Beranda / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 71. Petaka Iblis Cantik (7)

Share

71. Petaka Iblis Cantik (7)

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-05 06:10:20

Istana itu terlihat megah saat Jaka melihat dari kejauhan. Hatinya berdebar juga jika nanti bertemu dengan Raja Kerajaan Sigaluh. Ditambah, Putri Maharani yang masih di pelana bersama dengannya. Siapapun yang melihat pasti akan curiga.

Mendengar kedatangan anak-anaknya, Raja Rama langsung beranjak dari tempat perjamuan yang disitu bersama dengan Pangeran Slamet Suradisastra.

Melihat Raja Rama dengan tergesa ijin untuk menjemput putrinya, Pangeran pun segera ikut pergi karena penasaran dengan wajah gadis yang akan menjadi hadiah di sayembara nanti.

Jaka Geni dan Putri Maharani turun dari atas kuda. Arya Kartajaya juga turun saat melihat ayahandanya tengah berjalan cepat ke arah mereka.

"Putriku, putraku... Kalian benar-benar kembali kesini dengan selamat!" sambut Raja dengan tersenyum lebar bahagia.

Putri Maharani dan Arya Kartajaya memeluk ayahanda mereka dengan penuh rasa kegembiraan. Bagaimanapun, ayah mereka adalah seorang Ra
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Perjalanan Sang Batara   85. Dewi Mawar Biru

    Wanita bercadar merah itu menatap Jaka dengan tatapan tajam. "Lawe Segara juga meminta obat penawar itu dariku. Bahkan lebih tepatnya merampas. Untungnya aku masih mempunyai beberapa pil penawar. Jika tidak, kamu sudah mati." ucap wanita itu terlihat sedikit kesal. Jaka merasa, wanita itu telah di paksa atau di ancam oleh orang yang bernama Lawe Segara itu. Jaka sendiri tidak mengenal siapa itu Lawe Segara. "Bisakah kau beritahu aku siapa namamu?" tanya Jaka yang masih penasaran dengan nama wanita itu. Sorot mata wanita itu mulai berubah, kembali teduh seperti sedia kala. Dia berjalan dan duduk kembali di tepi ranjang. "Namaku Rara Wilis. Di dalam rimba persilatan aku dikenal dengan nama Dewi Mawar Biru." jawab wanita yang punya nama indah, Rara Wilis. "Kau tentunya sudah tahu siapa aku. Hanya saja aku penasaran kenapa kau menolongku? Padahal kau dan aku tidak saling mengenal." tanya Jaka penasaran kenapa wanita berjuluk Dewi Mawar Biru i

  • Perjalanan Sang Batara   84. Racun Siluman Ular

    Jaka merasa sedikit mual dan pusing. Tidak biasanya dia merasakan hal itu. Dengan wajah sedikit pucat, dia masuk ke dalam ruangannya lalu ambruk di atas kasur empuk. Pintu kamarnya masih sedikit terbuka. Jaka tidak menyadari ada satu sosok berkelebat mengikutinya sejak dari arena pertarungan. "Kenapa dengan diriku? Aku merasa sangat lelah..." batin Jaka lalu memejamkan mata karena dia merasa sangat nyaman di atas kasur. Saat matanya terpejam, bibir Pendekar itu mulai terlihat berubah warna menjadi hijau lumut. Pemuda itu terlihat menggigil kedinginan. Entah racun apa yang masuk ke dalam tubuhnya melalui ciuman dari Si Bencong Kembang Arum itu. Jaka yang mempunyai ilmu Agni Maya tak bisa menetralkan racun itu dalam tubuhnya. Sebegitu kuatnya racun itu hingga kekuatan Agni Maya tak bisa menahan. Tiba-tiba melesat satu sosok berpakaian biru dengan cadar merah di wajahnya. Matanya terbelalak lebar saat melihat keadaan Jaka Geni yang tengah menggig

  • Perjalanan Sang Batara   83. Adu Ilmu kanuragan (4)

    Aji Pamungkas membungkuk hormat kepada lawannya Indramayu. Pendekar dari Puncak Ciremai itu membalas dengan sopan. Gong pun di pukul dengan keras pertanda pertandingan terakhir di babak adu ilmu kanuragan di mulai. Dua pendekar saling pasang kuda-kuda. Aji Pamungkas tak banyak menunda, dia langsung kerahkan jurus Gerakan Angin Berduri yang sempat membuat Lake Wera si Setan Golok Abang terluka. Indramayu yang telah mengetahui jurus unik itu tak tinggal diam. Dia juga mempunyai jurus unik yang mirip dengan Gerakan Angin Berduri. Nama jurusnya adalah Hembusan Badai Ciremai. Jurus milik Aji Pamungkas adalah kecepatan dan melukai, sedangkan jurus milik Indramayu adalah kecepatan menghindar dan bertahan. Dua jurus sakti ini pun membuat banyak mata tertuju pada gerakan dua pendekar yang hampir tidak terlihat oleh mata telanjang. Mereka yang mempunyai tenaga dalam tinggi bisa mengetahui gerakan kedua pendekar yang tengah bertarung tersebut.

