Alhasil pagi itu Kenra minta di dandani seperti mommynya."Kenra juga ingin jadi peri seperti Mommy!" katanya."Nanti setelah Kenra dewasa, ok!" Ralin memberi pengertian. Anak itu cemberut karena tidak dituruti.Ralin tersenyum melihat ke iri-an putri tersayangnya itu, Kenra memang selalu ingin meniru dirinya.Hal seperti ini saja sudah mampu membuatnya melupakan sejenak kejadian tadi malam. Tingkah Kenra selalu bisa membuat Ralin tersenyum dan menghangatkan hatinya.Kenra sudah di jemput lebih dulu oleh bis sekolah, sedangkan Ralin, taksinya belum juga tiba."Taksimu belum datang?" Nenek Rose keluar dari rumahnya. "Iya, Nek. Padahal aku hampir terlambat," kata Ralin yang mulai cemas. Ia melirik jam di ponselnya, bersamaan dengan itu alat komunikasi itu berbunyi, Ralin segera mengangkatnya."Halo!""Nona, maaf saya, membatalkan pesanan anda, mobil saya tiba-tiba mogok." Terdengar suara sopir meminta maaf."Tidak apa-apa, saya bisa pesan yang lain." Ralin menghela nafasnya. Jam terus
Nafas Ralin memburu, ia berdiri dari tempatnya lalu menghampiri Kenzi, "Sampai kapanpun Kenra tidak akan pernah kuberikan padamu," desisnya tajam dengan mata melotot.Kenzi tertawa setelah memalingkan wajahnya, "Kau harus bersiap dengan kemungkinan yang terjadi." Ralin tahu itu kalimat ancaman. "Apa maksudmu?"Kenzi mendudukkan dirinya di atas sofa lalu menggedikkan kedua bahunya."Kenzi, aku mohon jangan mempersulit hidupku!" Ralin tidak tahu lagi harus bagaimana membuat Kenzi menyerah."Aku tidak mempersulit, yang kulakukan hanya mempermudah, dengan Kenra ikut denganku, Kau bisa bebas bukan? Memilih laki-laki kaya yang bisa Kau manfaatkan."Rasanya percuma Ralin memohon, pria di hadapannya ini benar-benar sudah tidak waras."Kau seolah menuduhku suka memanfaatkan orang. Sayang sekali kepintaranmu itu bila menilai istrimu saja tidak bisa. Seharusnya Kau malu menganggapku murahan tanpa ada bukti sama sekali, tak kusangka seorang Ceo pintar sepertimu punya penilaian yang buruk terhada
Segala persiapan telah di urus oleh Ralin, tinggal menunggu keberangkatan mereka siang nanti. Dia juga sudah mengajukan cuti selama satu minggu.Pukul sepuluh pagi pesawat mereka take off meninggalkan Kota Paris yang sudah membersamai Ralin hampir enam tahun lamanya.Bersamaan dengan itu Kenzi datang bersama ibu dan ayahnya untuk menjemput Ralin secara khusus.Ternyata takdir tidak mempertemukan mereka. Nenek Rose mengeryit mengintip dari jendela rumahnya. Belum pernah ada tamu seperti ini datang ke rumah Ralin.Tok tok tokPintunya diketuk dari luar. Nenek Rose segera membukanya.Ceklek."Ya, dengan siapa?" tanya Nenek Rose pura-pura belum melihat mereka."Kami keluarga Ralin, datang dari Amerika, tetapi sepertinya dia tidak ada di rumahnya." Nyonya Rebecca yang berbicara.Nenek Rose mengamati mereka satu persatu, tidak ada yang mirip dengan Ralin di antara ketiganya."Ralin tidak memiliki keluarga, orang tuanya sudah lama meninggal," kata Nenek Rose hati-hati."Oh, bukan itu maksud s
Pagi hari mereka pergi ziarah ke makam orang tua Ralin dengan berjalan kaki, karena jarak yang tidak terlalu jauh.Menyapa pria tua penjaga makam lalu masuk ke dalam, makam kedua orang tuanya sedikit jauh ke tengah. Hingga harus melewati beberapa makam untuk sampai ke sana."Ayah, Ibu!" Ralin tak kuasa membendung tangisnya, ia menjatuhkan dirinya di atas keramik yang melapisi gundukan tanah tersebut. Ralin terisak cukup lama sedangkan Kenra hanya menatap sang mommy. Bibi Dora membiarkan Ralin menangis sepuasnya."Ibu, aku datang membawa cucu kalian! Namanya Kenra." Ralin memperkenalkan putrinya."Ayah, kini impian ayah sudah terwujut, memiliki cucu yang lucu dan imut." Ralin juga menyebut ayahnya."Kakek, Nenek! Maafkan kami karena baru datang ke sini. Mommy harus bekerja dulu untuk mengumpulkan uang, karena tempat kakek dan nenek sangaaaat jauh. Kalau Kenra, sudah besar, Kenra akan cari duit yang banyak dan akan membawa mommy ke sini. Kakek dan nenek tahu tidak, mommy sering menangis
