Share

Perfect Secret
Perfect Secret
Penulis: Lovaerina

Kejutan

Kyra Dellaina sejak beberapa saat lalu terus menggigit bibir bawahnya. Dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Gundah sedang mendera hati perempuan itu. Di tangan kanan Kyra, tergenggam benda putih serupa stik es krim yang baru saja dia gunakan untuk mengecek kandungan hormon dalam cairan urinnya.

Dua garis merah muncul pada penunjuk hasil alat tes kehamilan tersebut. Garis-garis yang semula tampak samar itu perlahan berubah menjadi sangat tegas.

Positif.

“Aku hamil?” Kyra bergumam sambil mengelus perutnya yang masih rata. Dia menghentikan gerak bolak-baliknya dan memilih duduk di ranjang untuk menenangkan diri.

Hasil yang Kyra dapatkan tersebut, sudah tidak diragukan lagi. Itu tespek ketiga yang Kyra coba selama tiga hari berturut-turut dan hasilnya tetap sama. Bukan garis satu, juga bukan garis samar. Jelas segumpal darah telah membentuk janin dan bernaung di dalam rahimnya. Hanya perlu menunggu selama sembilan bulan untuk membawanya lahir ke dunia.

“Ini tidak salah.” Kyra menahan senyuman, keraguan masih membayang.

Sesekali perempuan mungil berparas ayu itu menarik napas panjang, lantas menghelanya dengan sangat berat. Kyra bingung bagaimana harus mengambil sikap. Bukan Kyra tidak bahagia atas kehamilan tersebut, hanya saja dia khawatir lelakinya menanggapi dengan pandangan yang berbeda. Mereka memiliki kesepakatan tidak tertulis mengenai hal-hal semacam itu.

“Apa yang harus kulakukan?” Kyra kebingungan.

Di lain tempat.

Gardenia putih dengan semburat kekuningan pada bagian tengah kelopak,  dirangkai apik bersama beberapa tangkai baby's breath berwarna senada dalam balutan kertas kado merah muda. Aromanya semerbak, membawa perasaan penuh romansa dan kebahagiaan.

Lelaki Parker dengan setelan jas single breasted berwarna abu-abu itu tersenyum semringah ketika seorang florist menyerahkan buket bunga cantik tersebut kepadanya.

“Bunga yang indah cocok untuk diberikan kepada wanita terindah,” celetuk sang penjual bunga. ”Pilihan Anda sangat tepat, Tuan,” imbuhnya memberikan pujian.

Penjual bunga tersebut tentu saja tidak berbicara asal. Saat memesan tadi, Richard meminta diberi bunga paling istimewa sebagai tanda cinta untuk wanita terkasih.

“Terima kasih. Ini sangat cantik.” Richard menyerahkan kartu debit untuk membayar.

Senyuman lelaki bernama lengkap Richard Parker itu kian tersungging lebar. Buket bunga tersebut memang ditujukan untuk wanita terindah, yang juga paling dicintai oleh Richard.

Setelah transaksi pembayaran dilakukan, pemilik toko bunga itu menyerahkan kembali kartu debit milik Richard.

“Terima kasih telah membeli bunga dari toko kami. Semoga wanita Anda menyukainya, Tuan. Dan semoga hari Anda menyenangkan.”

Richard mengangguk kecil untuk menimpali ujaran pemilik toko. Aroma segar nan manis yang menguar dari kelopak-kelopak bunga cantik itu mengantarkan perasaan damai dalam dada Richard. Lelaki berparas menawan itu lantas mengurai langkah meninggalkan Eksoluxion Florist setelah membayar. Dia menuju mobil hitam yang terparkir di halaman toko bunga. 

Dengan sangat hati-hati, Richard meletakkan buket bunga pada kursi penumpang di sebelah kiri. Dia lalu kembali tersenyum menatap rangkaian cantik bunga-bunga itu sambil membayangkan reaksi wanita tersayangnya saat mendapat perlakuan romantis nanti. Sudah lama sekali, Richard tidak membelikan bunga seperti yang dia lakukan sekarang. Belakangan ini, banyak urusan di kantor yang menyita waktu Richard.

Hari ini istimewa,  tentu saja wanita kesayangan Richard layak mendapatkan perlakuan yang istimewa juga. 

Setelah memastikan sabuk pengamannya dikenakan dengan benar, Richard melajukan mobil dengan bersenandung riang untuk menemui wanita tercinta. 

“Semoga tidak ada yang merusak hari istimewa ini,” harap Richard. 

Mobil hitam itu kembali melaju membelah jalanan, dengan latar semburat jingga yang tumpah ruah di langit sore.

