Home / Romansa / Perfect Secret / Keinginan Kyra

Share

Keinginan Kyra

Author: Lovaerina
last update Last Updated: 2021-09-10 13:03:02

Kyra meneguk habis segelas air minum setelah menyelesaikan satu mangkuk sup rumput laut dengan disuapi oleh Richard. Lelaki di hadapannya itu tersenyum gemas saat Kyra berserdawa.

“Ma—af, tidak sengaja,” lirih Kyra, biasanya dia tidak melakukan hal sekonyol itu.

“Tidak masalah, Sayang. Itu berarti kau menikmati sup buatanku, ‘kan?” timpal Richard, senyuman masih bertahan pada bibir tebalnya.

“Hm … Sangat nikmat. Kalau saja aku belum kenyang, aku ingin minta dibuatkan lagi.” Kyra tidak membual soal rasa masakan yang dibuat oleh Richard, itu benar-benar nikmat.

“Masih ada banyak hari untuk kita lalui bersama, Sayang. Aku akan lebih sering memasak untukmu,” ucap Richard.

Richard lantas membenahi piranti makan.

“Biar aku saja yang mencuci.” Kyra menahan mangkuk yang akan Richard bawa ke wastafel.

Biasanya memang Kyra yang memasak dan mencuci piring bekas mereka makan, tetapi kali ini Richard melarang wanita itu melakukannya.

“Aku saja. Kau tidak boleh melakukan apa-apa mala mini,” larang Richard.

Selesai dengan urusan di wastafel, Richard mengeringkan tangan. Kemudian beranjak duduk pada kursi di sebelah Kyra lagi. Kyra serta-merta menyenderkan kepala pada bahu Richard.

“Maaf, aku tidak sempat membeli hadiah yang layak untukmu, Sayang, “ ujar Richard. “Sepanjang perjalanan ke sini, aku sudah memikirkan hadiah paling istimewa, tetapi sepertinya harus ditunda sampai beberapa bulan ke depan,” imbuhnya sedikit kecewa.

Kyra mengernyit heran. “Memang hadiah macam apa sampai harus ditunda?”

“Malam panjang tanpa jeda,” bisik Richard seduktif, tidak lupa kedua alis yang bergerak naik turun untuk menggoda.

Decakan lirih terlontar dari bibir Kyra mengiringi tangan yang memukul lengan Richard, membuat lelaki itu tergelak.

Namun, sepertinya lelaki tampan itu benar-benar berniat melalui malam panjang bersama Kyra tanpa jeda. Dia menolak saat Kyra mengajaknya beristirahat. Richard terus saja mengobrol ini dan itu, seolah tidak ada lagi hari esok untuk dijalani bersama.

Richard begitu senang dengan kabar kehamilan Kyra. Bahkan dia sudah merencanakan beberapa hal yang akan dilakukan bersama anaknya kelak, merancang masa depan si jabang bayi, mulai dari pendidikan sampai semua hal sudah dipikirkan matang-matang.

“Baiklah, Tuan Richard Parker. Apa pun yang kau rencanakan, akan kita wujudkan. Sekarang ayo tidur. Ini sudah malam,” ajak Kyra.

Richard melirik pada jam yang tergantung di dinding. Tidak terasa sudah hampir tengah malam. Dia lantas membopong tubuh mungil Kyra menuju kamar dan membaringkannya perlahan di ranjang. Richard menyusul berbaring di samping Kyra, saling berhadapan. Richard tersenyum manis memandangi paras ayu wanita terkasih.

“Sayang, apa yang sangat kau inginkan untuk hadiah ulang tahunmu?” tanya Richard. “Aku akan memberikan apa pun yang kau mau.”

Kyra mengigit bibir bawah, kebiasaan saat dilanda kegamangan. Wanita itu menimbang keinginan terbesar dalam hidupnya. Ada satu hal yang sangat ingin Kyra pinta sejak lama, tetapi urung dia ungkapkan. Mungkin tidak saat ini. Atau tidak akan pernah sama sekali.

