Share

Perjalanan Balas Dendam Termanis
Perjalanan Balas Dendam Termanis
Author: Clavita SA

Bab 1 Harapan Yang Tumbuh

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2024-01-26 14:54:02

Suasana gelap pada ruangan rumah sakit tampak menyedihkan ketika Zsalsya hanya terbaring sendiri tanpa ada seorang pun yang peduli.

"Teganya kalian di depanku!" Ingin berbicara lantang, tetapi suara yang keluar hanya terdengar seperti bisikan.

Hatinya tampak membenci kelakuan Arzov dan Nana yang seolah sudah kehilangan urat malu. "Aku harus bisa bangun, tidak boleh terus lemah begini!" Berkali-kali Zsalsya mencoba bangkit, tetapi rasanya sulit.

Suara gaduh dari sofa menjadikan dirinya saksi akan kisah perselingkuhan antara suami dan Adik tirinya.

"Ahh ... sayang ... pelan-pelan," desah Nana dengan nada manja.

Mereka terus saling melumat bibir di depan Zsalsya tanpa ada rasa malu. Malah seakan dengan bangga menunjukkan hubungan perselingkuhan mereka secara terang-terangan.

Amarah dan kecewa menyatu padu membentuk rasa sesal, kecewa sekaligus dendam yang membuatnya mengutuk Adik tiri dan suaminya.

"Kenapa kalian rela berbuat hal seperti ini?" Ingin Zsalsya mengatakan kalimat ini dengan lantang, tetapi yang keluar hanya suara bisikan kecil.

Deru nafas keduanya saling bersahutan dan terdengar jelas di telinga Zsalsya. Dan gairah Arzov pun kian membuncah saat dengan nakal tangannya masuk memainkan isi dalam baju Nana. Namun....

Wanita dengan dress mini berwarna hitam dengan cepat melepas kecupan itu. "Tapi kapan kamu menikahiku? Aku gak mau terus seperti ini. Cepat nikahi aku! Lagian, dia juga sudah mau mati, tidak perlu lagi memikirkan dia!" desaknya.

"Sabar sebentar, sayang. Tunggu dia mati dulu, setelah itu kita ambil semua hartanya, baru kita bisa menikah. Kamu mau pernikahan yang mewah, 'kan?"

Dengan segala mulut manisnya, Arzov terus mencoba merayu Nana yang seolah sudah tidak sabar ingin berganti status. Wajah Nana tampak kesal dengan janji manis yang kian hari ia terima, tetapi tak kunjung diberi kepastian.

"Aku tidak menyangka kamu punya niatan sejahat itu, Mas! Tega kamu, Mas!"

Kriieett! Pintu terbuka.

Suara langkah kaki begitu ringan terdengar memasuki ruangan. "Sedang apa kalian di sini?"

Melihat lipstick pada bibir Anaknya yang berantakan dan ada noda merah pada kemeja Arzov serta dua kancing atasnya terbuka, membuatnya Ibu tiri Zsalsya langsung menyadari sesuatu.

"Apa jangan-jangan kalian habis .... Astaga! Kenapa tidak di tempat yang tertutup saja! Ini rumah sakit! Bagaimana kalau ada yang perawat yang masuk ke sini?" Wanita itu membelalak seraya menutup mulutnya syok membayangkan kelakuan Anaknya sendiri.

"Lagian, Mama juga kemari mau ngapain?" balasnya.

Wanita licik itu tersenyum jahat sembari menunjukkan sebuah suntikkan dengan jarum yang agak besar dan runcing.

Zsalsya yang melihatnya ingin berontak. Tetapi, yang mampu ia gerakkan hanya jarinya saja. Matanya membelalak ketakutan, tetapi ia terbaring lemah.

"Kalian jahat! Hanya demi harta itu, kalian bahkan tega melakukan berbagai cara!" Bibirnya bergerak komat-kamit, tetapi sekali lagi suaranya hanya seperti bisikan.

Nana dan Arzov yang sudah paham dengan ide Mariana pun menyungging licik dengan hasrat jahat seolah-olah akan terpuaskan.

"Lebih cepat lebih baik," ungkapnya seraya terus melangkah ke arah Zsalsya dengan langkah santai.

