Share

bab 4

[Selamat datang di onshop]

Saat ini Rama sedang sendirian di kamarnya, pintu kamar sudah ia kunci. Jaya sedang pergi jaga malam bergantian dengan warga lainnya. Pak Bima dikamar dengan ibu Sri. Ini saat yang tepat untuk Rama membedah onshop.

Menurut informasi yang Rama dapatkan, 1 logam emas setara dengan 2 juta Rupih, 1 logam perak setara 200 ribu Rupih, 1 logam perunggu setara 20ribu Rupih. Nilai mata uang di zaman ini lebih besar karna lebih murni dibanding zaman modern yang sudah terkena inflasi.

Rama memasukkan 1 logam perunggu ke dalam gambar token di onshop. Seketika terlihat nominal 20 ribu Rupih. Rama tersenyum puas dan membayar 5 Rupih untuk harga brownies tadi pagi. 'Lebih baik tidak berhutang' pikirnya.

Rama memandangi kotak Brownies dan seketika robot mungil kembali muncul.

[Anda bisa membuang sampah ke kotak sampah daur ulang, satu sampah dihargai 1 rupih]

Rama langsung tersenyum puas dan mengklik gambar kotak sampah, memasukkan kotak brownies kedalam gambar notifikasi. Token bertambah 20,1 Rupih. Sistem ini memahami pemikiran Rama tanpa perlu bertindak.

'Bagaimana aku harus menyimpan benda-benda ini nantinya?' pikir Rama lagi.

[Anda bisa membeli kotak penyimpanan, ada berbagai macam kotak penyimpanan]

Robot mungil kembali menjelaskan, kemudian menampilkan beberapa gambar kotak penyimpanan.

Penyimpanan small mampu menyimpan hingga 10 barang. Harganya 10 ribu Rupih.

Penyimpanan reguler mampu menyimpan hingga 50 barang. Harganya 100 ribu Rupih.

Penyimpanan unlimited mampu menyimpan semua barang, 10 hewan dan 5 manusia.

Astaga....

'Unik sekali' Rama tersenyum puas.

Sementara, Rama harus menghemat uangnya. Jadi dia mengklik penyimpanan small. Token yang tersisa hanya 10,1 Rupih.

Rama kemudian mengklik sabun, shampo, sikat gigi dan pasta gigi. Ia harus mandi, kulitnya sudah terasa gatal karna belum mandi dari pagi.

'Ah, pemilik tubuh terdahulu mungkin sering mandi tapi kualitas sabun saat ini memang sangat rendah.'

Sabun yang dipakai adalah sabun tradisional yang terbuat dari saponin. Getah tanaman tertentu yang jika dicampur air akan mengeluarkan busa sabun.

Rama lantas pergi ke sumur di samping dapur, mengambil air dan bersiap untuk mandi. Air nya terasa segar, udara malam pun jauh dari kata polusi. Ini adalah kehidupan yang tenang di pedesaan.

Tubuh yang tadinya terlihat kusam kini putih bersih, sabun di zaman modern memang memiliki kualitas yang baik. Rama sudah kembali merasa segar, dan memakai pakaian milik Rama yang dulu. Kualitas kainnya sangat kasar. Pemilik tubuh terdahulu memang hidup miskin bahkan ia hanya memiliki 3 pasang baju, itu pun harus bergantian dengan Jaya.

"Kamu wangi sekali Nduk...dan terlihat lebih bersih," kata Ibu Sri ketika melihat Rama keluar dari kamar.

Rama tersenyum dan memberi sabun kepada ibu Sri. "Ini sabun dan shampo untuk ibu..."kata Rama memberikan sabun batangan kepada ibu Sri.

"Sabun apa ini nduk, wangi sekali..." Ibu Sri menatap kagum sabun ditangannya. Menghirup aroma wangi vanila dari sabun tersebut.

"Sabun vanila bu, tolong pergunakan sabun itu dengan cara dipotong sedikit-sedikit jika ibu akan mandi di sungai. Usahakan jangan terlihat warga lain ya bu. Karna sabun ini masih langka," jelas Rama.

