Malam itu di ranjang hidroliknya, William mencerna ucapan Louis. Andai saja putra-putrinya tau bahwa ia telah menikahi Keyna. Mereka mungkin akan terkejut dan bertambah kesal dengan wanita itu.Tapi mau bagaimana lagi, ia memang tidak ingin disentuh wanita. Keyna adalah wanita pilihannya dari sekian banyak pelamar. Saat bertemu pertama kali dengan wanita itu, William langsung merasakan ada kecocokan antara dirinya dengan Keyna.Lalu, William terkekeh saat mengingat Louis bertanya tentang wanita yang dekat dengannya saat ini. Ketika ia menjawab Keyna, Louis mengatakan ia tidak keberatan dengan perawat tersebut. Meskipun, kakak-kakaknya tetap tidak menginginkan Daddy mereka tidak terlibat sama sekali dengan wanita.“Keyna,” panggil William.“Ya, Tuan?” Keyna yang sedang membersihkan perlengkapan kesehatan menoleh. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”“Tolong ambil kardus itu.” William mengendikkan dagu pada kardus berukuran sedang di meja tamu.Keyna beranjak ke dekat meja. Wanita itu memb
Jaslan mengirim pesan kepada William. ‘Aku mengizinkan Serena menjengukmu. Sambut dia dengan tangan terbuka. Maksudku, peluk erat. Siapa tau bisa lebih menguatkan syaraf-syaraf bagian bawah tubuhmu.’“Sial!” umpat William kesal setelah membaca pesan sahabatnya. Ia lalu membalas cepat.‘Jangan katakan apa pun pada Edith. Ia pasti akan menertawakanku. Aku bisa membayangkan ledakan tawanya yang mengejekku.’Tanpa menungu balasan pesan dari Jaslan, William meletakkan telepon genggamnya di meja nakas di samping ranjang hidrolik. Ia lalu meminta Keyna untuk membantunya berganti pakaian dan berdandan. Tentu saja ia tidak ingin Serena melihatnya begitu menyedihkan.Serena Arabelle adalah wanita yang menulis banyak surat dengan amplop merah muda untuk William. Keyna langsung mengingat itu saat tuannya berkata ia akan menerima kunjungan seorang wanita. Perawat itu menyaksikan Serena mencium akrab tuannya dan duduk di sisi ranjang William.Tak mau mengganggu, Keyna keluar dari kamar perawatan. S
Malam itu Keyna tidak dapat tidur. Kamar luas yang ia tempati dengan ranjang besar yang mewah sangat nyaman. Terlalu nyaman untuknya yang terbiasa tidur di pojok ruangan dengan sofabed. Namun bukan itu juga yang membuatnya terus terjaga, melainkan rasa khawatir pada William.Bagaimana jika suami pura-puranya itu tiba-tiba mengalami ketegangan otot? Atau tekanan darahnya meningkat atau sesak napas? Keyna benar-benar khawatir. Jika terjadi serangan mendadak, terlambat beberapa detik saja bisa berakibat fatal bagi William.Apalagi, wanita itu juga memikirkan ucapan Louis. Tidak masuk akal baginya, pemuda itu merestui hubungan pernikahannya dengan William. Tetapi, ia juga tidak berani menerka ke mana arah pembicaraan putra bungsu tuannya tersebut.Beberapa jam kemudian, Keyna kembali ke kamar William. Ia mengintip perlahan ke dalam ruang perawatan. Serena tidak juga bangun. Dengan mengendap-endap, wanita itu mendekati ranjang hidrolik, membalik posisi tubuh tuannya dan keluar kamar kembal
William dan Bastian saling melirik. Hening sejenak. Kemudian, bilioner itu menjawab, “Maksudnya ujian untuk menjadi terapis fisioterapi, Lou. Keyna membutuhkan sertifikat untuk melatih otot-ototku.”“Jadi, setelah mendapat sertifikat, Keyna sendiri yang akan melatih Daddy?”“Ya, betul, seperti itu.”“Syukurlah. Keyna memang perawat yang cekatan dan cerdas. Daddy lebih cocok ditangani oleh Keyna dibanding terapis-terapis lain.”Sambil menunggu telepon mereka dibalas Keyna atau Dokter Jaslan, Louis mencari-cari di internet tentang salep-salep yang tersedia. Namun, semakin lama membaca, ia semakin pusing saja.Lalu, telepon genggam Bastian berdering. Nama Dokter Jaslan tertera pada layar. Pelayan setia itu segera memberikan teleponnya kepada Louis.“Uncle Jaslan,” sapa Louis.“Ya, Lou. Ada apa? Maaf, tadi, Uncle sedang mengawasi ujian mahasiswa,” balas Jaslan.Louis terdiam sejenak mendengar pernyatan Jaslan. Namun kemudian, langsung ke pokok masalah setelah mendengar, sahabat Daddy-nya