“Cukup peluk aku saja malam ini,” pungkas Kyra.

===!!===!!===

Kyra menghela napas dengan berat ketika tidak mendapati Richard pada sisi ranjang di sebelahnya. Bukan kali pertama Kyra terbangun tanpa keberadaan Richard seperti saat ini. Acap kali pekerjaan menjadi alasan kepergian Richard di pagi buta. Kyra maklum, Richard adalah pebisnis andal dengan berbagai bisnis yang dikelola. Terkadang, setumpuk berkas membuat Richard tidak mengenal akhir pekan atau hari libur nasional yang lain.

Jarak antara Kota Midtown dengan South East juga menjadi salah satu rintangan bagi hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Richard seringnya berkunjung ke South East setiap akhir pekan. Jika sedang beruntung, dia bisa datang 2 kali dalam satu minggu. Bisa juga hanya datang sekali pada pertengahan bulan. Tergantung bagaimana tingkat kepadatan rutinitasnya di Midtown.

Sejak awal Richard datang dan mereka menyepakati komitmen, Kyra sudah tahu risiko yang harus ditanggung olehnya. Untuk itu, dia tidak banyak memberi tuntutan kepada Richard. Lagi pula, lelaki itu benar-benar memperlakukan Kyra dengan sangat baik selama ini.

”Selamat pagi, Sayang.” Suara berat dari arah pintu mengagetkan Kyra.

Wanita itu pikir Richard sudah pergi dari apartemen mereka.

”Kau masih di sini?” tanya Kyra heran.

”Memangnya aku harus di mana?” Richard balik bertanya. “Kau tidak suka bersamaku, hm?”

Langkah jenjang Richard dibawa mendekati Kyra yang masih terduduk di tepian ranjang.

”Kupikir kau sudah pulang ke Midtown.” Kyra mencebikkan bibir tebalnya. 

Richard menundukkan pandangan pada wajah yang terlihat sendu itu. Dia lantas mendekap tubuh Kyra dan memberi kecupan pada pucuk kepala.

”Aku belum mendapatkan morning kiss-ku. Bagaimana bisa aku pergi tanpa itu?” Richard tersenyum penuh arti.

Sejurus kemudian kedua belah keping bibir tebal mereka saling beradu dalam kecupan lembut nan intim. 

”Ayo bangun. Aku sudah menyiapkan sarapan,” ajak Richard.

Kyra sedikit malu. Seharusnya dia yang memasak untuk Richard. Bukan terbalik seperti ini.

Lantaran Kyra masih saja bergeming, Richard berinisiatif membopong wanita mungil tersebut. 

Kyra memekik terkejut. “Kau mengagetkanku,” gerutunya, seraya melingkarkan kedua tangan pada leher Richard.

Si lelaki tampan terkekeh menimpali gerutuan Kyra, “Kau berpikir terlalu lama, Sayang. Aku sudah kelaparan,” timpalnya.

Begitu mereka sampai di dapur, Richard menurunkan Kyra dengan hati-hati.  Dua mangkuk nasi campur dengan lauk tumisan daging, sayur rebus, rumput laut, irisan sayur dan telur setengah matang, sudah tersaji di meja makan.

”Aku hanya bisa menyiapkan ini. Atau kau mau makan yang lain?” Richard menawari.

Gelengan beriring senyum semringah menjadi pertanda jika Kyra tidak masalah dengan pilihan menu dari Richard. Pada dasarnya, apa pun yang Richard berikan, Kyra pasti akan menerima dengan suka cita tanpa protes.

Kyra segera duduk berdampingan dengan Richard. Di sela menikmati sarapan bersama, Richard kembali mengungkit soal rencana kunjungan ke dokter kandungan hari ini.

”Kurasa aku pergi sendiri saja besok,” ucap Kyra.

