Share

Perjanjian Menikahi Bilioner Lumpuh
Perjanjian Menikahi Bilioner Lumpuh
Author: ReyNotes

1. Akibat Putus Cinta

"Keyna! Kenapa Cedric bilang kalian sudah putus?"

 Keyna yang sedang terduduk lemas dengan air mata di pipi mengerutkan kening, lalu menjawab, "Siapa yang memberitahu Mama?"

 "Barusan Mama menelepon Cedric."

 "Pasti Mama mau minta uang lagi 'kan? Kenapa sih Mama membuat aku malu saja?"

 "Cedric itu calon suamimu. Wajar kalau Mama minta uang. Sudah, jangan mengalihkan perbincangan. Apa benar, kalian putus?"

 Keyna mengangguk pelan. "Iya. Cedric memutuskan hubungan denganku."

 "Dasar anak bodoh!" maki Wina, ibu kandung Keyna. "Kamu tidak boleh putus dengannya. Kalian 'kan sudah merencanakan pernikahan."

 "Pernikahan batal, Ma.” Keyna mengukir senyum sinis untuk mamanya. “Kalau Mama tidak menghentikan biaya kuliahku, aku sudah lulus satu tahun yang lalu dan pernikahan itu tidak akan batal.”  

Masih jelas di benak Keyna kejutan yang diberikan sang kekasih tadi sore. Pertemuan yang ia kira akan berisikan kata-kata manis, justru berakhir tragis–untuknya. 

Perbedaan status keduanya ternyata membawa masalah besar. Cedric telah resmi mendapatkan gelar dokter umum. Setelah itu, ia bersiap untuk melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis. Sementara Keyna, gelar yang sudah nyaris di depan mata itu nyatanya begitu sulit digapai.

Tuntutan dari orang tua Cedric yang ingin memiliki menantu yang setara, sama-sama bergelar dokter membuat rencana pernikahan mereka akhirnya kandas. Mantan kekasihnya itu enggan untuk menunggu, meski ia sudah memohon pengertian pria itu.

“Akh, kamunya saja yang tidak bisa mengambil hati calon mertua.” Mata mamanya mendelik tajam ke arah Keyna tanpa peduli kesedihan yang gadis itu rasa. “Di mana lagi kamu mendapatkan calon suami tampan dan kaya raya seperti Cedric itu? Memang dasar kamunya yang bodoh!”

Keyna mengembuskan napas panjang. Ia berusaha menulikan pendengarannya dari caci maki mamanya yang tak henti. Saat pandangan matanya menunduk, saat itulah ia melihat sebuah koper besar tak jauh dari mamanya berada.

“Mama mau ke mana?” tanya Keyna, memotong rentetan kalimat mamanya.

“Pergi! Sudah nggak ada lagi yang bisa Mama harapkan dari kamu!” Wanita yang melahirkannya itu kemudian melemparkan sebuah amplop ke hadapan Keyna. “Karena sekarang Cedric sudah lepas tangan, maka itu jadi urusanmu.”

Cepat, Keyna membuka amplop tersebut karena penasaran. Dahinya kembali mengerut saat membaca amplop yang berisikan surat tagihan itu. 

“Tapi ini semua tagihan kartu kredit Mama!” Ia menolak secara langsung. Bola matanya kembali melebar kala melihat nominal uang yang ditagihkan di surat itu. “Lagian, Keyna nggak sanggup bayar ini, Ma.”

Sayang, mamanya menelengkan pandangan. Tangannya pun dengan sigap meraih gagang koper yang sudah gembung itu.

“Bukan urusan Mama. Siapa suruh kamu lepasin tambang emas kita!”

Setelahnya, mamanya langsung pergi tanpa menoleh lagi ke arah Keyna yang kehilangan kata-kata. Keyna melihat, sebuah mobil telah menunggu mamanya, seorang lelaki bahkan turun dan membukakan pintu untuk wanita yang dipanggilnya ibu itu.

Semuanya berawal saat Ayah kandung Keyna meninggal dunia. Ibunya memutuskan untuk tidak lagi membiayai kuliahnya, karena takut uang warisan akan habis. Sementara, ibunya sendiri hanya hidup berfoya-foya saja.

Sebenarnya, Keyna sudah bekerja, tetapi gajinya tetap tidak mencukupi untuk menutupi biaya kuliah, juga hutang yang ditinggalkan mamanya. Sebulan telah berlalu. Keyna bekerja keras hingga malam hari untuk menghidupi diri. Ia benar-benar dihimpit kesulitan. Teror dari debt collector pun mulai menyerang. Hingga pada suatu hari, ia dikagetkan oleh gedoran paksa beberapa orang yang menyuruhnya mengosongkan rumah.

