Bab 14. Menyatakan. "Evee...." Arkan memegang dagu gadis dipangkuannya, lalu mendongakkan wajah Evelyn yang tertunduk untuk menatap wajahnya. "Kamu cantik." Mereka beradu pandang sesaat, lelaki bermata elang itu mengecup bibir Evellyn sedikit lama. "Sudah Tuan nanti anda terkena diabetes," ucap Evellyn saat Arkan melepas tautan bibirnya. Arkan pun mengernyitkan dahinya. "Tadi Anda bilang bibirku semanis kopi, Anda pun banyak menghabiskan kopi, nanti Anda overdosis, Tuan." Eve bicara sambil memalingkan wajahnya. "Kalo ini doping, agar aku semangat bekerja, supaya bisa cepat melunasi hutangku pada mu," ucap Arkan tersenyum, Kembali mengecupi wajah gadis yang duduk dipangkuannya. "Tuan, sudah... aku bukan anak kecil yang imut dan lucu, kenapa anda seperti ini!! Evellyn mencoba merenggangkan tubuh. Namun, sia-sia. "Eve, maafkan kata-Kata dan perbuatanku yang sering menyakiti hatimu," ucap Arkan tulus. Evellyn memandang mata Elang lelaki dihadapannya, mencari kebenaran ucapan
Bab 15. Masalah. "Kau tak ingat seperti apa wajah pemuda itu?" tanya Arkan penasara. Dan gadis ini hanya menggeleng. "Pemuda itu ada dihadapanmu sekarang Eve!" ucap Arkan. "Hhaaaahh, sungguh kah? Kalian seperti dua orang yang berbeda." ucap Evellyn tak percaya, dia terperangah. "Lama aku memperhatikanmu Eve, aku mengikuti saranmu, aku pergi menuntut ilmu agama, setelah satu tahun aku kembali lagi aku mencarimu dan tak pernah ku temukan." Arkan menceritakan pencariannya selama ini. "Ketika aku kembali dan akan menemuimu, aku membawakan parfum ini, untuk ku berikan padamu. Agar kau selalu mengingatku," "Karna kau tak kutemukan aku bawa kembali parfum ini, sesekali kucium parfum ini saat mengingatmu." Arkan menjeda ucapan. "Malam itu kau gunakan parfum ini, membuatku tak sadarkan diri ingin menjamahmu, maafkan aku Eve," ucap Arkan menyesal. "Kau berhak atas diriku, Tuan. Aku berterimakasih atas semua pertolonganmu kepada orang tua ku," ucap Evellyn. Mereka pun kembali ke hu
Bab 16. Yeeyyyy Akhirnya. "Bos, kau tidur?" Ervan melongok ke dalam kamar yang ditempati Arkan. "Masuklah," jawab lelaki itu. Dia membangunkan tubuhnya, lalu berjalan menuju kursi yang berada di dekat jendela. "Semua sudah terlacak Bos, Bram dalang semua ini, anak buah kita sudah menemukan siapa yang menaruh barang haram itu dan mereka sedang digelandang ke kantor Polisi. "Tapi sepertinya sulit untuk kita memperkarakan Bram, dia menjalin kerjasama dengan mafia bawah tanah," terang Ervan lagi. Arkan hanya mendengarkan informasi dari asistennya. Otaknya berfikir bagaimana caranya bisa memburu komplotan yang ingin menghancurkannya. "Kau mau istirahat di sini atau pulang Bos?" tanya Ervan. Tanpa menjawab Arkan menyahut kunci Mobil. "Baiklah Bos, sangat di mengerti," ucap Ervan tersenyum. Dengan langkah lebar Arkan menuju mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi seperti membelah angin. Dia meninggalkan rumah rahasia tempatnya bersembunyi sementara jika ada masalah b
Bab 17. Hanya Masa Lalu "Brengsek." Bram mengebrak meja."Kalian semua bodoh." Bram meninju satu persatu anak buahnya yang gagal dalam tugas kemarin. Dia menelfon seseorang. Setelah menelfon dia sedikit tenang, karna Untuk saat ini ia masih bisa melenggang bebas. Jika dia sampai tertangkap dia bisa dideportasi dan akan sulit untuk kembali ke sini. Dia berjanji tak akan lagi menginjakkan kaki di Indonesia jika dendamnya telah terbalas. Bram mengingat awal kehancurannya, ketika saat dia bersaing tender proyek bernilai fantastis, Bram yakin jika dia akan mendapatkan proyek ini dan mengalahkan Arkan.Namun semua di luar perkiraannya dia kalah puluhan milyaran bahkan rumah yang ditinggalinya ikut tersita.Hanya iatrinya yang selalu mensuport dan menyemangati hingga bisnisnya kembali berkembang. Walaupun Bram tak bisa memiliki keturunan, karna sperma Bram bermasalah tetapi istrinya tetap setia disampingnya.
