Share

Perjalanan Balas Dendam Termanis
Perjalanan Balas Dendam Termanis
Penulis: Clavita SA

Bab 1 Harapan Yang Tumbuh

Suasana gelap pada ruangan rumah sakit tampak menyedihkan ketika Zsalsya hanya terbaring sendiri tanpa ada seorang pun yang peduli.

"Teganya kalian di depanku!" Ingin berbicara lantang, tetapi suara yang keluar hanya terdengar seperti bisikan.

Hatinya tampak membenci kelakuan Arzov dan Nana yang seolah sudah kehilangan urat malu. "Aku harus bisa bangun, tidak boleh terus lemah begini!" Berkali-kali Zsalsya mencoba bangkit, tetapi rasanya sulit.

Suara gaduh dari sofa menjadikan dirinya saksi akan kisah perselingkuhan antara suami dan Adik tirinya.

"Ahh ... sayang ... pelan-pelan," desah Nana dengan nada manja.

Mereka terus saling melumat bibir di depan Zsalsya tanpa ada rasa malu. Malah seakan dengan bangga menunjukkan hubungan perselingkuhan mereka secara terang-terangan.

Amarah dan kecewa menyatu padu membentuk rasa sesal, kecewa sekaligus dendam yang membuatnya mengutuk Adik tiri dan suaminya.

"Kenapa kalian rela berbuat hal seperti ini?" Ingin Zsalsya mengatakan kalimat ini dengan lantang, tetapi yang keluar hanya suara bisikan kecil.

Deru nafas keduanya saling bersahutan dan terdengar jelas di telinga Zsalsya. Dan gairah Arzov pun kian membuncah saat dengan nakal tangannya masuk memainkan isi dalam baju Nana. Namun....

Wanita dengan dress mini berwarna hitam dengan cepat melepas kecupan itu. "Tapi kapan kamu menikahiku? Aku gak mau terus seperti ini. Cepat nikahi aku! Lagian, dia juga sudah mau mati, tidak perlu lagi memikirkan dia!" desaknya.

"Sabar sebentar, sayang. Tunggu dia mati dulu, setelah itu kita ambil semua hartanya, baru kita bisa menikah. Kamu mau pernikahan yang mewah, 'kan?"

Dengan segala mulut manisnya, Arzov terus mencoba merayu Nana yang seolah sudah tidak sabar ingin berganti status. Wajah Nana tampak kesal dengan janji manis yang kian hari ia terima, tetapi tak kunjung diberi kepastian.

"Aku tidak menyangka kamu punya niatan sejahat itu, Mas! Tega kamu, Mas!"

Kriieett! Pintu terbuka.

Suara langkah kaki begitu ringan terdengar memasuki ruangan. "Sedang apa kalian di sini?"

Melihat lipstick pada bibir Anaknya yang berantakan dan ada noda merah pada kemeja Arzov serta dua kancing atasnya terbuka, membuatnya Ibu tiri Zsalsya langsung menyadari sesuatu.

"Apa jangan-jangan kalian habis .... Astaga! Kenapa tidak di tempat yang tertutup saja! Ini rumah sakit! Bagaimana kalau ada yang perawat yang masuk ke sini?" Wanita itu membelalak seraya menutup mulutnya syok membayangkan kelakuan Anaknya sendiri.

"Lagian, Mama juga kemari mau ngapain?" balasnya.

Wanita licik itu tersenyum jahat sembari menunjukkan sebuah suntikkan dengan jarum yang agak besar dan runcing.

Zsalsya yang melihatnya ingin berontak. Tetapi, yang mampu ia gerakkan hanya jarinya saja. Matanya membelalak ketakutan, tetapi ia terbaring lemah.

"Kalian jahat! Hanya demi harta itu, kalian bahkan tega melakukan berbagai cara!" Bibirnya bergerak komat-kamit, tetapi sekali lagi suaranya hanya seperti bisikan.

Nana dan Arzov yang sudah paham dengan ide Mariana pun menyungging licik dengan hasrat jahat seolah-olah akan terpuaskan.

