Share

Bab 4

Author: Arif
Di dunia ini, cara menangkap ikan sangat bervariatif, ada menjala, memancing dan menangkap ikan. Namun, masih belum ada yang menangkap ikan dengan obat bius.

Wira berkata sambil tersenyum, “Aku sudah ketemu teknik rahasia yang bisa tangkap banyak ikan. Cepat makan! Hati-hati tulangnya!”

“Teknik rahasia menangkap ikan?”

Wulan tidak begitu percaya. Dia menjadi waswas lagi setelah mendapat perhatian dari Wira.

Namun, Wulan tidak lanjut bertanya lagi. Kedua orang itu pun mulai menyantap makanan mereka.

Entah karena pemilik tubuh sebelumnya terlalu jarang makan ikan atau karena ini adalah ikan liar, Wira merasa ikan yang digoreng dengan garam ini sangat lezat. Dalam sekejap, dia pun sudah menyelesaikan santapannya.

Wira melirik Wulan yang makan dengan pelan. Ikannya masih tersisa setengah.

“Suamiku, aku sudah kenyang. Makan saja ikannya!”

Saat melihat Wira yang menatap dirinya, Wulan pun buru-buru meletakkan sendoknya dan mendorong piring berisi ikan itu ke depan Wira.

“Aku sudah kenyang kok. Aku lihatin kamu karena merasa kamu sangat cantik waktu makan. Cepat makan!”

Selesai berbicara, Wira pun bangkit dan keluar dari ruangan itu.

Asal ada makanan enak, Wulan selalu menyisakannya untuk pemilik tubuh sebelumnya.

Oleh karena itu, Wulan pun bertambah kurus dan kecantikannya juga memudar.

“Cantik .... Suamiku!”

Wulan langsung tersipu. Dia menatap punggung Wira dengan berlinang air mata.

Setelah menikah selama tiga tahun, suaminya selalu memukul dan memakinya. Ini adalah pertama kalinya dia dipuji.

Wira menatap ke langit malam sambil melamun.

Berhubung tidak ada polusi, bulan dan bintang di langit terlihat sangat jelas dan terang. Pemandangannya sangat indah.

Sebaliknya, kehidupan rakyat malah begitu menderita. Mereka sangat miskin sehingga harus melewati hari dengan penuh kegelisahan.

“Suamiku, ayo cuci kaki!”

Entah sudah berapa lama Wira duduk melamun. Dia tersadar kembali saat Wulan membawakan seember air hangat dan meletakkannya di depannya.

Baru saja Wira mau melepas sepatunya, Wulan sudah berjongkok dan melepaskan sepatunya dengan telaten. Kemudian, Wulan mengangkat kakinya dan memasukkannya ke dalam ember.

“Biar aku sendiri saja yang melakukannya!”

Pada zaman ini, sangat wajar bagi seorang istri untuk membantu suaminya membersihkan kaki. Namun, Wira tidak terbiasa.

Tangan Wulan langsung gemetar!

Wira bukan hanya sudah memasak, memberinya makan ikan dan memujinya. Sekarang, Wira juga mau membersihkan kakinya sendiri. Apa Wira berencana untuk melakukan sesuatu terhadapnya?

Selesai membersihkan tubuh, rasa kantuk pun melanda. Wira berkata, “Ayo kita tidur!”

Menyalakan minyak lampu saat malam sangat menghabiskan minyak. Jadi, orang tidak punya kegiatan lain selain tidur atau berhubungan intim.

Wulan berkata dengan suara rendah, “Suamiku, tidur saja dulu. Aku masih harus menjahit!”

“Jangan jahit lagi!” jawab Wira sambil menggeleng.

Keluarga Linardi sangat kaya, ayah dan saudara Wulan adalah pejabat. Wulan juga tidak pernah belajar menjahit sebelumnya.

Setelah menikah dengan pemilik tubuh sebelumnya, dia baru mulai belajar menjahit demi menghasilkan uang.

Namun, pekerjaan ini sangat melelahkan dan tidak menguntungkan.

“Emm!” jawab Wulan dengan sedikit ketakutan.

Setelah membereskan tempat tidur di kamar, Wulan menggelar tikar di lantai.

Wira pun mengerutkan keningnya. “Lantainya dingin, tidur saja di ranjang!”

Wulan dan pemiik tubuh sebelumnya selalu gagal berhubungan intim. Jadi, selama ini, pemilik tubuh sebelumnya selalu tidur di ranjang, sedangkan Wulan tidur di lantai.

Setelah mendengar ucapan Wira, Wulan pun ketakutan. Dia memindahkan tikarnya ke ranjang, lalu membuka pakaiannya dan masuk ke dalam selimut. Seluruh tubuhnya mulai gemetar.

