Share

3. Sea Finley

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-07-24 10:21:51

Ayleen yang masih belum bisa menerima semuanya kembali menemukan sebuah ponsel tipe lama, “N15.”

Dia menunda untuk melihat-lihat isi ponsel itu dan segera memasukkan semua barang-barangnya ke dalam loker lagi.

“Aku harus memastikan sesuatu lagi,” gumamnya.

Dengan cepat dia pergi ke toilet yang letaknya tidak jauh dari loker perpustakaan itu. Dia pun hanya bisa mematung saat melihat pantulan wajahnya di depan cermin.

Dengan tangan gemetar dia menyentuh pipi, hidung dan rambutnya, “Ini benar-benar aku. Aku di tahun … 2015. Tapi … bagaimana bisa?”

Dia tertawa bodoh, “Perjalanan waktu? Ya Tuhan, bukankah itu hanya dalam novel?”

Dia menggelengkan kepala lagi dan berkata, “Tapi … ini seperti nyata.”

Oh, kepalanya serasa ingin meledak. Dia benar-benar sangat kebingungan.

“Tunggu sebentar, jika memang aku kembali ke masa lalu. Itu artinya ….”

Dia tidak sempat berpikir dan terburu-buru ke luar dari toilet. Karena kecerobohannya itu dia pun menabrak seseorang yang baru saja masuk ke dalam area toilet.

“Ma-maaf,” ucap Ayleen terbata.

Orang yang ditabraknya pun mendesah pelan dan menjawab singkat, “Hm.”

Ayleen begitu lega karena orang itu tidak mempermasalahkannya. Tapi saat dia melihat wajah orang itu, dia pun melongo kaget.

“Sea?” Ayleen memanggil pria itu tanpa sadar.

Pria itu pun menoleh dan bertanya dengan alis berkerut, “Ya? Ada apa?”

Ayleen menelan ludah, “Oh, tidak. Tidak ada apa-apa.”

Dia menggelengkan kepala dan tersenyum kikuk lalu bergegas pergi dari area toilet.

Ketika dia sudah masuk ke dalam area perpustakaan dalam lagi, keningnya berkerut.

“Sea Finley juga mahasiswa di sini? Aku baru tahu,” kata Ayleen masih terlihat terkejut.

Tetapi, dia mengenyahkan pikiran tentang pria yang di tahun 2025 akan memerankan salah satu karakter dalam novelnya.

Wanita berusia 30 tahun tapi berada di tubuh gadis muda itu bergumam, “Oh, jika ini sungguh-sungguh tahun 2015 dan aku sedang melakukan perjalanan waktu … itu artinya semua itu … belum terjadi.”

Dia bersandar pada dinding, “Aku belum bertemu dengan Liam, belum menikah, belum … melahirkan Lunara. Belum kecelakaan.”

Dia menghela napas lelah dan kembali berpikir lagi, “Mungkinkah ini … jika benar begitu, apa memang semua itu bisa diubah?”

“Tapi jika diubah, bagaimana dengan Lunara?” ucapnya pelan.

Hatinya tiba-tiba menjadi perih.

Ah, dia sangat merindukan putrinya yang lucu itu. Mendadak air matanya kembali turun dengan derasnya.

Sampai-sampai dia jatuh terduduk karena merasa pilu. Dia tidak peduli tatapan beberapa orang yang melihat dirinya yang sedang menangis itu.

“Kamu … senang diperhatikan ya?” celetuk seseorang dari arah belakangnya.

Tanpa menyeka air matanya, Ayleen menoleh dan langsung melotot kaget.

Sea Finley lagi?

Dilihatnya Sea berjongkok dan memberinya sebuah sapu tangan berwarna putih, “Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padamu, tapi … menangis di dalam area perpustakaan itu bisa mengganggu orang lain.”

Ayleen terbengong-bengong tapi begitu menyadari apa yang dikatakan oleh Sea, dia cepat-cepat menyeka air matanya dengan memakai sapu tangan milik Sea.

Sementara Sea sudah berdiri dan sebelum pergi berkata, “Jangan duduk di situ! Orang-orang akan kesulitan berjalan ke bagian rak 10.”

Mendengar hal itu, Ayleen segera berdiri dan melihat sekeliling. Dia pun menjadi sangat malu.

Namun, begitu dia menoleh ke arah orang yang memberinya sapu tangan itu, orang itu sudah tidak ada di sana.

