yang dapat meredakan mual yang dirasakan oleh Cia. Saat kembali ke mobil, dia memberikan satu kantung permen pada istrinya. Hingga membuat Cia keheranan. “Sebanyak ini kamu mau membuat gigiku sakit?” Cia membuka kantung berisi beberapa bungkus permen. “Aku tidak tahu mana yang dapat me