William tersenyum penuh haru mendapat pernyataan dari putra bungsunya. Dalam hati ia berjanji untuk tekun berlatih otot agar dapat berjalan kembali. Melawan sisa-sisa racun dalam tubuh yang menyebabkan dirinya lumpuh.“Jadi, Daddy sudah mendukungku menjadi pembalap kan?”“Sesungguhnya masih terasa berat bagi Daddy. Tetapi, Daddy akan mencoba untuk mengerti bahwa obsesimu memang ke arah sana.”Wajah Louis ceria. “Itu sudah cukup. Terima kasih, Dad. Aku juga belajar bisnis dari pertandingan ini lho, Dad.”“Bisnis bagaimana?”“Yaah … banyak yang menawarkan kerjasama. Menjadi sponsor atau iklan sebuah produk automatif. Mobil yang aku pakai nanti saat bertanding juga merupakan mobil sponsor.”Kepala William mengangguk-angguk. “Siapa yang mengurusi semua kontrakmu?”“Managerku, Dad.”“Kapan-kapan kenalkan dia pada Daddy.”“Siap, Dad. Aku akan memintanya datang ke sini nanti. Mungkin dia juga perlu banyak belajar bisnis dari Daddy karena dia mengaku sudah mulai kewalahan dengan semakin banya
Akhir minggu ini, Keyna tidak kuliah. Setelah ujian, ia mendapatkan libur selama tiga hari. Akhirnya, setelah membilas diri dan berpakaian, wanita itu bermalas-malasan di sofa kamar dan menonton televisi.Sebenarnya ia ingin sekali menengok keadaan tuannya. Namun, mengingat masih ada Serena yang pastinya akan menghalangi dengan segala kesombongannya, ia memilih tetap di dalam kamar. Paling tidak, semua rutinitas dan kegiatan William sudah ia catat dan berikan pada Bastian.Meski demikian, dengan alasan tanggung jawab, akhirnya Keyna menanyakan keadaan William pada Bastian. Pelayan setia itu hanya mengatakan bahwa William sedang sarapan bersama Serena dan Louis di ruang makan.Sementara itu, di ruang makan.“Bagaimana iritasi kulitnya, Dad? Sudah membaik?” tanya Louis penuh perhatian.“Sepertinya semakin parah karena terasa perih dan agak gatal,” keluh William.“Aku sudah memberikan salep, kok,” tukas Serena.“Apa sebelum diberi salep, iritasinya dibersihkan dulu dengan steril water?”
Wajah Keyna maupun William memerah secara bersamaan. Walaupun mereka tau, Louis hanya sedang bercanda. Tetapi, keduanya merasa malu mendengar ucapan pemuda tersebut.“Ngawur kamu, Lou!” desis William.“Bercanda, Dad. Lagipula, bukankah itu hal yang baik jika ternyata benar Daddy sudah bisa bercinta?”“Bisakah kamu mengganti topik pembicaraan ini? Lagipula, bukankah tadi kamu sudah pamit akan pergi? Mengapa masih di sini?”“Tidak jadi, Dad. Itu sebabnya aku mencari Daddy. Sepertinya, aku harus pergi ke Jerman besok pagi untuk daftar ulang perlombaan,” ucap Louis.William mengembuskan napas berat. Ia baru saja akrab dengan putra bungsunya itu. Namun, kini, lelaki muda itu sudah harus kembali beraktifitas.“Jadi pertandingan balapnya nanti akan diadakan di Jerman?”“Betul, Dad.”“Kapan?”“Enam bulan lagi.”William mengangguk. “Apa ada yang bisa Daddy bantu?”“Ada!”“Apa?”“Berlatihlah dengan keras agar nanti Daddy benar-benar dapat melihatku bertanding di sirkuit.”Lelaki yang hampir ber
Keesokan harinya, ranjang dengan matras orthopaedic datang. Matras tersebut agak keras namun baik untuk kesehatan tulang punggung. Terdapat palang-palang yang bisa diatur di sekeliling ranjang tersebut. Palang-palang itu akan digunakan sebagai pegangan William saat akan berganti posisi.Hari ini, terapi William berfokus pada penggunaan palang-palang di ranjang. Keyna mengajari suami pura-puranya membalik tubuh dengan tumpuan kedua tangannya. sedikit demi sedikit, lelaki itu mulai bisa menyeret tubuh bagian bawahnya.William benar. Ranjang itu lebih nyaman ditiduri. Ranjang hidrolik kini telah dikeluarkan dari kamar. Sehingga hanya ada satu ranjang di sana. Sofabed yang digunakan Keyna tetap berada di pojok ruangan.Seharusnya Keyna merasa lega karena tidak perlu bersempit-sempit berbaring berdua dengan William. Namun, ia malah merasa kehilangan. Biasanya tanpa sadar, William menggenggam tangannya atau kakinya bergeser merapat kepada kakinya. Karena ranjang baru ini lebih besar, otomat