Kyra masih terus mondar-mandir memikirkan apa yang harus dia katakan pada Richard. Tiba-tiba, suara pintu apartement terbuka membuat jantungnya semakin berdebar tidak karuan. Disusul derap langkah yang menuju kamar di mana dia berada sekarang. Kyra serta-merta bangkit dari duduknya dan menyembunyikan tespek tersebut ke dalam saku celana. Lalu dia bersiap menyambut lelaki kesayangan.

“Sayang ... kau di mana?” Suara berat yang sarat akan cinta itu menyapa merdu kedua gendang telinga Kyra.

Sekali lagi Kyra menghela dan mengembuskan napas untuk mengatur kegugupan.

“Sayang, kau datang?” Kyra menyongsong lelaki jangkung yang memeluk erat. Seperti biasa.

Pelukan itu lantas diurai oleh Richard.

“Untukmu.” Buket bunga dari Richard serta-merta berpindah ke tangan Kyra.

Kedua mata bulat Kyra berbinar bahagia. dia menyesap aroma semerbak dari kelopak-kelopak putih nan cantik itu.

”Selamat ulang tahun!” ucap Richard lembut.

Lagi-lagi kecupan dari Richard mendarat di kening Kyra.

“Terima kasih, Sayang.” Kyra kembali memeluk lelaki tampan kesayangan. 

Richard Parker, satu-satunya lelaki yang berhasil membuat Kyra terlalu jatuh dalam cinta. Lelaki itu tersenyum begitu lebar sebelum menghujani kecupan di pucuk kepala Kyra, juga kening dan berakhir pada bibir tebalnya. Selalu seperti itu ritual yang dilakukan setiap kali Richard datang.

Kyra mengeratkan pelukannya. Sungguh, dia tidak pernah ingin melepas lelaki ini sedetik saja. Perempuan itu suka sekali dengan aroma tubuh Richard yang menenangkan. Kyra menyukai pelukan hangat Richard. Kyra sangat menyukai bibir tebal lelaki yang senatiasa memberikan kecupan lembut. Singkatnya, Kyra terlalu terpesona pada segala hal yang ada di dalam diri Richard Parker.

Richard masih memejamkan mata ketika Kyra melepaskan diri perlahan dari pelukan eratnya. Perlahan Richard membuka mata dan tatapan mereka bertemu.

Kyra menatap manik kecokelat-cokelatan itu dengan gamang. Ada kabar yang harus dia beri tahu. Tidak mungkin bisa disembunyikan.

“Sayang, ada apa?” Richard dapat menangkap raut cemas pada wajah ayu wanitanya yang begitu kentara. 

“Aku … “ Kyra tampak begitu ragu.

“Katakan, Sayang. Ada apa?” Richard membelai pipi kanan yang sedikit lebih berisi dari hari-hari sebelum ini.

Kyra menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Tatapan lembut Richard membangkitkan sedikit kepercayaan diri perempuan itu.

“Aku … hamil.” Kyra dengan sedikit gamang menyodorkan tespek yang sempat dia sembunyikan.

Rona wajah Richard berubah datar. Garis bibir yang semula melengkung ke atas, lenyap seketika. Mata Richard menatap nanar pada tespek di genggaman tangan kanan Kyra yang gemetar. Keheningan sejenak menguasai dua orang yang kini saling menatap dalam diam.

Kecemasan Kyra terbukti nyata,  Richard tampak tidak menginginkan kehamilan itu terjadi.

Kyra masih menunggu bibir tebal Richard yang terkatup rapat itu, mengucapkan kata. Meskipun itu sebuah penolakan, tidak mengapa. 

“Aku mandi dulu.” Richard jelas melarikan diri dari tatapan Kyra yang menuntut reaksi atas pernyataannya barusan. 

Namun,  Kyra tidak bisa menahan ketika lelaki kesayangan berlalu meninggalkannya. Kyra hanya menatap sendu pada tespek di genggaman tangan kanan, bergantian dengan buket bunga pada tangan kiri.

“Anakku .... “ Kyra bergumam lirih.

Angan Kyra lantas menduga berbagai kemungkinan yang akan terjadi andai Richard benar-benar tidak menghendaki kehamilan tersebut.

“Ibu akan membujuk Ayah. Tenang saja. Ayah bukan orang jahat.” Kyra berbicara seolah janin dalam kandungan bisa mendengarkan apa yang baru saja diucapkan olehnya.

-To be continued-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lady Orlin
keren diksinya ka, juga bkin baper ajah nib pdhl baru bab 1..semangat ya ka...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status