Share

Bab 7 Ternyata Baik.

Bab 7. Ternyata Baik.

Arkan kembali melihat ke Arah Evellyn yang meringkuk dibawah sana.

"Heyyy... kau boleh tidur disampingku, asal tak melebihi batas," ucap Arkan mengeraskan sedikit suara.

Tanpa aba-aba untuk kedua kali Evellyn menyingkab bedcover yang menutupi tubuhnya, membangunkan tubuh dan berjalan menuju ranjang. Netranya melirik ke arah wajah Arkan yang memejamkan mata saat Evellyn melintas dihadapannya. Terbit tersenyum smirk di bibir Evellyn.

Di taruh bantal yang dia bawa di kepala ranajang dan sebelum naik ke atas ranjang dia kembali berjalan ke kamar mandi. Sengaja dia lalukan untuk melancarkan aksinya yaitu menggoda.

"Hey... mulai besok pakailah pakaian yang sedikit tertutup, tubuh buruk jangan kau expose tak enak dilihat," suara Arkan terdengar kesal, ketika Evellyn sudah menyelimuti tubuhnya.

"Baik, Tuan," ucap Evellyn, dia memiringkan tubuhnya menghadap Arkan.

"Bilang saja kau tergoda Tuan," batin Evellyn, bola mata coklat itu menatap punggung Arkan dia tersenyum tipis lalu kembali terlelap.

Karna tak bisa tertidur kembali Arkan mengambil air wudhu dia melaksanakan solat tahajud memohon ampunan atas kesalahannya kemarin menyentuh kembali minuman keras yang sudah lama dia tinggalkan.

Pagi pun menjelang matahari menyingsing malu-malu. Dua anak manusia di satu ruangan dengan aktivitas masing-masing.

"Ini." Arkan menyerahkan kartu berwarna hitam.

"Untuk apa? "

"Gunakanlah, bukankah wanita suka berbelanja," ucapnya.

"Belanjalah pakaian layak pakai, itu pakaian yang kamu pakai...." Arkan tak melanjutkan perkataannya hanya memandang Evellyn sesaat, lalu mengalihkan pandangannya.

"Oh iya, mulai hari ini kau risign kerja, aku tak suka lihat wanita bekerja setelah bersuami," ucap Arkan datar, Evellyn diam tak menanggapi perkataan Arkan.

"kenapa? Keberatan? " mata Elang Arkan memincing melihat expresi Ecellyn seperti keberatan.

"Aku masih harus membiayai keluargaku," ucap Evellyn pelan wajahnya ia tundukkan.

"Berapa engkau beri ibumu tiap bulan?" tanya Arkan.

"10 juta," jawab Evellyn tak enak hati.

Arkan mengeluarkan satu kartu lagi. " Berikan ibumu 20 juta setiap bulannya."

Evellyn terbelalak. Tadi dia hanya asal ucap, gajinya pun tak sampai 10jt/ bulannya. Dengan mudah suaminya memberikan jatah bulanan pada orang tua angkatnya. Dan sebanyak ini.

Sampai kapan dia mendapat kenikmatan ini. Bisa jadi sampai Arkan menceraikannya. Karna pada surat perjanjian tertulis jika saatnya sudah tepat maka Arkan akan membebaskannya.

Arkan belalu dari hadapan Evellyn, pergi membuka pintu depan.

"Tuan mau kemana? bukankah ibu menyuruhmu cuti kerja," tanya Evellyn.

"Berenang," ucap Arkan masih dengan suara datar menuju lift.

Setelah Arkan tak terlihat Evellyn menelpon customer service menanyakan kolam renang . Setelah tau ia mengambil baju renang muslimahnya, "untung kemarin aku masukin," monolog Evellyn sambil tersenyum jahat ingin menggoda Arkan.

"Berguna juga kamu."

Sudah lima kali bolak-balik Arkan menyelami kolam renang ini. Tapi Adrenalin kelelakian di tubuhnya belum mereda. Dia terlihat stres.

Kalo dulu Allena hanya berada didekatnya, jarang sekali bersentuhan, namun kini dia harus berada satu kamar dengan wanita yang halal dia sentuh dan selalu menunjukkan lekuk tubuhnya.

Baru dua hari tinggal bersama Evellyn, dia mampu memporak porandakan jiwa kelelakian Arkan. Semua karna ulahnya juga meminta Evellyn menggosok-gosok tubuhnya kemarin.

Arkan mengistirahatkan tubuhnya di kursi panjang menghadap pintu masuk. Dia melihat seorang wanita masuk berjalan anggun bak pragawati. mengenakan pakaian renang muslimah.

Beberapa orang dibelakangnya yang melihat kearah wanita itu berkimentar berkomentar cantik. Dan Arkan mengakui jika wanita ini cantik. Arkan mengernyitkan dahi, mencoba mengingat. Dari cara berjalan Arkan sepertinya dia familiar dengan wanita ini.

Byuurrr....

Si wanita menceburkan diri berenang lihai meliukkan badan. Sesaat kemudian si wanita meraih pinggiran kolam dan menengadahkan wajahnya ke arah Arkan, lalu memberikan senyum semanis madu.

