Share

Bab 5

Penulis: Arif
Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.

Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”

Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.

Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!

Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”

Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”

Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”

Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.

Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.

Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk makan ikan!

Wira berpikir sejenak, lalu berkata, “Kalau gitu, kamu harus dapatkan dua telur ayam dulu!”

Di pedesaan, ada banyak orang yang beternak ayam. Namun, mereka biasanya akan menyimpan telur untuk dijual. Mendapatkan dua biji telur bukanlah hal yang mudah.

“Oke!”

Sony langsung berbalik untuk pergi.

Setelah Sony pergi, Hasan langsung mengingatkan Wira, “Wira, telur itu cuman alasan untuk mempersulit Sony, ‘kan? Tapi orang itu benar-benar nggak tahu malu, dia mungkin bisa mendapatkan telurnya. Kalau dia juga bergabung sama kita, aku takut dia bakal bocorin teknik rahasia menangkap ikan.”

Namun, Wira malah menjawab dengan tenang, “Paman Hasan, aku butuh telur untuk tangkap ikan. Kalau dia benar-benar bisa mendapatkannya, biarkan saja dia bergabung sama kita. Toh kalau banyak orang, kerjaannya juga bisa cepat selesai!”

Menangkap ikan hanyalah masa transisi, Wira tidak berharap untuk melakukan ini selamanya.

Setelah selesai berbicara, keempat orang itu pun berangkat kerja.

Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan perempuan dari rumah Surya, “Sony! Dasar gelandangan yang cuman tahu santai-santai! Aku sudah urus makan dan minummu tiap hari, tapi kamu malah berani curi telurku! Kalau kamu hebat, jangan pulang ke rumah ini lagi! Kalau nggak, aku bakal patahkan kakimu!”

“Hehe, telurnya sudah dapat! Kalau bisa bergabung sama grup penangkap ikan Wira, nanti malam aku sudah bisa makan ikan!”

Sony berlari ke luar Dusun Darmadi untuk mencari Wira sambil membawa telur yang dia curi.

Dengan mendapatkan dua biji telur itu, Sony pun secara resmi bergabung dengan grup penangkap ikan Wira.

Pekerjaan mereka hari ini dimulai dari menggali rumput. Hasan, Danu, Doddy dan Sony bertugas untuk menggali rumput. Sementara Wira bertugas untuk mencuci rumput, lalu menghaluskannya di lesung batu.

Berhubung kerja Wira sangat lambat, tugas itu pun diambil alih oleh Danu dan Doddy.

Saat mereka bekerja sampai setengah, ada banyak penduduk dusun yang mengerumuni mereka karena penasaran. Namun, mereka hanya menonton sebentar dan langsung pergi setelah bosan.

Makan siang mereka adalah serabi sisa sarapan tadi. Hal ini membuat Sony yang ingin makan ikan menjadi sedikit kecewa.

Setelah sibuk sampai sore, mereka berlima pun menjinjing sepuluh ember yang berisi serpihan rumput ke pinggir Sungai Jinggu.

Setelah mendapat wilayah perairan yang dalam dan mempunyai banyak ikan, Wira pun memecahkan telur ke dalam tepung kedelai. Setelah itu, dia mengaduk adonan hingga rata dan menuangkannya ke dalam sungai.

Hasan dan yang lainnya sangat menyayangkan bahan yang digunakan Wira. Mereka biasanya bahkan tidak rela memakan mi telur, sekarang adonan itu malah dibuang begitu saja ke dalam sungai. Wira memang benar-benar boros!

Namun, dengan adanya telur sebagai umpan, ikan yang berenang ke arah umpan pun menjadi makin banyak!

Danu dan Doddy mendengar perintah Wira untuk menuangkan seluruh serpihan rumput ke dalam sungai.

Tidak lama kemudian, seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, seekor demi seekor ikan pun mengapung.

Keempat orang selain Wira langsung bersemangat dan kegirangan.

Ternyata teknik rahasia Wira menangkap ikan begitu mudah dan berguna.

“Cepat tangkap ikannya! Kalau biusnya sudah habis, mereka bisa berenang lagi!” ujar Wira dengan buru-buru.

Rumput yang digunakan Wira adalah rumput pembius ikan. Rumput ini mengandung racun yang bisa membius ikan apabila digunakan dalam jumlah banyak. Di Kerajaan Nuala, masih belum ada yang menyadari kegunaan rumput ini.

Penduduk desa yang mendapatkan rumput pembius ikan biasanya juga akan membuang rumput itu ke dalam air. Namun, rumput yang belum dihancurkan tidak bisa melepaskan racun dengan sempurna. Jika tingkat racunnya tidak cukup banyak, ikannya tidak akan terbius.