Bab 18. Pencarian. Evellyn memandang suaminya yang berdiri melihat ke arah mereka, satu tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana. Arkan membalikkan tubuh meraih ponselnya lalu menelpon Ervin. Beberapa saat Ervin tiba, mereka berembug mencari solusi yang terbaik."Nat ada tugas untukmu sekarang juga." Ervin meenghubungi Nathan. Mereka berembug lewat vidiocall. Mereka mencari lewat sambungan Gps namun telponselular alisa jatuh tak jauh dari sekolah. Nathan menyebar anak buahnya, pun sudah mencari di rumah Allena dan Bram. Namun, mereka tak menemukannya. Mereka pun mengamankan bandara dan pelabuhan. Akan tetapi belum juga membuahkan hasil. Allena pulang dengan harapan Bram mau menemuinya. Nyawa akan dia berikan asal adiknya selamat. Penyemangat hidupnya adalah adiknya. Orang tua? Jika bisa memilih Allena tidak ingin terlahir dari orang tuanya.Allena masuk rumah, beberapa orang suruhan Arkan mengintai d
Bab 19. Penyelamatan.Beberapa orang memindik mengamankan tempat yang diduga terdapat seorang wanita dibawa ketempat ini. Beberapa orang berperawakan besar diringkus dan dibawa ketempat aman. Seorang lelaki membuka pintu dengan perlahan. Terdengar teriakan seorang perempuan yang diduga sedang mengalami kekerasan. "Angkat tangan!" Seorang tentara berpakaian preman menodongkan pistol tepat di kepala belakang Dad. Dad yang sedang kesulitan mencumbu gadis dalam kungkungannya menghentikan aksinya. Dengan perlahan lelaki bertubuh besar itu mengangkat badannya, tangannya dia angkat ke atas. Nafasnya masih memburu antara kesal dan bernafsu. "Borgol." teriak seorang tentara yang menodongkan pistol, pada team yang berada dibelakangnya. Arkan masuk dan mengerudungi rambut Evellyn yang acak-acakkan dengan kemejanya. Hijabnya entah berada di mana, pakaiannya masih utuh melekat ditubuh, Allah masih menjaganya.
Bab 20. Rencana.Dua pasang sejoli ini turun dari mobil. Mereka bergandengan tangan saat memasuki lobi kantor. "Tuan Arkan," seseorang memanggil Arkan. Mendengar ada yang memanggil namanya Arkan memalingkan wajah pada asal suara.Seseorang berjalan lebar menghampirinya. Mereka saling berjabat tangan Arkan pun memperkenalkan Evellyn. "Bisa kita bicara Tuan," tanya lelaki bertubuh sedikit gemuk berperawakan besar. "Mari ke kantor Mr, " ucap Arkan. "Maaf Tuan saya sedang terburu-buru tapi saya harus menyampaikan masalah ini," ucap mr frans. "Oke kita bicara di sana." Arkan menuju kursi tunggu. "Eve ayo." Arkan menarik tangan Evellyn namun wanita itu menepis gengaman tangan suaminya. "Aku tunggu di sana saja," ucap Evellyn dia menunjuk sofa tunggu. ia merasa tak enak jika ikut mendengarkan urusan pekerjaan suaminya. Untuk mengurangi jenuh wanita berparas cantik itu mengambil majalah dari
Bab 21. Kejutan. "Terimakasih." Evellyn mematiakn panggilannya pada sekretaris Arkan. Netranya melihat pada jam dinding yang tertempel di atas televisi. Wanita berkulit putih itu segera menyiapkan makanan.Setelah itu dia mandi dan merias diri, dia gunakan pakaian terbaiknya.Pintu terdengar sedikit terbuka Evellyn bersiap menyambut suaminya.Dia rapikan rambutnya lalu disandarkan tubuhnya ditembok, satu telapak kakinya dia tempelkan pada dinding. Dia berdiri dengan posisi menantang.Ceklek... Pintu terbuka. Arkan terbelalak mendapati Evellyn menunggunya dengan pakaian kurang bahan dan dengan pose menantang juga senyum yang selalu menggoda. Dengan sembarang Arkan melempar tasnya tak perduli jika isi didalamnya mengalami kerusakan. Lelaki itu langsung menyambar tubuh istrinya dan membopongnya menuju kamar. "Ha ha haaaa... Evellyn tertawa terbahak-bahak melihat reaksi suaminya. Tanpa banyak