”Kenapa begitu? Aku juga ingin tahu keadaan bayi kita.” Richard meletakan sendok sejenak hanya untuk mengelus perut datar Kyra. 

Wanita itu menggigit bibir bawah. Kyra tidak bermaksud membuat Richard kecewa, tetapi ada hal lain yang ingin dilakukannya hari ini.

“Kau ingin pergi ke tempat lain?” Richard cukup peka jika itu menyangkut Kyra.

”Aku ingin berkunjung ke rumah ibu,” lirih Kyra.

Kegiatan sarapan mereka terhenti, Richard bahkan menunda kunyahan pada mulutnya, kemudian terdiam dalam hening. Sementara itu, Kyra mengaduk-aduk makanannya. Sama-sama terdiam.

Debas lirih terhela dari lubang hidung Richard. Dia sangat tahu tidak mudah bagi Kyra untuk mengungkapkan keinginan tersebut.

”Habiskan dulu sarapanmu, Sayang. Setelah itu, kita baru mengunjungi ibu. Lalu ke dokter kandungan,” pungkas Richard mengambil keputusan.

Kyra serta-merta menatap lelaki jangkung itu, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Akan tetapi, senyum tulus yang terbit pada bibir tebal Richard, meyakinkan Kyra bahwa lelaki terkasihnya tersebut tidak sedang membual.

Dengan semangat Kyra menghabiskan sarapannya cepat-cepat.

“Uhuk!” Kyra tersedak.

“Pelan-pelan saja, Sayang.” Richard dengan sigap menyodorkan gelas berisi air minum dan menepuk-nepuk punggung Kyra perlahan. 

Sejak pindah ke apartemen yang Richard beli, Kyra hanya sekali mengunjungi ibunya. Jadi, ini adalah momen yang sangat dia tunggu dari dulu.

-to be continued-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perfect Secret   Tempat Untuk Pulang

    *Selamat membaca*Richard sedang duduk memangku Cavero sambil menunggu Kyra yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Bocah lelaki pemilik tubuh gempal di pangkuan Richard tersebut sedang dalam masa aktif. Cavero tidak mau diam sedikit pun. Bibir tebal si bayi terus berceloteh meski tanpa arti yang jelas.“Nananana … “ Cavero menepuk - nepuk kedua tangan, sekali - sekali liurnya menetesi lengan Richard yang melingkari perut gembul itu.“Jagoan Ayah semangat sekali.” Richard terus bersikap siaga untuk menjaga supaya bocah lelaki kesayangannya itu tidak jatuh dari pangkuan.“Sama seperti ayahnya, Cavero tidak mau diam,” sahut Kyra tanpa menoleh ke arah Richard dan Cavero. Tangan Kyra masih fokus menuang bubur ke dalam mangkuk.Beberapa detik setelah itu, langkah pendek- pendek Kyra terdengar mendekat ke arah meja makan, tempat di mana dua lelaki kesayangan

  • Perfect Secret   Yang Harus Diingat

    *Selamat membaca*Cavero adalah anugerah terindah yang hadir menyempurnakan kehidupan Kyra. Sejak kehadiran Cavero dalam rahim Kyra, keadaan menjadi lebih baik secara perlahan-lahan. Hubungan Nyonya Amber dan Richard saat ini pun sudah seperti pasangan ibu mertua dan anak menantu pada umumnya. Richard tidak lagi menyebut Nyonya Amber dengan sebutan ‘Nyonya’. Nyonya Amberjuga