Lantas, Mariana mendekatkan wajahnya di telinga. Matanya menatap iri wajah Zsalsya, sedangkan Zsalsya membalasnya dengan lirikan jijik sekaligus takut.

"Kamu mau apa? Kenapa ...?"

"Tenanglah sedikit, aku hanya akan menolongmu, menghilangkan sakitmu supaya tidak perlu berada di sini lagi," bisiknya dengan sunggingan jahat.

Mariana menyentil jarum suntiknya di depan wajah Zsalsya.

"Tidak! Jangan lakukan itu!" Zsalsya menggelengkan kepalanya cepat dengan mata membelalak ketakutan.

"Ketahuilah, aku iri padamu. Kau diberi banyak harta oleh Ayahmu, sedangkan aku ... Ayahmu tak sedikitpun meninggalkan apapun untukku ...!"

"Bohong! Kenapa berkata begitu setelah menjual semua emas peninggalan Mama! Kau menjualnya untuk foya-foya, tapi masih berani berkata begitu!"

"Tidak adil, bukan? .... Maka dari itu, tidak ada pilihan lain lagi selain membunuhnya secara perlahan. Itu aku lakukan demi sebuah keadilan. Sekarang, Ayahmu sudah tiada. Aku merasa puas karena pria tua bangka itu bisa aku singkirkan. Kini giliranmu .... Aku tidak akan membuang-buang waktu lagi, karena aku ingin menjemput kebahagiaanku."

Zsalsya menggeleng ketakutan ketika jarum suntik itu semakin mendekat ke arah lehernya. "Tidak! Jangan! Aku tidak mau ...."

Slepp! Jarum suntik itu ditancapkan perlahan ke leher Zsalsya. Suntikan yang ditekan oleh Mariana membuat cairan itu masuk perlahan menyerap di antara urat-urat pada lehernya.

"Hiduplah dengan baik di kehidupan barumu dan biarkan harta itu menjadi milikku dan Nana."

"Aaahh!" Mata membelalak menahan sesak dan sakit yang begitu hebat pada tubuhnya. Mulutnya mulai berbusa dengan tubuh kejang-kejang.

Zsalsya memperhatikan Arzov dan Nana yang tak sedikitpun mempedulikannya. Suara tawa Mariana terdengar begitu puas melihat kondisinya.

Segala ucapan yang sempat terlontar keluar dari mulut Mariana sebelumnya terus terngiang di kepala, membentuk dendam yang mendalam.

Sampai nafas sudah di tenggorokan dan semuanya menjadi gelap. Kemudian ia melihat segala tayangan perlakuan buruk Arzov, Nana dan Mariana selama ini.

Hingga, cahaya datang dengan suara sayup yang seolah mengajak dirinya ....

"Zsalsya sayang, kemarilah!"

Zsalsya memejamkan mata dan membukanya kembali. Namun, sosok itu semakin terlihat jelas di depan mata.

"Ini bukan mimpi!"

Menyadari bahwa ini nyata, Zsalsya bangkit dari tidurnya.

"Banguun, Nak! Papa tunggu kamu di meja makan, ya!" Firman bangkit dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya kembali.

Segera saja ia beranjak dari tempat tidur dan berdiri di depan kaca besar yang ada di kamar itu. Ia terus memandangi wajah, tubuhnya berputar dan merasakan kakinya memijak kembali.

Kemudian, sebuah sinar putih di pergelangan tangannya memancar dan menyilaukan mata. Di sana, ia dapat melihat tanggal, bulan dan tahun yang sama sebelum dirinya menikah.

"2018?"

Zsalsya tertegun sejenak usai melihatnya, lalu mengerjap kembali. "Aku berjanji akan mengubah hidupku mulai dari sekarang! Tidak akan aku biarkan hidupku menderita lagi!" Ia menyadari keajaiban hidup atas do'a yang sempat ia ucapkan sebelum dirinya meninggal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 309 END

    Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 308 Karma Atas Kejahatan

    "Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 307 Penguntit

    Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 306 Titik Kekalahan Para Penjahat

    Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 305 Pembebasan

    DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 304 Taktik Penyelamatan

    "Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status