Setelah mendengar ucapan Wira, semua orang pun buru-buru menangkap ikan.

Hasil yang mereka peroleh sangat banyak. Ikan besar memenuhi sepuluh ember kayu, sedangkan ikan kecil diikat ke empat batang kayu panjang dengan tumbuhan merambat.

Wira pun mulai membagi hasil. “Paman Hasan, Danu, Doddy, Sony, aku bakal jual ikan besar untuk bayar utang. Ikan kecilnya untuk kalian. Gimana?”

Sony buru-buru mengangguk.

Jumlah ikan kecil yang mereka dapatkan hari ini setidaknya ada di atas 50 kilogram. Jika dibagi, satu orang bisa mendapatkan sekitar 10-15 kilogram. Penghasilan ini sangat besar.

Namun, Hasan malah menggeleng dan berkata, “Jangan, meski ikan kecil nggak bernilai, kamu juga bisa menghasilkan paling nggak 200-300 gabak dari ikan sebanyak ini. Utangmu itu 40 ribu gabak! Meski semua ikan besarnya terjual habis, belum tentu juga kamu bisa kumpul cukup uang!”

Doddy juga melambaikan tangannya dan berkata dengan bangga, “Kak Wira, jual saja ikan kecilnya. Dua ikan besar yang kamu kasih kemarin juga jual saja. Dengan cara menangkap ikan ini, kelak kita nggak perlu takut nggak dapat makan ikan lagi!”

Danu juga mengangguk setuju, lalu menatap Sony.

Sony mencibir, “Oke, tapi aku harus bawa dua ekor ikan pulang ke rumah. Tadi pagi aku sudah curi telur kakak iparku, kalau aku nggak bawa apa-apa pulang, dia bahkan nggak bakal kasih aku tidur di kandang sapi.”

Setelah mendengar ucapan Sony, Doddy tertawa terbahak-bahak. Hasan dan Danu juga menahan tawa mereka.

Sekarang, Sony tinggal di rumah Surya. Biasanya saat meminta makan, dia akan selalu direpeti kakak iparnya dulu. Malamnya, dia juga hanya bisa tidur di kandang sapi. Jadi gelandangan memang terlihat bebas, tetapi sebenarnya sangat menderita.

“Nggak masalah. Ikan yang tersisa juga sekalian dijual saja besok. Nanti aku pasti bagi-bagi penghasilannya!”

Wira tersenyum dan mengubah topiknya, “Tapi besok, aku harus nyusahin kalian buat jual ikannya bareng lagi!”

Dusun Darmadi berjarak sekitar 20 kilometer dari ibu kota provinsi, jalannya juga sangat tidak rata. Wira tidak mungkin sanggup membawa ikan yang beratnya puluhan kilogram ke kota sendirian.

Setelah mendengar ucapan Wira, Hasan mengerutkan keningnya dan berkata, “Kita itu toh kerabat, ngapain begitu sungkan. Nanti malam, aku pergi pinjam gerobak. Sebelum fajar, kita sudah harus berangkat biar bisa jual ikannya dengan harga yang bagus!”

Kemudian, Wira berkata lagi, “Untuk sementara, jangan kasih tahu orang lain dulu soal cara tangkap ikan ini. Aku sudah punya rencana.”

Hasan mengangguk. “Aku ngerti. Rumput dan ikan di sungai juga terbatas. Makin banyak yang tahu, ikan yang bisa kita tangkap juga bakal makin dikit dan sulit!”

Sony juga mengingatkan, “Paman Hasan, aku nggak bakal kasih tahu kakakku, tapi kamu juga jangan kasih tahu Bibi Hani. Kalau nggak, nanti kakakku kasih tahu kakak iparku, terus Bibi Hani juga bisa kasih tahu keluarganya. Dengan begitu, teknik rahasia ini pasti bakal cepat tersebar! Biarpun kita bisa tetap tangkap ikan, harganya juga nggak bakal tinggi lagi. Cara tangkap ikan ini nggak boleh tersebar! Kalau kita bisa kerja begini 2-3 tahun, kita sudah bisa kaya!”

Setelah mendengar ucapan Sony, mata Danu dan Doddy langsung berbinar.

Kalau sudah kaya, mereka sudah bisa menggaji orang untuk kerja. Lagi pula, mereka juga tidak perlu takut kelaparan lagi.

Hasan mengangguk. “Kita berlima boleh kerja sama. Tapi ini teknik rahasia yang diajari Wira. Jadi, dia harus dapat keuntungan yang lebih banyak dari kita!”

Sony mengangguk setuju.

Wira memang tidak begitu banyak bekerja, tetapi ini adalah teknik rahasianya. Tanpa teknik rahasia ini, kekuatan mereka berempat juga tidak akan berguna.

