Share

2. Mendadak Menikah

"Membuat Anda sakit?” ulang Keyna dengan gugup. “Ta-tapi, Tuan, bagaimana caranya?”

“Kamu bisa membuat aku terkena stroke, lumpuh, atau komplikasi penyakit yang menyebabkan aku hanya terbaring di ranjang saja.”

Keyna membulatkan matanya lebar-lebar. "Astaga. Saya tidak mungkin melakukan hal-hal seperti itu, Tuan. Itu melanggar sumpah seorang dokter. Kami mengobati bukan memberi penyakit kronis."

William mendengus kasar. "Kamu belum disumpah karena belum menjadi dokter!"

Benar juga. Keyna memutar otaknya. Satu-satunya yang terlintas di pikirannya adalah lelaki di depannya ini ingin merekayasa hasil tes kesehatan agar mendapat uang asuransi yang sangat besar.

“Apa karena Anda ingin membohongi petugas asuransi untuk mendapatkan uang kesehatan?”

William mengernyitkan dahi. Seketika Keyna merasa bodoh. Dilihat dari hunian sangat besar yang dimiliki lelaki di depannya ini, ia memang pasti orang yang kaya raya. Wanita itu merasa telah menyinggung calon majikannya.

“Maafkan saya, Tuan William. Saya tidak bermaksud menyinggung perasaan anda,” ralat Keyna.

“Untungnya, aku tidak tersinggung sama sekali. Permintaanku memang aneh. Tetapi, itulah yang aku butuhkan. Kamu lihat? Ranjang di sana masih kosong, ruangan ini bahkan telah dipersiapkan untukku saat sedang sakit keras,” jelas Willam.

Sekali lagi Keyna menggeleng. “Saya ragu bisa menjalankan perintah Anda, Tuan William.”

“Gajimu seratus juta per-bulan. Aku bisa membuatmu melanjutkan kuliah di kota ini. Kamu bisa belajar sekaligus bekerja.”

Sungguh Keyna tergoda. Dengan gaji yang sebesar itu, ia bisa melakukan apa saja. Melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda, supaya kemudian bisa kembali menyambung kasih dengan Cedric, yang memang masih dicintainya. Dengan uang gaji yang besar itu, ia juga bisa menebus rumah ayahnya yang telah disita oleh bank.

“Boleh saya tau, apa alasan Anda membuat diri Anda sakit?”

William menggeleng. “Tidak sekarang. Lagipula, kamu akan tau sendiri nantinya.”

“Apa ada syarat lain yang harus saya penuhi?”

“Ya. Kamu harus menikah denganku.”

Bagai terkena sengatan listrik, Keyna berjengit kaget. Wanita itu mundur satu langkah. Matanya dengan waspada menatap lelaki di hadapannya.

"Me-menikah? Dengan anda, Tuan?" dengan terbata Keyna menjawab. Tanpa sadar matanya meneliti lelaki di depannya. Lelaki yang umurnya mungkin belasan bahkan puluhan tahun lebih tua darinya.

William tidak langsung menjawab. Seorang pelayan berpakaian jas rapi masuk ke dalam ruangan. Lelaki itu menunduk santun. Ia memberikan sebuah map kepada William.

"Baca baik-baik perjanjian ini, jika kamu mau bekerja di sini." William memberikan map itu kepada Keyna.

Tanpa menunggu jawaban Keyna, William segera keluar dari kamar. Tinggallah Keyna dengan pelayan berjas tersebut. Wanita itu menatap map berdesain mewah di tangannya.

"Anda boleh pulang sekarang, Nona Keyna. Silahkan menelepon ke nomer yang tertera pada surat perjanjian untuk memberikan keputusan. Waktu Anda hanya sampai jam dua belas malam."

Pelayan tersebut kemudian mengarahkan jalan menuju pintu keluar.  Sebuah taxi sudah menunggunya di depan pintu masuk. Keyna meninggalkan hunian mewah tersebut.

Dalam perjalanan menuju apartemen sewaan, Keyna membaca berkas yang diberikan William. Semakin di baca, ia semakin penat. Keyna sangat bimbang.

Sampai di apartemen, Keyna kembali membaca pelan-pelan isi surat kontrak tersebut. Ia akan bekerja sebagai perawat dan harus tinggal di mansion. Tidak disebutkan dalam perjanjian itu bahwa ia harus melayani kebutuhan biologis Tuannya selama menjalani pernikahan kontrak.

Hingga jam sebelas malam, Keyna sama sekali belum bisa memutuskan apakah ia akan bekerja pada Tuan William atau tidak. Ia membutuhkan uang banyak untuk membayar kuliah, membayar hutang sang ibu dan menebus rumah peninggalan ayahnya. Semua itu bisa ia atasi dengan pekerjaan yang ditawarkan kepadanya. Apalagi dengan tinggal di mansion, ia akan terhindar dari kejaran debt collector.

"Arrgghh. Kenapa juga waktu berpikirnya hanya sampai jam dua belas malam? Apa mereka kira aku Cinderella?" Keyna mendengus kesal.

Tepat lima menit sebelum jam dua belas malam, Keyna menelepon nomer yang tertera pada berkas perjanjian. Ia menyatakan bersedia bekerja pada Tuan William. Wanita itu hanya mendapat jawaban singkat, " Baik, Nona Keyna."

