Share

24. Tabib Kebab

Malam sangat larut ketika Jaka tiba di ujung kampung. Ia melambatkan lari kudanya. Suasana sangat sepi. Penduduk sudah beranjak ke peraduan untuk menyongsong hari esok. Rumah-rumah ini disewakan, tapi pemilik satu pun tak ada yang berkeliaran di luar. Apa mungkin sudah penuh?

Barangkali Jaka harus tidur seperti gelandangan. Tapi jadi gelandangan juga susah karena tidak ada tempat untuk bergeletak. Tidur di tengah jalan takut terlindas kereta kuda yang sering lewat. Lagi pula mana ada bangsawan jadi gembel? Kecuali bangsawan bangkrut!

Jaka tersenyum saat melihat kakek berjubah hitam duduk di beranda sebuah rumah dengan secangkir minuman di meja. Akhirnya ada juga rumah sewa yang kosong. Ia turun dari kuda dan memasuki halaman. Di pintu pagar terdapat sederet tulisan dengan aksara kuno. Barangkali papan nama rumah sewa ini.

"Permisi, Kek," kata Jaka. "Saya kemalaman di jalan. Apa ada kamar untuk bermalam?"

Kakek berjanggut pendek itu memandang heran. "Apa kau tidak baca tulisan di depan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status