Ayleen bergumam dengan penuh rasa heran, “Tunggu dulu. Kenapa aku tidak ingat kalau aku pernah berinteraksi dengan Sea di kampus ini?”

“Apa mungkin ini … kejadian baru?” pikir Ayleen.

Tetapi, ternyata dia tidak sempat memikirkan hal itu lebih lanjut saat itu karena tiba-tiba saja punggungnya di tepuk.

Saat Ayleen berbalik, dia kembali dibuat terkejut ketika melihat dua orang sahabat lamanya yang lain.

“Jasper. Feli.”

Jasper membalas jengkel, “Kenapa kamu dan Eliza lama sekali?”

Felicity memasang ekspresi merengut, “Aku sudah sangat lapar, Leen. Eliza bilang dia hanya sebentar saja tadi mencarimu.”

“Tapi … ini sudah hampir tiga puluh menit kami menunggu kaya orang bodoh di depan,” sahut Jasper.

Ayleen yang masih belum pulih dengan rasa terkejutnya hanya menatap kedua sahabat baiknya itu dengan penuh kerinduan.

Jasper. Pria itu adalah sahabat baiknya sejak dirinya berada di sekolah menengah atas. Dia dan Jasper sangat menyukai sastra dan akhirnya memutuskan untuk berkuliah di kampus yang sama.

Sebelum dia menikah dengan Liam, Jasper mendadak memblokir nomor ponselnya. Dia pun tidak mengerti alasan pria itu melakukannya.

Sementara Felicity adalah seorang sahabat baiknya yang dia mulai kenal sejak dia mengikuti salah satu kegiatan ekstra jurusan. Gadis itu pun juga menghindarinya sebelum dia menikah dengan Liam.

Semakin lama Ayleen mulai berpikir lebih dalam, dia juga mulai terheran-heran.

Kalau dipikir-pikir, aku kehilangan mereka semua sebelum aku menikah dengan Liam. Kenapa bisa begitu? Apa mungkin semua ini berkaitan? Tapi … bagaimana bisa? Ayleen berkata dalam hati.

Ayleen mencoba meresapi segalanya, memikirkan segala bentuk kemungkinan. 

Akan tetapi, semakin dia berpikir dia semakin menyadari bahwa semua sahabat baiknya itu menghilang di saat jelang pernikahannya dengan Liam.

Maka, pada saat hari bahagianya itu tidak ada satu pun dari keempat sahabat baiknya yang ada dan mendampinginya.

Sebuah kilasan ingatan tiba-tiba saja muncul di kepalanya.

2019, Hari Pernikahan Ayleen

“Ayleen, kamu cantik sekali!” puji Natasha dengan tatapan berbinar.

Ayleen menoleh dan tersenyum tapi hal itu hanya berlangsung sesaat. Senyumnya langsung memudar saat dia melihat Natasha yang merapikan tatanan rambutnya yang ditata menawan dengan sebuah bandana berhiaskan mutiara kecil-kecil yang cantik.

Ayleen melirik gaun putih milik Natasha yang jelas lebih mewah dan elegan dibandingkan miliknya.

“Kamu … sangat cantik!” pujian itu terbit di bibir Ayleen begitu dia melihat sapuan make-up Natasha yang terlihat natural tapi memikat.

Natasha tertawa kecil, “Ah, tentu saja tidak. Kamu lebih cantik, lihat saja di cermin.”

Namun, begitu dia menatap ke arah cermin lagi di mana ada dua pantulan manusia di sana, satu dirinya dan satu lainnya adalah Natasha, Ayleen memaksakan diri untuk tersenyum.

“Tidak, kamu lebih cantik,” ucap Ayleen tidak mau berbohong.

Natasha mengibaskan tangan dan tersenyum lalu berkata dengan nada suara yang rendah, “Kamu cantik. Kalau tidak, mengapa Liam menikahimu?”

Mendengar hal itu Ayleen seketika tersenyum.

Natasha ikut tersenyum, “Lihatlah! Saat kamu tersenyum kamu terlihat sangat cantik. Ah, Liam pasti semakin tergila-gila denganmu!”

Wajah Ayleen memerah mendengarnya.

Tetapi, tiba-tiba wajahnya kembali menjadi muram dan hal itu tidak luput dari perhatian Natasha.

Gadis muda itu bertanya, “Ada apa dengan wajahmu?”

