Share

Satu Ranjang

Alena sampai di apartemen sekitar jam 10.00 malam. Ia langsung masuk ke  kamar. Alena  bergegas mandi karena ia sudah sangat lelah dan ingin segera cepat-cepat tidur sehabis membersihkan badan.

Tak butuh waktu lama, Alena sudah selesai mandi. Ia keluar kamar mandi dengan menggunakan baju tidur, lalu ia ke meja rias untuk membersihkan mukanya dan memakai krim malam.

Saat ia akan tidur, tiba-tiba bunyi bel apartemen membuatnya terganggu. Alena sangat kesal! Sudah jam berapa ini, kok, masih ada tamu saja. Apa tidak tahu kalau ini waktunya untuk tidur? Alena terpaksa membuka pintu dan ternyata yang datang, lagi-lagi bos tengilnya itu.

Devin langsung masuk ke  apartemen milik Alena tanpa menunggu pemiliknya menyuruh.  Itu sangat menyebalkan! Ingin sekali Alena menendang bokong Devin dan membuatnya melayang sampai planet alien sana, tetapi itu tak akan pernah terjadi.

Devin langsung duduk di sofa begitu saja. Mukanya ditekuk.

“Kenapa muka di tekuk? Dan, sekarang ini, bukan waktunya untuk bertamu. Ini sungguh mengganggu orang yang lagi mau istirahat,” omel Alena, tetapi Devin tak mendengarkan omongan Alena sama sekali.

“Devin Abraham! Diajak ngomong, kok, diam saja? Lagi sakit gigi, ya, lo?” tanya Alena kembali dengan nada tinggi. Untung saja di apartemennya ini kedap suara, jadi tidak akan ada orang yang mendengar.

“Bisa, nggak, sih, kalau ngomong itu nggak teriak-teriak? Budek ini kupingku,” protes Devin.

“Ya, sorry. Untuk malam ini, aku akan menginap di apartemen kamu,” ucap Devin lagi.

“Kalau diajak ngomong, tuh, jangan ngelamun. Lagian, kan, ini apartemen gue, jadi terserah gue, dong! Mau gue teriak-teriak atau nggak, urusan gue. Satu lagi, gue nggak mau loe tidur di apartemen gue. Lagian, kan, lo punya rumah sendiri,” ucap Alena panjang lebar.

“Ayolah! Untuk malam ini saja. Gue lagi males berada di rumah. Mama gue nyuruh gue untuk bertemu dengan cewek, anak temenya mama gue dan gue nggak mau. Makanya gue kabur ke sini,” ucap Devin.

“Itu terserah lo. Pokoknya, gue nggak mau,” ucap Alena dengan sangat keras.

“Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, deh! Lagian kita juga pernah seranjang, bahkan lebih dari itu,” ucap Devin dengan senyum jailnya.

“Bisa, nggak, sih, lo nggak bahas itu lagi? Oke, malam ini, lo ... gue izinin tidur di sofa,” ucap Alena lalu meninggalkan Devin sendirian di ruang tamu.

“Dasar ... cewek galak amat, tapi walaupun galak, gue jadi tambah penasaran. Pasti, suatu hari nanti lo bakal jadi milik gue  karena gue yakin sebentar lagi lo bakal hamil anak gue,” celoteh Devin.

Devin melirik ke arah langkah Alena. Karena Devin tidak mau tidur di sofa, ia pun menyusul Alena ke kamarnya dan beruntungnya kamar Alena lupa  dikunci, jadi Devin bisa masuk.

**

Pagi harinya, Alena sangat terusik tidurnya karena merasa pinggangnya terasa berat seperti ada yang menindihnya. Alena terbangun. Ia melihat, ternyata itu adalah tangan Devin yang ada di pinggangnya. Bagaimana ia bisa masuk ke kamarnya? Pikir Alena.

“Aaaaa, Devin! Kenapa lo bisa tidur di kamar gue?” teriak Alena dan itu membuat Devin terbangun dari tidurnya.