Kenzi menggendong Kenra lalu membawanya ke sofa, dia duduk dekat ibunya."Sayang, ini adalah Nenek Rebecca!" Kenzi memperkenalkan ibunya.Rebecca tersenyum menatap Kenra, sedangkan anak kecil itu balas menatap dengan ekspresi tidak mengerti."Kenra hanya punya satu nenek, dan itu adalah Nenek Rose." Kenra bicara jujur karena hanya Rose lah yang ia panggil nenek setiap hari."Sekarang Kenra memiliki nenek lain, karena mulai sekarang Kenra akan tinggal di sini." Rebecca ikut menyahut, pelan-pelan ia akan menjelaskannya pada Kenra. Mendengar hal itu membuat Kenra semakin tidak mengerti, ia minta di turunkan lalu berlari pada mommynya."Mommy, apa kita akan tinggal di sini?" Ia menanyakan langsung pada Ralin.Ralin menatap suami dan ibu mertuanya bergantian, lalu menatap Kenra dalam, "Apa Kenra suka tinggal di sini?" Ralin tidak mungkin mengatakan tidak, lebih baik menanyakannya pada Kenra. Gadis kecil itu menatap ke sekeliling, rumah yang sangat luas, belum pernah ia melihat rumah sebe
Tidak butuh waktu lama, pakaian untuk Kenra sudah tiba di rumah. Rebecca memilihkan dress nerwarna pink untuk di kenakannya, tak lupa ada juga berbagai boneka.Tempat tidur sudah di pasang, juga lemari dengan warna yang sama."Ini semua punya Kenra?" Ia bertanya sangat antusias. Kamar besar dengan pernak-pernik berwarna pink, sangat cantik dimatanya.Rebecca mengangguk, "Kenra menyukainya?" Ia ingin mendengar jawaban langsung dari cucunya."Suka. Terima kasih, Nenek!" Sebahagia apapun dia, Kenra tidak melupakan ucapan itu.Rebecca mencium pipi Kenra yang sudah selesai ia rapikan rambutnya. Kenra mengambil satu boneka winnie the pooh yang kecil lantas membawanya keluar dari kamar."Kenra sayang, sudah selesai mandi?" Kenzi datang menyapa."Ya Paman, Kenra sudah wangi. Nenek membelikan baju dan boneka untuk Kenra." Ia mengadukan hal itu pada Kenzi."Kenra menyukainya?"Hmm, ia mengangguk."Sepertinya Kau mau pergi?" Nyonya Rebecca bertanya, dari penampilan putra sulungnya jelas sekali t
Malam itu, Kenra merasa asing dengan kamar barunya, ia meminta tidur di kamar mommynya saja.Robert dan Rebecca membujuk cucunya agar terbiasa tidur di kamar yang lucu penuh dengan gambar prince dan berbagai boneka lainnya, tetapi justru menatap dinding dan plafon yang penuh lampu membuatnya merasa seram. Ia merengek minta tidur bersama Ralin."Kenra belum pernah berpisah dariku, Bu. Biarkan malam ini dia tidur denganku, mulai besok aku akan memberinya pengertian," kata Ralin sambil mendekap tubuhn Kenra yang berada di gendongannya.Rebecca tersenyum dan mengusap lembut kepala cucunya, "Ibu mengerti, ini hari pertama dia belum terbiasa."Ralin membawa Kenra ke lantai atas, sampai di sana tubuh Kenra di baringkan, di ikuti oleh dirinya tangannya mulai menepuk-nepuk pelan tubuh mungil itu, kebiasan Kenra sebelum tidur.Gadis itu terlelap, tetapi Ralin masih terjaga, ia kembali duduk lalu berjalan menuju balkon untuk menatap rembulan ataupun bintang yang bertaburan.Ada yang berbeda den
Kenra begitu senang saat semua belanjaan mereka di buka. Mulai dari baju sepatu, berbagai aksesoris untuk rambut.Belum selesai dengan itu semua, seorang pelayan pun datang membawakan sepedanya. Kenra, langsung berdiri dan menghampiri sepeda itu.Rebecca tidak kalah bahagia menyaksikan itu semua, sedangkan Ralin memutuskan untuk bangkit dan menyusun barang-barang milik putrinya.Sejenak ia tertegun. Kini Kenra merasakan hidup mewah seperti dirinya dahulu, tetapi Ralin berjanji dalam hatinya akan tetap mengajarkan arti kesederhanaan pada Kenra.Sesuai janji Kenzi menjemput tunangannya, mereka akan memilih gaun pernikahan di tempat desainer ternama.Setelah kepergiannya seseorang memasuki perusahaan, dia memakai seragam seperti karyawan pada umumnya dengan masker menutupi bagian bawah wajahnya.Tidak ada yang curiga, mereka berpikir dia karyawan. Pria itu masuk ke dalam dan naik ke lantai atas. Dia sengaja memakai lift karyawan untuk menghindari kecurigaan.Setelah sampai di tempat yang