Ayleen menggelengkan kepala, “Aku hanya teringat pada teman-teman kuliahku.”

“Aku … tidak bisa menghubungi mereka untuk mengatakan hari pernikahanku. Rasanya sedih mereka tidak ada di sini,” tambah Ayleen.

Natasha mendesah pelan, “Astaga, Ayleen! Mengapa kamu memikirkan teman-teman yang tidak peduli kepadamu itu? Mereka sudah menghilang kan? Ya … itu artinya mereka tidak mau berteman denganmu lagi.”

“Tapi, Nat. Mereka-”

“Cukup, Ayleen. Lagipula, sudah ada aku di sini. Apa aku saja tidak cukup menjadi temanmu? Mengapa kamu membutuhkan teman lain?” Natasha memotong ucapan Ayleen dan menatapnya dengan tatapan dingin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Kebangkitan Nona Penulis   38. Aneh Bagaimana?

    Pertanyaan Ayleen Hazel yang terdengar mirip seperti sebuah desakan itu langsung membuat Sea Finley tertegun. Pria itu tampak terkejut dengan pertanyaan itu seakan-akan dirinya pun juga merasa hal yang sedang dilakukannya itu cukup aneh. Dia pun hanya bisa terdiam, tidak tahu bagaimana harus menjelaskan sikapnya itu.Ayleen melihat ekspresi wajah Sea pun langsung mengerjapkan mata. Gadis itu menepuk jidatnya dan segera berkata, “Oh, maaf. Aku tidak bermaksud bertanya seperti itu. Aku ….”“Maaf, seharusnya aku berpikir terlebih dulu sebelum bertanya,” lanjut Ayleen yang sungguh-sungguh merasa tidak nyaman setelah bertanya dengan seperti terlihat menekan itu. Sea yang mendengar ucapan permintaan yang dikatakan dengan tulus itupun tersenyum. “Hm, bukan masalah besar. Sebenarnya aku pun juga tidak tahu mengapa aku menjadi berani. Yah … anggap saja, Aku tidak ingin kehilangan kesempatan lagi,” jawab Sea.Lagi?Apa maksudnya dengan hal itu?Apakah dia pernah mencoba untuk mendekatiku ta

  • Perjalanan Waktu: Kebangkitan Nona Penulis   37. Sudah Selama Itu?

    Percuma saja. Benar-benar sungguh percuma. Berapa kali pun dia berusaha keras mencoba untuk memikirkannya, dia tetap tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaannya tersebut. Gadis itu pun duduk lemas tanpa tenaga seakan-akan tenaganya telah terkuras habis. Di saat dia dia sedang melamun sembari tetap tidak mengubah arah pandangnya dari jalanan, Sea ternyata telah menyusulnya untuk duduk di depannya. “Sepertinya hujan akan turun lama. Apa kamu tidak keberatan jika kita berada di sini sedikit agak lama sampai menunggu hujan cukup reda?” Sea bertanya dengan tatapan cemas pada Ayleen. Ayleen menjawab, “Tidak apa-apa. Aku akan meminta izin kepada orang tuaku, tidak masalah.”Sea mendesah lega, “Jangan khawatir. Nanti aku akan mengambil motorku lagi di minimarket untuk mengantarmu pulang.”Ayleen tercekat.Oh, pengalaman naik motor milik Sea masih begitu hangat dalam ingatan Ayleen.Pengalaman itu cukup menegangkan Tapi anehnya dia sangat menikmatinya. Hal itu terjadi mungkin karena

  • Perjalanan Waktu: Kebangkitan Nona Penulis   36. Perbedaan yang Membingungkan

    “Ya?” Sea menjawabnya sambil mengerutkan kening. Pria muda yang tampan itu menatap lurus-lurus ke arah Ayleen.Ayleen menatap wajah menawan itu dan hanya terdiam tanpa menjawab perkataan Sea.Hanya dalam beberapa detik saja dia telah melihat dua wajah berbeda dari seorang Sea Finley, aktor terkenal yang memiliki kekayaan luar biasa itu.Wajah yang sebelumnya dia lihat adalah wajah seorang pria dewasa dengan pesona yang luar biasa. Sedangkan wajah Sea yang saat ini dilihatnya dari jarak yang begitu dekat itu adalah wajah pria awal 20 tahunan yang masih murni tanpa sentuhan perawatan.Jelas gaya rambut Sea di dua masa itu begitu jauh berbeda. Sea yang dewasa memiliki rambut potongan agak pendek dan tidak berponi. Hal itu membuatnya mempertegas fitur wajahnya dan memberikan kesan dewasa yang begitu memikat. Sementara gaya rambut Sea di usia dua puluh tahunan ini adalah rambut yang sedikit agak panjang dengan bagian depan yang memanjang seperti poni menutupi sebagian dahinya. Selain p

  • Perjalanan Waktu: Kebangkitan Nona Penulis   35. Aku Belum Mendengarkan Semuanya!