Hasan berkata lagi, “Habis jual ikannya dan bayar utang, kamu lanjut belajar saja! Jangan khawatir, kami bakal tetap kasih kamu keuntungan besar dari hasil tangkap ikan. Tapi, dengan jadi pejabat baru bisa menghormati leluhur!”

Danu, Doddy, dan Sony memandang Wira dengan kagum.

Dari beberapa dusun di sekitar, Wira adalah satu-satunya pelajar yang berpeluang menjadi pejabat.

Meskipun teknik rahasia menangkap ikan ini sangat menguntungkan, bertani tetap merupakan mata pencaharian utama mereka.

Setelah mendengar perkataan mereka, Wira hanya tersenyum tanpa mengatakan apa pun.

Kelima orang itu pun membawa ikan yang mereka tangkap kembali ke dusun.

Baru berjalan tidak lama, Wira sudah berhenti karena rasa sakit tak tertahankan yang datang dari kedua bahunya.

Doddy pun langsung mengangkat ember yang diangkat Wira sebelumnya. Dia bisa mengangkat empat ember sendirian dan tetap berjalan dengan cepat.

Setelah kelima orang itu sampai ke Dusun Darmadi, semua warga dusun pun gempar melihat bawaan mereka dan mulai mengerumuni mereka.

“Banyak banget ikannya?”

“Pasti bisa hasilkan banyak uang, ‘kan?”

“Rumah, istri dan tanah Wira sudah terselamatkan!”

“Belum tentu! Utangnya 40 ribu gabak. Cuman jual ikan-ikan ini saja belum tentu cukup!”

“Gimana cara kalian tangkap ikan sebanyak ini?”

Semua warga dusun sangat iri. Ada yang membicarakan soal utang Wira, ada juga yang mencari tahu tentang teknik rahasia menangkap ikan.

Cara menangkap ikan tradisional adalah dengan menjala atau memancing.

Jika menangkap ikan menggunakan jala, jala yang dibuat dari tali rami gampang rusak setelah lama terendam air. Jadi, para nelayan biasanya masih harus menghabiskan banyak waktu untuk mengeringkan jala sebelum bisa menggunakannya lagi. Mereka sudah merasa beruntung apabila bisa mendapatkan beberapa ekor ikan dalam sehari.

Sementara jika menangkap ikan dengan cara memancing, tali pancingnya kurang kuat. Saat memancing ikan besar, talinya mudah putus. Jadi, cara memancing hanya bisa digunakan untuk menangkap ikan kecil.

Dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan warga, kelima orang itu hanya tersenyum tanpa menjawab.

“Wira, kalau sudah dapat begitu banyak ikan, bagi-bagi ke warga dong! Sungai Jinggu itu sungai kita semua. Kamu nggak boleh egois!”

Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjalan mendekat dengan pelan.

Pria tua ini mempunyai pipi tirus, mata sipit dan juga berjenggot. Dia memakai jubah panjang berwarna putih dan topi kain. Penampilannya terlihat berbeda dari warga dusun lainnya, lebih mirip dengan seorang pelajar.

Pria tua ini adalah Agus Darmadi, pemimpin Dusun Darmadi. Dia merupakan orang kaya yang mempunyai sekitar 20 hektar tanah.

“Benar! Ayo bagi seekor ikan buat tiap keluarga!”

Setelah mendengar ucapan pria tua itu, ada beberapa warga dusun yang juga setuju meski tidak banyak.

Wira memang menangkap banyak ikan, tetapi dia juga mempunyai utang 40 ribu gabak. Uang dari penjualan semua ikan ini juga belum tentu cukup untuk membayar utang.

Wira menatap Agus sambil mengerutkan keningnya.

Agus sudah belajar selama 40 tahun, tetapi dia bahkan tidak lulus ujian menjadi pelajar. Sementara pemilik tubuh sebelumnya sudah lulus ujian menjadi pelajar pada umur 15 tahun. Hal ini sudah membuat Agus merasa malu.

Oleh karena itu, Agus selalu menjelek-jelekkan pemilik tubuh sebelumnya. Apalagi dalam tiga tahun terakhir, Agus sudah sering mengarang cerita untuk memfitnah pemilik tubuh sebelumnya.

Setelah mengamati suasananya, Hasan berbisik pada Wira, “Pak Agus memang suka ambil keuntungan. Kasih saja dia dua ekor ikan kecil supaya dia pergi. Jangan sampai dia menghasut semua orang dan kalian jadi ribut. Nanti reputasimu bisa hancur!”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
elfan Dina
mantab novel nya ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3330

    Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3329

    "Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3328

    "Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3327

    Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3326

    Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3325

    "Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3324

    "Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3323

    "Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3322

    Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status