Alangkah terkejutnya Arkan, yang dilihatnya adalah wajah Evellyn, istrinya, dengan cepat Arkan mengangkat tubuh Evellyn, membuka handuk mandinya dan memakaikan pada tubuh Evellyn.

"Kau gila! Semua orang memandangimu," ucap Arkan pelan di telinga Evellyn, Arkan menarik tangan wanita di depannya dengan keras. Beberapa pengunjung memandangi mereka.

"Aduh,,, Tuan kau menyakitiku," ucap Evellyn mengernyitkan wajah menahan sakit.

"Katakan jika ingin berenang, aku booking sebelumnya, agar tak ada yang melihatmu berpakaian seperti ini," ucap Arkan emosi ketika sudah berada di dalam Apartemen.

"Ini pakaian renang muslimah, Tuan. lihat!" Evellyn memutar badannya.

Arkan tak ingin melihat penampakan wanita didepannya, dengan langkah lebar di masuk ke kamar dan menuju kamar mandi. Bukannya adem, semakin bertambah panas pikir Arkan.

Di dalam kamar mandi hasratnya memuncak, setelah lama mengguyur kepalanya dengan air dingin hasratnya kembali mereda dia keluar dengan keadaan lebih baik.

"Kami dalam perjalanan Bu," ucap Arkan melalui sambungan telpon.

Tak ada percakapan sejak kejadian di kolam renang. Arkan berusaha menutup matanya setiap ada bayangan Evellyn melintas, sama sekali dia tak ingin melihat sosok pendamping hidupnya yang seperti selalu menggodanya.

Kenapa jadi kacau begini Arkan mengacak rambutnya frustasi. Dia menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil. Dan Evellyn tak Merasa bersalah, dia wanita dewas tau apa yang dirasakan Arkan. Dan Evellyn sedikit senang melihat Arkan tersiksa.

Evellyn melirik kearah Arkan yang memejamkan mata. bibirnya tersungging. "Ini belum seberapa, Tuan. Kalau kamu terus-terusan mencoba memusuhiku, akan aku balas dengan yang lebih kejam." Hati Evellyn tersenyum bahagia.

Mobil masuk ke dalam pekarangan rumah, namun dihalau oleh pak satpam untuk putar balik.

"Tuan Nyonya memerintahkan agar langsung berangkat ke rumah Nona Evellyn rombongan sudah siap semua.

"Apa? Rombongan? " Arkan mengernyitkan dahi.

"Iya, nyonya menggelar doa bersama anak yatim piatu mereka sudah berada di dalam bis di pertigaan jalan depan," ucap pak satpan.

Tanpa memberi aba-aba lagi mereka menuju rumah Evellyn beserta rombongan.

Sampai di sana Ibu Evellyn dibuat kaget, namun Ibu-nya Arkan sudah menyiapkan segalanya sehingga orang tua Evellyn tak terepotkan dengan kedatangan mereka.

Pengajian digelar, semua mendoakan kebaikan pernikahan Evellyn dan Arkan. Evellyn memanjatkan doa dengan khusu. Begitu pun dengan Arkan. Hanya mereka yang tau doa apa yang mereka panjatkan.

Ramah tamah dilakukan kedua keluarga. Keluarga Arkan begitu ramah, terutama Ibunya yang humble, Ibunya mampu menempatkan diri dimana pun.

"Nak titip Evellyn ya, dia anak yang baik, berikan kasih sayang kepadanya seperti kami mengasihinya," ucap Ibu Evellyn menggenggam jemari Arkan saat pamit pulang.

"Insha Allah Bu," hanya itu yang bisa Arkan jawab. Dia tak mau memberi janji manis Jika tak dapat menepatinya.

"Eve mampir kerumah dulu ya," ucap Ibunya Arkan.

Eve melihat ke arah Arkan.

"Baiklah," ucap Arkan, dia berfikir lebih baik dia menginap beberapa hari dirumah ibunya menenangkan pikiran.

Setidaknya di rumah Ibunya banyak topik pembicaraan dan banyak teman, bisa untuk mengalihkan pikiran yang tidak baik, pikir Arkan.

Malam berganti pagi, Arkan sudah berpakaian rapih akan berangkat ke kantor. Semalam dia tidur dengan nyenyak karna tak ada gangguan.

"Tuan!" semua orang di ruang makan menengok ke asal suara.

Evellyn menutup mulutnya keceplosan.

"Maksudku, eemm... sayang, boleh ya aku ke kantor sebentar memberikan surat risign," ucap Evellyn gugup.

"Berikan lewat Email saja." jawab Arkan dengan mode dingin melebihi Es kutub utara.

"Tapiii...."

Arkan tak mau mendengar alasan Evellyn, Ia bangkit dari kursi makan, berpamitan pada ayah ibunya lalu menuju mobil yang sudah menunggu.

Namun sebelum masuk ke dalam mobil, Arkan mengulurkan tangannya pada Evellyn yang mengikuti untuk dicium Evellyn, lalu dia menarik tubuh Evellyn dan mengecup keningnya, membuat Evellyn terbelalak.

Evellyn terus memandang kepergian suaminya dengan was-was. Apakah gerangan yang akan dilakukan suaminya nanti, kenapa tiba-tiba dia mengecup keningnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status