“Ada apa, sih? Pagi-pagi sudah teriak-teriak saja,” ujar Devin yang masih sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Kenapa lo bisa masuk ke kamar gue?” tanya Alena.

“Pintu kamar nggak kamu kunci, jadi aku bisa masuk ke  sini. Kenapa, sih? Lagian, kita juga pernah tidur bareng dan aku juga sudah lihat semuanya,” ucap Devin.

“Dasar, mesum,” ucap Alena sambil melemparkan bantal ke arah Devin. Alena langsung pergi ke luar kamar menuju ke dapur untuk mencari minum.

Alena langsung masak untuk sarapan paginya. Hari ini, ia akan memasak mie goreng instan saja. Padahal Alena tahu kalau itu makanan sangat tidak sehat, tetapi ia tidak peduli. Yang penting, perutnya sudah terisi dan kenyang.

Saat Alena sedang asyik memasak, tiba-tiba Devin ke dapur. “Masak apaan, Ale? Gue juga mau di masakin, dong. Perut gue laper banget, tadi malam gue nggak makan,” ucap Devin.

“Dasar! Sudah numpang, malah gue juga disuruh pula masakin,” ucap Alena menyindir.

“Biarin,” ucap Devin.

Alena pun terpaksa memasak untuk Devin juga. Mereka berdua sarapan mie instan. Awalnya, Devin merajuk karena ia sudah sangat lapar. Ya, sudah, ia makan saja. Yang penting perutnya segera kenyang. Padahal Devin lagi diet agar badannya tak gemuk. Ia harus menjaga badanya agar tetap perfectionist.

**

Alena dan Devin juga berangkat bareng ke kantor bersama karena paksaan dari Devin. Sampai di kantor, Alena langsung menuju ruangannya, seperti biasa. Alena juga menelepon ke bagian OB agar membuatkan minuman dan diantarkan ke ruangannya.

Devin yang hari ini ada meeting, langsung menuju ruang meeting dengan ditemani Evan. Jadwal Devin hari ini sangat padat. Setelah meeting, Devin juga harus bertemu dengan klien yang datang dari Singapura.

 Jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Saat Alena akan keluar ruangan, pintu  sudah terbuka terlebih dahulu. Siapa lagi kalau bukan Devin, orang yang sangat menyebalkan.

 Devin langsung masuk ke ruangan Alena dan mengajak Alena duduk di sofa. Devin membawa dua paper bag yang berisi makanan. Ia mengeluarkan satu untuknya dan yang satunya lagi, ia kasihkan ke Alena agar Alena makan. Alena menerimanya dan memakan pemberian Devin. Ya, mereka berdua makan siang bersama di ruangan Alena.

 Saat sudah selesai makan siang, Devin berpamitan ke Alena bahwa ia masih banyak pekerjaan. Ia juga berpesan bahwa nanti pulang kerja, Devin akan mengantarkan Alena. Alena hanya mengiakan. Ia tidak mau berdebat dengan Devin lagi, ia sudah capek dari semalam berdebat terus dengan DDevin Alena melanjutkan pekerjaannya kembali.

 Tokk! Tokk! Tokk!

 “Masuk!” suruh Alena.

 Aneta masuk ke  ruangan Alena sambil membawa berkas banyak. “Ale, ini kerjaan buat kamu," ucap Aneta.

 “Banyak banget, Neta,” ucap Alena.

 “Iya, heheheh. Oh, iya, tadi gue lihat Bos dari ruangan lo, ngapain dia?” tanya Aneta yang sudah mulai kepo.

 “Makan siang bareng gue,” ucap Alena singkat.

 “What? Seriusan, Ale?” tanya Aneta tak percaya.

 “Iya, seriusan, Aneta. Masa gue bohong,” ucap Alena sambil fokus ke laptopnya.

“Bos naksir sama kamu, ya, Ale?” tanya Aneta yang masih saja penasaran.

“Udah, ah, Neta! Aku lagi banyak kerjaan, kapan-kapan aku ceritain,” ucap Alena. Aneta pun langsung pamit  dan keluar ruangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status