‘RUMAH INI DISITA BANK’

Hari itu, jadi hari terakhir Keyna memijakkan kaki di rumah peninggalan ayahnya karena kini bank sudah mengambil alih kepemilikan rumah itu.

***

‘DICARI! PERAWAT UNTUK LANSIA, DIJAMIN GAJI BESAR!’

Satu pengumuman menarik perhatian Keyna. Dibacanya lamat-lamat informasi lowongan pekerjaan yang ada di sebuah situs pencarian kerja ternama. Walaupun lokasinya berada di luar kota, wanita itu tak peduli. Tidak ada lagi yang menahannya untuk tetap berada di kota ini.

Tak mau membuang waktu, Keyna segera menghubungi nomor kontak yang tertera dan menyatakan kesediaannya. 

Dan, di sinilah ia sekarang berada, di sebuah ruang besar yang berupa kamar, yang disulap menyerupai kamar perawatan VVIP sebuah rumah sakit. Berbagai macam peralatan medis yang canggih berada di sana. Namun, ranjang hidrolik di sana kosong, membuat Keyna mengernyit. ‘Ke mana pasiennya?’

Saat Keyna tengah meneliti sekeliling ruangan mewah itu, sebuah suara terdengar, hampir membuatnya berjengit.

"Selamat sore, Nona Keyna."

Keyna membalik tubuhnya. Seorang lelaki gagah menatapnya tajam. Kedua tangannya tersimpan di dalam saku celana panjang.

 "Selamat sore, Tuan ..."

 "William. "

 "Selamat sore, Tuan William." Keyna mengulangi sapaannya.

Tanpa membalas, William mengarahkan Keyna duduk di sofa yang berada di ujung ruangan. Mereka kini duduk berhadapan. Lelaki yang tidak muda lagi itu sedang membaca profil Keyna.

William Summer Dalton, seorang billionair berusia empat puluh delapan tahun kini menatap tajam wanita kurus di depannya. Di antara banyaknya pelamar, Keyna merupakan kandidat kuat yang akan bekerja menjadi perawat untuknya.

"Sekarang, coba periksa kesehatanku," pinta William setelah ia mengajukan berbagai pertanyaan.

Keyna mengangguk penuh percaya diri. Tugas yang mudah. Dengan cekatan, ia mengambil peralatan kesehatan yang telah disediakan.

Semua prosedur dilakukan Keyna dengan cermat. William memuji kecakapan Keyna dalam hati saat wanita itu mengambil darahnya. Lelaki itu tidak merasa nyeri sama sekali saat jarum suntik menusuk pembuluh venanya.

Beberapa saat kemudian, Keyna mengangsurkan hasil tes kesehatan William. Lelaki itu membaca sekilas. Wajahnya tampak datar saja.

"Hasil pemeriksaan tanda vital, fisik dan pemeriksaan penunjang, Anda sangat sehat, Tuan William."

Biasanya, seorang pasien akan sangat senang mendengar diagnosa tersebut. Namun, Keyna melihat lelaki di depannya ini tidak demikian.

"Aku tidak suka hasil tes itu." William melempar sembarangan hasil tes yang diberikan Keyna.

Tentu saja Keyna kaget dengan reaksi William. Ia mengulang kembali hasil pemeriksaannya. "Anda baik-baik saja, Tuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Masalahnya, aku ingin hasil tes itu buruk. Aku ingin sakit."

Keyna mengerjap-ngerjapkan mata. Apa ia tidak salah dengar? Lelaki di depannya ini mengatakan ingin sakit?

"Saya sungguh tidak mengerti maksud Tuan," balas Keyna.

William mengembuskan napas berat dan menjawab, "Tugasmu adalah membuatku sakit."

Garis muncul di antara alis Keyna. Ia semakin bingung dengan pernyataan lelaki di hadapannya yang berkali-kali mengatakan ingin sakit. Kepalanya menggeleng kuat tanda tak menyetujui permintaan aneh William.

"Membuat Anda sakit?” ulang Keyna dengan gugup. “Ta-tapi, Tuan, bagaimana caranya?”

ReyNotes

Haii, Reyreaders. Selamat membaca buku Rey yang kedua ini. Semoga suka, yaa. Tolong beri Rey semangat dengan menuliskan komen positif. Untuk visual tokoh-tokoh karakter dalam novel ini dan update cerita, bisa mampir ke media sosial ReyNotes. sehat-sehat selalu untuk semua Reyreaders.

| 5
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Siswoyo Raharjo
di bab awal ini sudah menimbulkan rasa ketertarikan diriku untuk meneruskan ke bab selanjutnya..
goodnovel comment avatar
Sri Aniwaty Kaharu
ibu jeyna jahat
goodnovel comment avatar
ReyNotes
awal yang menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status