  • Perfect Secret   24/7

    Butuh waktu selama lima hari untuk pemulihan bagi Kyra setelah melakukan prosedur operasi sesar di rumah sakit. Akhirnya, Kyra dan bayi mungil berjenis kelamin laki-laki itu diizinkan pulang oleh dokter. Richard tentu saja merasa senang bukan main, dia bahkan mengabaikan semua urusan di perusahaan, baik milik Tuan Parker maupun miliknya sendiri. Richard mengalihkan seluruh tanggung jawab dan tugas penting kepada Calvin. Richard sudah mempersiapkan berbagai macam alibi untuk tinggal lebih lama di North Island. Kelahiran bayi pertamanya dengan Kyra, tentu saja patut untuk dirayakan. Richard ingin selalu bersama dua orang tersayangnya itu. ”Rich … “ Kyra memanggil Richard dengan suara lirih. “Hm?” Richard menyahut tanpa mengalihkan perhatian pada bayi laki-lakinya. “Apa tidak masalah?” tanya Kyra tiba-tiba. “Apanya?” Richard kali ini menatap Kyra dan balik bertanya. “Kau terlalu lama meninggalkan Midtown. Bagaimana dengan pekerjaanm

  • Perfect Secret   Kelahiran Bayi Pertama

    Kyra meringis lirih seraya bergerak tertatih menuju ke arah kamar mandi. Belakangan ini dia sering mengalami kontraksi palsu, di mana perutnya begitu terasa melilit dengan dorongan mengejan, tetapi yang terjadi ternyata hanya desakan untuk membuang air dalam kemih.“Ibu!” Kyra memekik dari dalam kamar mandi.Nyonya Amber segera menghampiri dan membuka pintu kamar mandi yang sengaja tidak dikunci. Wanita itu menjadi sedikit panik ketika air ketuban tampak membasahi kedua paha bagian dalam Kyra.Bibi Juni yang ikut menghampiri, segera tanggap memanggil sopir yang Richard sediakan untuk berjaga jika hal darurat semacam ini terjadi. Ketiga orang tersebut kemudian membawa Kyra ke rumah sakit terdekat. Mereka yakin sudah waktunya Kyra untuk melahirkan.Sementara itu di Midtown, Richard sedang bersiap untuk bertemu klien setelah makan siang, tetapi pikirannya mulai resah karena pesan teks yang dia kirimkan sejak pagi tadi belum kunjung mendapatkan ba

  • Perfect Secret   Kekhawatiran Nyonya Amber

    Mendekati hari persalinan, Richard semakin protektif kepada Kyra. Ketika sedang berada jauh di Midtwon, lelaki itu akan menghubungi Kyra melalui panggilan video, hampir setiap tiga puluh menit satu kali. Jangan lupakan pesan singkat yang dikirim nyaris tanpa jeda. Bahkan, ketika Richard sedang dalam rapat direksi sekalipun.Nyonya Amber juga tidak kalah protektif dari Richard. Kyra tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apa pun di rumah. Bahkan, hanya sekadar membersihkan debu di meja makan. Apalagi melakukan hobinya memasak di dapur, Nyonya Amber melarang Kyra.

  • Perfect Secret   Kesepakatan

    Kyra patut bersyukur atas kehamilannya saat ini. Meskipun semula Kyra ragu dan mengkhawatirkan perihal kehadiran sang jabang bayi, sekarang itu menjadi anugerah terindah dalam hidupnya. Selain Nyonya Amber yang bersedia membuka pintu maaf bagi Kyra, kini hubungan sang ibu dengan Richard pun perlahan-lahan mulai membaik.Awalnya Nyonya Amber memilih pulang ke South East setiap Richard berkunjung, seperti kesepakatan yang mereka buat, tetapi lama kelamaan Nyonya Amber mulai terbiasa menerima keberadaan Richard. Dan tidak lagi keberatan tinggal di bawah atap yang sama dengan si anak konglomerat.Senyum manis tersemat di bibir Kyra ketika melihat dua orang yang dicintainya itu bahu membahu menghias kamar si jabang bayi. Sekali-sekali Richard dan Nyonya Amber akan beradu argumen jika tidak menemukan kesepahaman. Seperti saat ini, Nyonya Amber ingin kamar bayi dicat warna biru, sedangkan Richard mengusulkan merah muda saja.“Biru lebih netral. Bisa untuk bayi pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status