PERJANJIAN DUA AKADPART 14🍁🍁🍁Perjalanan rumah tangga Aluna dan Abian tak berubah, hanya dingin dan beku yang tersisa dalam hatinya keduanya. Tepatnya dalam hati Aluna lebih besar rasa cemburu. Aluna seolah merasakan tusukan demi tusukan yang menembus jantungnya. Sakit saat diam-diam ia menemukan Abian dan Haura sedang bermesraan. Kadang saat Haura sedang mencuci piring, kadang saat ia tengah melayani mereka makan. Sebagai seorang perempuan, Aluna bisa melihat bagaimana tatapan cinta Abian untuk istri pertamanya. Meskipun Haura tampak menjaga diri, karena ia sedang melayani majikannya. Ia masih dengan kuat menyembunyikan statusnya.Abian sebenarnya tak rela membiarkan Haura merasa lelah dengan pekerjaannya. Namun, itu semua adalah permintaan Haura sendiri. Alasan yang baru Aluna ketahui sejak beberapa bulan yang lalu, ketika Abian tak mengizinkan Haura menghangatkan makanannya, menyuruhnya segera istirahat. Itu semua hanya karena Abian terlalu menyanyanginya.Berbeda dengan perl
PERJANJIAN DUA AKADPART 15🍁🍁🍁Aluna mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Ia akan pergi kampus. Akhir-akhir ini ia sangat sibuk dengan rutinitas kampus dan tugas-tugas akhir. Ia ingin fokus dan tak dulu memikirkan hatinya yang sakit dan terluka parah.Perempuan itu sudah setengah jalan, tapi merasa seolah melupakan sesuatu. Aluna memeriksa tasnya, ia melihat laptopnya di sana, tapi ia tak melihat sebuah flashdisk yang berisi tugas-tugasnya. Tugas yang harus ia serahkan langsung pagi ini. Ia telah menyiapkannya semalam sampai tidur larut, sialnya mesin printer milik Abian rusak secara tiba-tiba. Itu yang membuat ia harus datang lebih awal dan mencetak tugas-tugasnya.Aluna memberhentikan mobil di pinggir jalan, ia tak ingin gegabah mencari sesuatu dalam keadaan mengemudi. Ia menghembuskan napas kasar saat benar-benar tak menemukan benda kecil itu di sana. Dengan terpaksa Aluna kembali memutar arah kemudi. Ia pulang untuk mengambil flashdisk miliknya.Sampai di rumah, Aluna me
PERJANJIAN DUA AKADPART 16🍁🍁🍁Aluna berdiri di depan pintu begitu ia masuk ke dalam rumah. Ia tercekat saat melihat ibu mertuanya duduk bersantai di depan televisi, sambil mengupas beberapa buah di atas meja.Diana tersenyum saat melihat menantunya baru pulang dari kampus. Ia meletakkan pisau buah saat Aluna mendekat dan menciumi pipinya.“Mama kapan datang?” tanya Aluna tak menyangka jika mertuanya akan bermain ke rumah, karena biasanya ia akan bilang saat akan berkunjung. Selama Aluna menikah dengan Abian, ibunya hanya beberapa kali berkunjung.“Tadi siang. Mama juga bawain makanan buat kalian,” Diana berkata menatap menantunya yang cantik.Meskipun Aluna tak mendapat cinta Abian, selalu diperlakukan dingin oleh lelaki itu. Namun, Aluna sangat menyayangi ibu Abian. Diana memiliki sifat yang lembut dan perhatian. Ia menyayangi Aluna layaknya anak sendiri.“Wah!” Mata Aluna berbinar mengingat masakan dari ibu mertuanya. Ia pernah beberapa kali menikmatinya, dan itu enak di lidah
PERJANJIAN DUA AKADPART 17🍁🍁🍁Waktu terus berjalan. Aluna tetap merasakan hambar dalam hidupnya, tepatnya dalam kisah pernikahannya dengan Abian. Atas usaha kerasnya, Aluna telah berhasil lulus kuliah dengan nilai yang memuaskan. Saat ini, ia telah bergabung di perusahaan milik ayahnya, seperti keinginan Farhan. Lelaki paruh baya itu bahagia melihat Aluna sudah bekerja dengannya, hanya tinggal menunggu putra sulungnya untuk menyelesaikan studi S2 di luar negeri, dan nanti akan bergabung dengannya juga.Setidaknya kesibukan bekerja sedikit mengalihkan fokusnya dari kisah yang tak diharapkan. Aluna disibukkan oleh pekerjaan, hingga saat ia pulang, tubuh itu terlalu lelah untuk memikirkan hal yang menguras energi dan hati.Rumah yang Abian berikan untuk tempat berteduh, tak seperti tujuan. Semakin Aluna ingin berteduh dengan nyaman, maka semakin gerah yang ia rasa. Gerah oleh rasa cemburu yang menggebu. Lelah oleh rasa terabaikan dan hati yang teriris oleh orang yang harusnya menja