"Dari mana kamu mendapatkan barang sebagus ini nduk?"

"Rama punya kenalan utusan barat bu, pokoknya ini rahasia. Jadi Rama juga sulit untuk menjelaskan. Yang jelas ibu tidak perlu khawatir, ini tidak melanggar hukum." Jelas Rama lagi.

Ibu mengangguk percaya, selama ini ia tau Rama anaknya tidak pernah melanggar hukum. Meski masih kebingungan darimana anaknya mendapatkan semua barang tersebut. 'Rama baru sembuh dari sakit, ia terlihat hanya sekali keluar rumah? Kapan dan dimana ia mendapatkan barang-barang itu?'

Namun, ibu Sri cepat-cepat menghapus prasangkanya.

"Bagaimana cara memakai shampo ini nduk?" tanya ibu Sri lagi menatap shampo di dalam botol bening. Rama sudah mengganti botol shampo dengan botol lebih sederhana. Meskipun begitu botol itu terlihat tidak familiar bagi ibu Sri. Namun mengingat ini adalah barang dari barat sudah jelas kualitasnya memang bagus hanya dilihat dari tempat penyimpanannya.

"Hm...sebentar" Rama mengambil baskom ukuran sedang, memasukkan air dan membawanya kembali masuk kedalam rumah.

"Coba ibu rebahan disini, nanti Rama cuci rambut ibu..."kata Rama.

Ibu Sri menuruti intruksi Rama dan rebahan.

Rama pun mulai membasahi rambut ibu Sri dengan sedikit air. Mulai mengusap rambut dengan shampo dan memijit ringat kepala ibu Sri. Ibu Sri yg dipijit kepala merasa nikmat dan ingin tertidur, tidak lama kemudian Rama mulai membilas rambut ibu Sri. Mengambil kain handuk dan mengeringkan rambut secara perlahan. Kini rambut ibu Sri lebih lembut, bersih dan wangi.

Pak Bima yang melihat istrinya handukkan di atas kepala pun terpesona mencium aroma wangi dari rambut istrinya.

"Wah bu...wangi sekali?" seru Pak Bima, takjub.

Ibu hanya tersenyum malu. Mengeringkan rambutnya yang masih agak basah kemudian menyisirnya. Rambutnya memang lebih wangi, kulit kepala terasa ringan dan bersih. 

'Sabun ini pasti mahal? ' pikirnya.

"Bapak juga mau seperti ibu?" tawar Rama.

"Haish" Pak Bima melambaikan tangannya. "Bapak ini seorang lelaki, begini saja cukup." .

"Kalo kita bisa menjaga kebersihan badan, kita jadi tidak mudah terserang penyakit pak..."jelas Rama.

Pak Bima merenung dan membenarkan kata-kata Rama, ia mengangguk dan menuruti intruksi Rama untuk rebahan di dipan.

Rama kembali mengambil sebaskom air bersih dari sumur. Kemudian mulai membasahi rambut pak Bima, mengoleskan shampo dan memijat ringan. Kemudian membilasnya.

"Pak, besok kalau mandi minta sabun ke ibu ya..."kata Rama.

Senyum terukir diwajah pak Bima dan ibu Sri.

"Wah, jadi benda ini yang membuat kulit kepala terasa bersih dan ringan. Hmmm... Juga wangi." Pak Bima takjub.

"Iya pak, sementara tolong rahasiakan soal ini dulu ya. Kalau ada yg bertanya soal sabun dan shampo ini bilang saja 'tanyakan pada Rama'," jelas Rama.

Pak Bima dan ibu Sri saling berpandangan. Namun, mereka akhirnya mengangguk, tanda mengerti. Ada yang aneh dengan Rama setelah tersadar, tetapi entah apa itu.

Yang jelas, keduanya senang anaknya tetaplah pengasih seperti dulu dan juga sudah kembali ... sehat.

'Apa ini semua karena kebaikan Dewa?' batin Pak Bima menahan bahagia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status