Entah jam berapa Keyna akhirnya tertidur. Tiba-tiba, ia terbangun saat mendengar pintu apartemennya digedor seseorang. Dengan langkah berat, wanita itu membuka pintu.

"Selamat pagi, Nona. Saya, Bastian, kepala pelayan Tuan William. Kita berangkat sekarang."

"Berangkat sekarang? Ke mana?" Keyna kebingungan.

Beberapa lelaki masuk ke dalam apartemen. Tanpa bisa membantah, Keyna mengikuti langkah seorang wanita yang menyeretnya perlahan. Mereka masuk ke dalam lift. Untung saja, saat itu Keyna menggunakan piyama panjang karena ia tidak diberi kesempatan untuk berganti pakaian.

"Sesuai perjanjian, Anda harus tinggal di mansion Tuan William mulai detik ini."

"Ta-tapi, saya belum berkemas."

"Barang-barang Anda akan dibereskan orang-orang Tuan William."

Mobil yang membawa mereka berhenti di sebuah hotel ternama. Wanita itu diarahkan berjalan hingga sampai ke depan sebuah pintu. Di dalam kamar itu Keyna didandani oleh seorang perias kemudian dipakaikan baju pengantin.

Keyna menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sangat cantik dengan busana pengantin dan riasan elegan. Sayang sekali, hari yang seharusnya adalah hari bahagianya menjadi hari sial. Hari di mana ia menikah dengan lelaki yang baru ia kenal dan memiliki perbedaan umur yang jauh dengannya, lelaki yang idealnya lebih pantas menjadi ayah ketimbang suami.

Tidak lebih dari sepuluh orang yang hadir dalam pernikahan tersebut. Tidak ada satu pun yang Keyna kenal. Proses pernikahan berlangsung sangat cepat.

Saat menandatangani dokumen pernikahan, Keyna membaca nama suaminya. William Summer Dalton.  Lelaki itu memasangkan cincin berbatu berlian di jari manisnya.

Tidak ada pesta setelah upacara pernikahan. Keyna langsung dibawa ke mansion dengan mobil yang berbeda dengan William. Wanita itu memperhatikan bahwa mobil mereka ternyata dikawal oleh para pengawal bermotor besar.

"Ini kamar kita." Tiba di mansion, William langsung mengajak Keyna ke kamar.

Kamar yang dimaksud adalah ruangan besar yang dialihfungsikan seperti ruang perawatan VVIP rumah sakit. Sebelumnya, wanita itu pernah ke kamar ini. Mereka kembali duduk di sofa.

"Pelajari semua hal tentang diriku. Sesuai dalam perjanjian, kamu harus membuatku lumpuh sementara. Kamu yang akan mengurusku. Mandi, makan, segala hal yang berhubungan dengan kesehatanku adalah tanggung jawabmu. Itu sebabnya aku menikahimu. Aku tidak ingin disentuh atau tinggal satu kamar dengan orang lain selain istri sendiri."

"Glek." Keyna menelan ludahnya sendiri.

Ingin sekali rasanya Keyna bertanya alasan apa yang membuat lelaki itu membuat dirinya sakit. Tetapi, dalam surat perjanjian, ia dilarang bertanya tentang apapun. Dan demi uang, ia akan bungkam.

Selama satu minggu, Keyna dipaksa mempelajari seluk beluk mansion. Ia juga harus mengenal kebiasaan-kebiasaan William. Selain itu, wanita itu harus menjaga pola makan sehat serta rajin berolahraga.

“Kamu harus bugar. Bagaimana kamu bisa mengangkat bobotku jika tubuhmu kurus begitu?” ejek William.

“Memangnya kenapa aku harus mengangkat Tuan?”

“Sekarang mungkin tidak. Tetapi, nanti jika aku lumpuh, kamu harus mampu melakukannya.”

Keyna mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. Beberapa hari ini ia cukup lega karena belum ada perbincangan tentang bagaimana membuat William lumpuh sementara. Ia bahkan berpikiran positif bahwa suami pura-puranya itu pada akhirnya mengurungkan niat awalnya.

“Mulai besok, kamu sudah dapat kuliah lagi. Pelajari seluk beluk tentang keadaan lumpuh seseorang dengan cepat. Tanyakan pada beberapa dokter spesialis syaraf yang kompeten.”

“Bagaimana dokter-dokter itu mau menerimaku? Aku hanyalah seorang mahasiswi. Mereka pasti sangat sibuk untuk sekedar meladeni pertanyaanku.”

Lelaki di samping Keyna mengulurkan sesuatu. Wanita itu menerima kartu dan membacanya. Kartu nama hitam elegan itu memiliki logo W berwarna emas dan bertuliskan ‘Will Universe.’

“Tunjukkan kartu nama tersebut pada dokter di sana,” ucap William seraya pergi meninggalkan Keyna sendiran.

Keyna mengerutkan dahi sembari membolak-balik kartu nama yang diberikan William tadi. “Huufff … apa istimewanya kartu nama begini?”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Siswoyo Raharjo
cepat sekali bab 2 ini habis.. langsung gas ke bab 3. makin penasaran
goodnovel comment avatar
putri
bagus nih ceritanya beda dgn yg lain
goodnovel comment avatar
uvuvwevwevwe osas
bagus alurnya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status