"Lebih cepat lebih baik," ungkapnya seraya terus melangkah ke arah Zsalsya dengan langkah santai.

Lantas, Mariana mendekatkan wajahnya di telinga. Matanya menatap iri wajah Zsalsya, sedangkan Zsalsya membalasnya dengan lirikan jijik sekaligus takut.

"Kamu mau apa? Kenapa ...?"

"Tenanglah sedikit, aku hanya akan menolongmu, menghilangkan sakitmu supaya tidak perlu berada di sini lagi," bisiknya dengan sunggingan jahat.

Mariana menyentil jarum suntiknya di depan wajah Zsalsya.

"Tidak! Jangan lakukan itu!" Zsalsya menggelengkan kepalanya cepat dengan mata membelalak ketakutan.

"Ketahuilah, aku iri padamu. Kau diberi banyak harta oleh Ayahmu, sedangkan aku ... Ayahmu tak sedikitpun meninggalkan apapun untukku ...!"

"Bohong! Kenapa berkata begitu setelah menjual semua emas peninggalan Mama! Kau menjualnya untuk foya-foya, tapi masih berani berkata begitu!"

"Tidak adil, bukan? .... Maka dari itu, tidak ada pilihan lain lagi selain membunuhnya secara perlahan. Itu aku lakukan demi sebuah keadilan. Sekarang, Ayahmu sudah tiada. Aku merasa puas karena pria tua bangka itu bisa aku singkirkan. Kini giliranmu .... Aku tidak akan membuang-buang waktu lagi, karena aku ingin menjemput kebahagiaanku."

Zsalsya menggeleng ketakutan ketika jarum suntik itu semakin mendekat ke arah lehernya. "Tidak! Jangan! Aku tidak mau ...."

Slepp! Jarum suntik itu ditancapkan perlahan ke leher Zsalsya. Suntikan yang ditekan oleh Mariana membuat cairan itu masuk perlahan menyerap di antara urat-urat pada lehernya.

"Hiduplah dengan baik di kehidupan barumu dan biarkan harta itu menjadi milikku dan Nana."

"Aaahh!" Mata membelalak menahan sesak dan sakit yang begitu hebat pada tubuhnya. Mulutnya mulai berbusa dengan tubuh kejang-kejang.

Zsalsya memperhatikan Arzov dan Nana yang tak sedikitpun mempedulikannya. Suara tawa Mariana terdengar begitu puas melihat kondisinya.

Segala ucapan yang sempat terlontar keluar dari mulut Mariana sebelumnya terus terngiang di kepala, membentuk dendam yang mendalam.

Sampai nafas sudah di tenggorokan dan semuanya menjadi gelap. Kemudian ia melihat segala tayangan perlakuan buruk Arzov, Nana dan Mariana selama ini.

Hingga, cahaya datang dengan suara sayup yang seolah mengajak dirinya ....

"Zsalsya sayang, kemarilah!"

Zsalsya memejamkan mata dan membukanya kembali. Namun, sosok itu semakin terlihat jelas di depan mata.

"Ini bukan mimpi!"

Menyadari bahwa ini nyata, Zsalsya bangkit dari tidurnya.

"Banguun, Nak! Papa tunggu kamu di meja makan, ya!" Firman bangkit dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya kembali.

Segera saja ia beranjak dari tempat tidur dan berdiri di depan kaca besar yang ada di kamar itu. Ia terus memandangi wajah, tubuhnya berputar dan merasakan kakinya memijak kembali.

Kemudian, sebuah sinar putih di pergelangan tangannya memancar dan menyilaukan mata. Di sana, ia dapat melihat tanggal, bulan dan tahun yang sama sebelum dirinya menikah.

"2018?"

Zsalsya tertegun sejenak usai melihatnya, lalu mengerjap kembali. "Aku berjanji akan mengubah hidupku mulai dari sekarang! Tidak akan aku biarkan hidupku menderita lagi!" Ia menyadari keajaiban hidup atas do'a yang sempat ia ucapkan sebelum dirinya meninggal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status