Setiap kali Wulan diizinkan tidur di ranjang, itu artinya suaminya ingin menyetubuhinya. Namun, saat gagal, suaminya selalu memukulinya.

“Kelak, aku nggak bakal menindasmu lagi!”

Saat memikirkan perbuatan jahat pemilik tubuh sebelumnya, Wira pun merasa kasihan dan menghibur Wulan.

Begitu Wulan berbaring, wangi tubuhnya langsung menyerbak dan membuat Wira tanpa sadar terangsang. Namun, karena sudah bekerja seharian, dia sudah sangat mengantuk.

‘Mana pernah kamu tepati janjimu?’

Wulan tersenyum getir, lalu menutup matanya sambil berbaring di ranjang. Dia sudah pasrah akan takdirnya dan menunggu untuk dipukul.

Namun, Wulan malah mendengar dengkuran Wira yang teratur. Mata Wulan dibasahi air mata lagi. “Suamiku sepertinya sudah benar-benar berubah. Dia nggak menindasku lagi .... Ah!”

Sebelum menyelesaikan ucapannya, Wira pun berbalik dan memeluk Wulan.

Wulan menantikan pukulannya dengan ketakutan, tetapi tubuhnya malah perlahan-lahan terasa hangat.

...

Keesokan paginya, Wira mengambil sebatang cabang pohon siwak, lalu memalu ujungnya untuk membentuknya menjadi sikat kecil.

Ini adalah sikat gigi pada zaman Kerajaan Nuala!

Orang yang berkecukupan menggunakan garam untuk kumur-kumur, sedangkan orang kaya menggunakan bahan obat tradisional yang dibuat menjadi bubuk untuk membersihkan gigi.

Setelah menggosok giginya dengan cabang pohon siwak itu sebentar, Wira merasa mulutnya terasa sedikit pahit.

Tiba-tiba, Wulan menghampirinya dengan wajah tersipu. “Suamiku, sepertinya ada orang di luar!”

“Coba kulihat!”

Melihat gadis cantik yang tersipu ini, Wira pun tersenyum. Semalam, mereka sebenarnya tidur terpisah. Pagi tadi, entah bagaimana mereka sudah berpelukan. Setelah kumur-kumur, Wira pun membuka pintu dan tercengang. “Paman Hasan, kenapa kalian datang begitu pagi?”

Di depan pintu, berdiri Hasan dan kedua putranya.

Danu dan Doddy sangat mirip dengan Hasan. Mereka berperawakan tinggi dan kurus.

Perbedaannya adalah, Danu bersifat tenang dan dewasa, sedangkan Doddy bersifat impulsif.

Suara Hasan sangat lantang, “Kami biasanya memang bangun pagi! Hari ini, kami harus bantu kamu ngapain?”

Danu dan Doddy menatap Wira dengan penuh harapan.

Dulu, mereka sangat memandang rendah kakak sepupu mereka ini. Namun, kemarin Wira sudah memberikan mereka begitu banyak ikan.

Orang tua mereka tidak rela memakan dua ekor ikan yang besar, tetapi ikan-ikan kecil sudah dihabiskan mereka.

Saat melihat anak-anak mereka yang makan dengan lahap, Hasan dan Hani pun meneteskan air mata.

Danu dan Doddy bahkan juga langsung mengunyah dan menelan daging ikan beserta tulangnya.

Saat mendengar harus membantu Wira hari ini, mereka bertiga pun langsung datang setelah makan sedikit bubur.

“Nggak perlu buru-buru!”

Wira menguap, lalu berkata, “Wulan, ayo buat serabi!”

Bahan membuat serabi sebenarnya sudah tinggal sedikit. Wulan sebenarnya merasa sayang, tetapi dia tetap membuatnya.

Wira mempersilakan ketiga orang itu masuk ke dalam rumah, lalu berkata, “Danu, Doddy, coba tangkap lima ekor ikan dari gentong air. Kita masak sup ikan!”

Ikan yang ditangkap kemarin semuanya ditaruh di dalam gentong air. Setelah obat biusnya hilang, mereka pun hidup kembali.

Wira juga sudah meluangkan waktu untuk bereksperimen dengan ‘Teknik Busur Ikan’. Sampai saat ini, semua ikan yang dia tangkap kemarin masih hidup.

“Sup ikan!”

Danu dan Doddy langsung menelan air ludah. Namun, mereka berdua tidak bergerak dan malah menoleh ke arah ayah mereka.

Hasan menggeleng sambil berkata, “Wira, kami sudah sarapan. Ikannya dijual buat bayar utang saja!”