  • Perjalanan Sang Batara   82. Adu Ilmu Kanuragan(3)

    Semua penonton tak mengira akan mendapat pertunjukan gila dari Pendekar bencong bernama Kembang Arum itu. Jaka Geni lebih tak menyangka lagi di cium oleh bencong macam dia. Ketika semua orang merasa lucu dan terhibur dengan hal itu, Panglima Karna dan Lawe Segara menanggapinya dengan berbeda. "Kau yakin, si banci itu bisa di andalkan?" tanya Panglima Karna. Lawe Segara mengangguk. "Tenang saja paduka, pemuda itu tak akan menyadarinya. Mungkin butuh waktu satu hari untuk racun itu masuk merata ke dalam tubuhnya. Besok saat babak terakhir sayembara dimulai, Nayaka bisa dengan mudah menghabisinya." kata Lawe Segara dengan senyum bangga. Panglima Karna pun merasa senang dengan kinerja orang kepercayaan nya tersebut. Ternyata Kembang Arum adalah salah satu suruhan Panglima Karna. Dia ditugaskan meracuni Jaka Geni dengan cara mencium. Cara yang tidak lazim ini tidak akan menjadikan para penonton dan Raja curiga. Racun itu sangat kuat sehingga

  • Perjalanan Sang Batara   81. Adu Ilmu Kanuragan (2)

    "Aku menyerah...!" pekik Bayu Atmaja yang sudah tidak berdaya. Mahesa Jenar pun dinyatakan menang. Sebenarnya dia bisa dengan mudah membunuh Bayu Atmaja jika dia mau. Tapi Mahesa Jenar adalah seorang Pendekar yang berjiwa kesatria. Apalagi antara dia dan Bayu Atmaja tidak ada dendam atau masalah. Mahesa Jenar membungkuk hormat kepada Bayu Atmaja lalu melesat kembali ke samping Pangeran Tanjung. Sedangkan Bayu Atmaja dibawa ke ruang pengobatan oleh prajurit.Pertarungan yang tidak mengecewakan itu membuat banyak orang salut kepada Mahesa Jenar. Pembawa acara naik ke atas panggung. Lalu berteriak mengumumkan petarung dengan nomor tiga untuk naik ke atas panggung. Dua orang melesat ke atas panggung dan berdiri saling berhadapan. Salah satu orang terlihat mengenakan blangkon coklat dengan menggunakan pakaian serba hitam. Di wajahnya tertutup cadar hitam. Dia adalah seorang Pembunuh bayaran dari Gerombolan Iblis. Jasa mereka

  • Perjalanan Sang Batara   80. Adu Ilmu Kanuragan

    Ki Maranggi berusaha keras agar tidak terjatuh dari serangan kuat yang Rakabumi kerahkan. Namun sekuat tenaga dia melawan, semakin berat dia menahan tubuhnya. Akhirnya tubuh orang tua itu roboh kelantai. Semua orang terkejut melihat ajian aneh milik Rakabumi alias Pendekar Muka Setan. "Ajian dari Padepokan Lemah Ireng sangat sakti. Bukankah itu ajian Bumi Menghisap Arwah milik pemimpin padepokan itu?" gumam Ki Bantar yang takjub dengan kekuatan milik Rakabumi. Pemuda itu memanfaatkan besi dan granit sebagai perantara yang kuat. Jika mereka bertarung di tanah, tubuh Ki Maranggi pasti sudah terkubur hidup-hidup. "Benar. Ajian itu milik Ki Bratasena atau Pendekar Hantu Ireng. Selama ini dia diam dan tidak pernah berbuat keonaran. Kita tidak tahu, dia itu golongan hitam atau golongan putih." ujar Ki Ageng menimpali. "Pakaian bukanlah petunjuk bahwa seseorang berada di golongan mana. Orang tua berjuluk Pendekar Tongkat Emas itu, berp

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status