PERJANJIAN DUA AKADPART 18🍁🍁🍁“Antara senang dan sedih sih, Mas.”“Kenapa?”Aluna terjaga di tengah malam. Seperti hampir setiap malam sebelumnya, ia tak mendapati Abian di sampingnya. Ia tahu Abian pasti sedang berada di kamar Haura. Abian memang tak meninggalkan Aluna dalam waktu yang lama, karena takut perempuan itu curiga. Namun, karena Aluna sudah mengetahui semuanya, jadi ia selalu menunggu saat Abian diam-diam keluar dari kamar. Atau Aluna sudah tertidur, tapi alam bawah sadarnya terus meminta untuk mencari tahu kapan Abian akan keluar, sebab itu ia selalu tidur dalam keadaan tidak nyenyak.Malam ini, Aluna kembali terjaga dan tak mendapati Abian di sampingnya. Ia turun dari ranjang dan membuka pintu. Sebelumnya Aluna telah memeriksa di kamar mandi, pintu itu tak terkunci, menandakan tak ada Abian di sana.Aluna keluar dari kamar. Karena malam yang sunyi, sayup-sayup ia bisa mendengar suara orang berbicara saat ia melangkah dari depan pintu kamarnya. Ia kembali meringis da
Perjanjian Dua Akad Bab 19.Aluna menyeka suduh matanya hingga kering. Kemudian ia semakin mendekat pada Abian dan Haura yang tercekat masih tanpa kata, saking terkejutnya jika malam ini mereka ketahuan oleh istri keduanya. Ah, istri kedua, Aluna begitu membenci statusnya.Ia menatap Abian dan Haura dengan senyum miringnya, yang dibalas tatapan nanar oleh Abian yang tak tahu apa yang akan direncanakan oleh istri keduanya kali ini. Aluna masih menatap keduanya, lalu tangan itu dengan cepat mengambil tissue dan segera ia ambil test pack milik Haura yang berada di dekat wastafel.Aluna tentu harus mengumpulkan banyak bukti untuk menjelaskan pada orangtua dan mertuanya, agar ia tak disalahkan atas dasar fitnah atau masih prasangka."Mama kamu pasti bahagia melihat ini. Dia menanti cucu dari keturunanmu!" Kembali Aluna tersenyum sinis seraya memfoto test pack yang memamerkan dua garis itu.Selama ini Diana, ibu Abian selalu bertanya pada Aluna tentang kehadiran seorang bayi, tanpa tahu b
PDA 20 . "Abian!" Aluna berteriak lagi memanggil nama itu. Tangisannya semakin terdengar menyedihkan. Memperlihatkan semua kelemahan yang saat ini ia hadapi. Haura masih terdiam, tapi sedikit melangkah ingin mendekat pada Aluna. Namun, langkahnya terhenti saat Aluna menatap tajam padanya dengan mata yang basah. Haura takut. Ia takut rasa kedekatannya semakin membuat Aluna terluka. Rasa tahu diri juga membuat langkahnya terhenti, ia tak ingin lebih membuat patah di hati Aluna. Sementara Abian masih menggenggam ponsel Aluna. Tak bisa dipungkiri ada hati yang merasa lega saat melihat bahwa ternyata Aluna tak mengirimkan bukti itu ke orangtuanya. Beberapa kali Abian memutar ulang video itu, yang terlihat hanya foto-foto Aluna dari kecil menggemaskan hingga momen ia wisuda, diedit menjadi sebuah video yang epik. Kemudian dikirimkan untuk ibu dna mertuanya. Gadis itu hanya mengancam dan menakuti. Namun, melihat Aluna menangis hati Abian pun merasa iba dan kini ia menatapnya dengan tat
PDA 21.Aluna terdiam mendengar penuturan Abian. Sejenak ia berpikir untuk kalimat yang baru saja ia dengar. Lalu, sebuah rencana jahat muncul di pikirannya. Abian dan Haura harus ikut merasakan kehancuran seperti dirinya, atau ketiganya harus hancur sekalian. Mungkin tak membuat hati Aluna sembuh, tapi setidaknya mereka harus mengerti apa itu rasa sakit."Lima puluh persen?" Aluna menyunggingkan senyum sinisnya. Ia bisa mendapatkan lebih dari itu dari orangtuanya.Abian mengangguk. Begitu syarat warisan ditandatangani oleh ayahnya, maka separuh dari kekayaannya akan menjadi milik Aluna. Tak ada pilihan lain, jika memang Aluna ingin berdamai dengan hartanya.Aluna menggeleng. Terlalu sedikit jumlah yang Abian sebutkan."Aku mau 90% dari keseluruhan," ucapnya.Abian terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa Aluna yang dikenal memiliki harta warisan yang tak habis tujuh turunan itu menginginkan hampir sepenuhnya dari harta Abian.Ia meraup wajahnya dengan kasar. Cukup lama ia berpikir unt