    “Tapi, mengapa?” ucap Ayleen yang semakin pening karena terlalu banyak teka-teki yang belum bisa dipecahkan olehnya. Ayleen pun berjalan mendekat dan berdiri di antara Melody dan Liam yang sedang berbicara.Natasha terlihat menyingkir dan membawa Lunara pergi. Ayleen sesungguhnya masih begitu merindukan Lunara. Tapi, dia memilih untuk tetap berada di sana demi mendengarkan percakapan antara Melody dan Liam.“Mengapa kau tidak menjemputnya? Kalau saja kau menjemput dia waktu itu, dia tidak mungkin akan kecelakaan,” kata Melody.Liam masih terdiam dan Melody yang terlihat diliputi oleh amarah itu melanjutkan, “Mobil itu … Ayleen yang membelinya. Itu semua hasil dari kerja keras Ayleen. Tapi … aku bahkan tidak pernah melihatnya menggunakan mobil itu dan aku bahkan tidak pernah sekalipun melihatmu mengantar ataupun menjemput Ayleen.”“Kau … bagaimana bisa kau membiarkan istrimu yang bekerja keras demi keluargamu harus menggunakan taksi setiap saat?” Melody menambahkan.Liam yang semula

  • Perjalanan Waktu: Kebangkitan Nona Penulis   34. Fakta Baru

    Sea yang terlihat khawatir hanya bisa dengan lembut menghapus air mata yang jatuh menetes di pipi gadis itu. Dia ingin sekali membangunkan Ayleen, tapi dia juga khawatir bila gadis itu malah terganggu. Maka, selama Ayleen tidak menunjukkan jika gadis itu terganggu di dalam mimpinya, Sea hanya akan diam saja. Sementara itu, Ayleen Hazel rupanya kembali ke mimpi yang sebelumnya. Gadis itu terbangun kembali di rumah miliknya yang dipenuhi oleh orang. Dia melihat ke sekelilingnya dan ternyata mimpinya itu terlihat seperti sebuah lanjutan dari mimpi yang sebelumnya. Dia yang jatuh terduduk itu segera bangkit dan berdiri, lalu memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. Dia mengenali beberapa wajah. Dia hampir tidak menemukan keluarga Liam di sana. Seperti sebelumnya, begitu Elizabeth menampar wajah Natasha tepat di bagian pipi kanannya dan membuat pipi wanita itu memerah dengan cap telapak tangan, Liam terlihat melindungi Natasha.Pria itu berteriak marah pada Elizabeth, “Liz, apa

  • Perjalanan Waktu: Kebangkitan Nona Penulis   33. Jangan Menangis!

    Melihat senyuman merekah di wajah sahabatnya itu, Sea sungguh ingin menghajar wajah tampan miliknya. Sebetulnya ada banyak sekali alasan mengapa orang-orang sampai berpikir bahwa dirinya tidak menyukai seorang wanita dan cenderung lebih dekat dengan sahabat baiknya itu. Gerrard juga luar biasa tampan atau bisa dibilang tidak kalah tampan juga darinya. Banyak sekali gadis yang begitu ingin menjadi kekasihnya.Menurut Sea, bahkan lebih banyak gadis yang mengantri menjadi kekasih Gerrard dibandingkan dengan dirinya. Gerrard juga merupakan seorang bintang lapangan basket. Sama seperti dirinya. Meskipun dia bukanlah seorang kapten, Gerrard tetaplah menjadi salah satu pemain basket favorit para gadis di universitas. Akan tetapi, Gerrard selalu menjauh dari para gadis sebab Sea tahu bahwa hati temannya itu telah menjadi milik seseorang. Bisa dikatakan Gerrad telah menyukai seseorang yang bukan berasal dari kampus itu. Tidak mengherankan jika gosip benar-benar beredar cepat setiap kali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status