Wira menjawab sambil tersenyum, “Paman Hasan, jangan khawatir. Aku sudah punya cara untuk bayar utang! Kerjaan hari ini berat. Kalau nggak kenyang, mana punya tenaga? Danu, Doddy, cepat pergi tangkap ikannya!”

Begitu mendengar bahwa pekerjaannya berat, Hasan pun mengangguk. Jika pekerjaannya berat, makan bubur saja memang tidak akan cukup untuk memberi energi untuk bekerja.

Danu dan Doddy pun segera pergi menangkap dan membunuh ikannya.

Tidak lama kemudian, serabi dan ikan yang hangat pun selesai dimasak.

Wulan membawa seekor ikan dan sebuah serabi ke dapur untuk makan sendiri, sedangkan Wira dan yang lainnya duduk di meja makan.

Ikan yang dimasak pagi ini lebih besar dari yang semalam. Berat setiap ekornya di atas sekilo.

Wira sudah kenyang setelah memakan sebuah serabi dan setengah ekor ikan. Dia pun memberikan sisanya kepada Danu dan Doddy.

Kedua orang itu sudah makan masing-masing seekor ikan yang beratnya sekilo lebih, lalu juga makan tiga serabi besar. Namun, mereka masih sanggup menghabiskan setengah ekor ikan yang disisakan Wira dan bahkan menghabiskan supnya hingga tak bersisa.

Hasan pun memelototi kedua putranya, lalu tersenyum malu pada Wira.

“Kak Wira, ikan yang kamu masak enak banget! Aku nggak pernah makan ikan seenak ini! Waktu goreng ikan, Ibu juga sayang pakai banyak minyak!”

Doddy menyeka mulutnya sambil berkata, “Kelak, kalau ada yang berani menindasmu, aku bakal hajar mereka! Selain Ayah dan Kak Danu, nggak ada orang di Dusun Darmadi yang bisa mengalahkanku!”

Sejak kecil sampai sekarang, Doddy tidak pernah makan daging sampai begitu puas. Saat ini, dia merasa Wira adalah orang terbaik di dunia.

Danu menendang kaki Doddy, lalu berkata sambil tersenyum, “Kak Wira, kami nggak sembarangan berkelahi kok. Kelak, kalau kamu butuh kerja yang pakai tenaga, kasih tahu kami saja! Kami pasti bantu! Kalau ada yang menindasmu, nggak perlu takut juga asal nggak salah.”

Wira tersenyum sambil mengangguk.

Penduduk desa memang jujur. Asal menerima sedikit bantuan orang, mereka pasti langsung membalas kebaikannya.

Hasan juga berkata, “Kalau ada apa-apa, panggil saja mereka. Hari ini mau kerja apa?”

Danu dan Doddy juga menunggu jawaban Wira dengan penuh semangat.

Setelah diberi makan serabi dan ikan goreng, mereka tahu pekerjaan hari ini pasti sangat melelahkan. Namun, mereka tidak takut lelah!

Wira menjawab sambil tersenyum, “Sama seperti kemarin. Mau gali rumput jenis itu, makin banyak makin bagus.”

Doddy bertanya dengan heran, “Kak Wira, untuk apa gali rumput jenis itu? Ayah bilang itu nggak bisa dimakan kok?”

Danu juga menatap Wira.

“Diam! Kalau disuruh gali ya gali saja! Untuk apa tanya begitu banyak? Ingat, hal ini nggak boleh sembarangan kasih tahu ke orang lain, ya! Kalau nggak, aku bakal patahkan kaki kalian!” tegur Hasan dengan galak.

Semalam, Wira menggali sekeranjang rumput, lalu langsung mendapatkan begitu banyak ikan.

Rumput yang tidak bisa dimakan itu pasti berhubungan dengan cara Wira mendapatkan ikan. Orang yang tahu teknik rahasia ini pasti tidak akan hidup susah lagi.

Wira sudah bersedia membiarkan Hasan dan kedua putranya membantu. Ini adalah kepercayaan yang sangat besar terhadap mereka. Jadi, mereka tidak boleh membocorkan rahasia ini.

Saat melihat Hasan yang begitu galak, Danu dan Doddy langsung ketakutan. Mereka tidak berani bersuara lagi.

Selesai makan, mereka berempat pun keluar dengan menjinjing peralatan masing-masing. Namun, mereka malah terjebak di depan pintu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Istiqamah562
Sedih yaa udah nikah selama 3 tahun baru pertama kali di puji ama suaminya..huhuu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3330

    Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3329

    "Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3328

    "Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3327

    Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3326

    Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3325

    "Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3324

    "Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3323

    "Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3322

    Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status