21++ Bruk! Tarikan di pinggang membuat Eve langsung terjun ke atas pangkuan Bastian. Bibirnya disumpal oleh ciuman pria itu. Bibir mereka saling mencecap. Eve menghilangkan akal sehatnya sendiri. memilih untuk menikmati setiap momen bersama mantannya ini. Sebelum besok ia kembali ke realita dan kisah percintaannya yang sempurna. Memilih untuk bersenang-senang sebentar saja… “Bas..” lirih Eve saat ciuman mereka terlepas. “Kau bilang saat aku bisa menangkapmu. Aku bisa melakukan apapun…” Bastian mengusap helaian rambut Eve ke belakang. “Jangan mengingkari janjimu.” “Aku juga penasaran.” Bastian mengusap bibir bawah Eve. Kilatan dari bibir Eve yang disebabkan oleh saliva mereka yang sempat saling bertukar. “Sejauh mana kalian melakukannya.” Jemarinya menurunkan selimut yang membungkus tubuh Eve. “Dulu aku menahan diri mati-matian meskipun kau gencar sekali menggodaku. Tapi aku tidak bisa menahan lagi sekarang.” “Meski kita melakukannya hari ini. tapi besok, kita
Eve berlari sekuat tenaga. Berlarian di atas dermaga. Di bawah sinar rembulan dan bintang-bintang. Eve tertawa—ia menoleh ke belakang. Bastian sedang berlari mengejarnya. Bastian yang bertekad menaklukan Eve sampai menghiraukan keadaannya sendiri. Berlari—terus berlari sampai bisa menangkap pinggang Eve dari belakang. Namun…. “Akh!” Bastian meringis kesakitan setelah memeluk Eve dari belakang. Bastian melepaskan pelukannya. Ia mundur—terduduk di bawah. “Bastian!” Eve menunduk—melihat kaki Bastian yang sakit. “Tidak usah.” Bastian menarik kakinya. “Bantu aku berjalan.” Eve menggeleng. “Tidak. aku harus melihatnya dulu.” Eve kekeh ingin melihat kaki Bastian. “Eve!” seperti membentak. Bastian hilang kendali karena Eve berusaha melihat kakinya. “Kenapa?!” sahut Eve tidak mau kalah. “Kau selalu menghawatirkanku. Kau selalu memastikanku aman. Tapi sekarang aku berusaha melakukannya juga untukmu. Dan kau melarangku?” Bastian menghela napas pelan. “Maaf. Aku hanya
Eve memejamkan mata. Di bawah sana tubuh Bastian menekan tubuhnya. Bibir pria itu tidak berhenti mencecap bibirnya. “Ah!” Eve membuka bibirnya. Bastian tersenyum samar sebelum memperdalam ciuman mereka. membawa kedua kaki Eve melilit pinggangnnya. Ia mengusap pipi perempuan itu sembari memperdalam ciuman mereka. Bastian mengakses lebih dalam bibir Eve yang begitu manis. Lidah mereka saling berpangut. Eve menyadari—meski ia sedikit kehilangan kesadarannya. Tapi semua ini nyata dan sulit untuk ditolak. Ia membiarkan Bastian menyentuhnya—menciumnya lebih dalam. Tubuhnya pun tidak menolak. bahkan mungkin rindu? Bastian melepaskan ciuman mereka—napas Eve terengah. Bastian tersenyum—menatap bibir Eve yang sudah membengkak. Lalu… Matanya menyipit—terlihat sedikit memincing ketika melihat sebuah tanda yang berada di leher sampai dada Eve. Jemarinya terangkat—menyentuh leher Eve perlahan. “Sejauh mana kau melakukannya dengan dia?” Eve mengangkat kepalanya. tangan
“Astaga…” Bastian menatap Eve yang sudah berenang di bawah sana. Air laut di sini begitu tenang. Untuk berenang tidak masalah meski air lumayan dingin. “Kau balik badan dulu!” mengusir Bastian. “Kau mau apa? jangan aneh—” “Aku akan melepaskan dressku. Aku tidak bisa berenang leluasa dengan dress ini.” “Kau akan telanjang!” “Telanjang apanya? Aku masih menggunakan pakaian!” Eve mengusir Bastian lagi. Akhirnya Bastian berbalik badan. “Jangan berbalik. Awas saja sampai mengintipku!” Eve melepaskan dressnya. Sehingga ia hanya menggunakan tanktop dan celana pendek saja. “Sudah!” Eve menyelam lagi dengan leluasa. Meski sebenarnya gelap. Ia tidak terlalu bisa melihat air di bawah sana. Cahaya dari Yacht tidak bisa menyinari air laut sampai bagian dalam. Tapi meskipun seperti itu, ia masih bisa melihat ikan kecil. Bastian minum anggur sembari duduk di tepi. Melihat Eve, tetap memastikan bahwa wanita itu aman. “Eve kau mabuk?” tanya Bastian. Eve
“Kau bicara apa?” Bastian mengambil tisu. Diusapkan pada sudut bibir Eve. “Makanlah dengan benar baru berbicara.” Eve memejamkan mata. Mengantur napasnya perlahan. Apakah hatinya mulai goyah…. Tidak! Eve menggeleng pelan. Ingat Eve, kau menjalin hubungan dengan Nicholas selama 3 tahun. Selama itu pula Nicholas yang selalu berada di sisimu. Bukan Bastian. “Kau harus ganti pakaian dulu. aku akan mengajakmu ke suatu tempat.” Eve bertopang dagu. Menatap pemandangan luar. Sudah malam—pantainya menjadi gelap. Namun masih cantik dengan penerangan yang ada. “Kenapa tidak sekarang saja?” tanya Eve. “Aku sudah selesai makan.” “Kau kedinginan. Ganti dulu pakaianmu.” “Aku ingin berenang lagi.” Eve tersenyum. “Biarkan aku berenang.” “Kau bisa sakit.” Bastian yang mulai kesal dengan Eve yang selalu membangkang. “Setelah menculikmu, aku harus mengembalikanmu ke rumah dalam keadaan sehat.” Eve tertawa pelan. “Jadi kau sadar kau menculikku?” “Tidak sepenuhnya karena kau
“Tidak—” Eve mengernyit. ia menghela napas pelan. “Aku hanya senang bisa liburan setelah sekian lama.” Eve mengusap air matanya secepat kilat. Ia kemudian berlari—sampai di hadapan air. “Pakaianmu bisa basah,” peringat Bastian yang berada di belakang. “Apa tidak ada pakaian ganti?” tanya Eve sedikit berteriak. “Ada! Tapi kau bisa sakit! Apalagi udaranya dingin!” Eve mengibaskan tangannya. “Tidak masalah!” Ia mendekat—air sudah menyentuh kakinya. “Jangan jauh-jauh Eve!” teriak Bastian. Seperti seorang ibu yang menjaga anak. Bastian tidak mau menyentuh air. Ia berada di sebuah kafe kecil. Di sanalah orang-orangnya menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka berdua. Bastian duduk sembari minum air kelapa yang menyegarkan. Ia tersenyum kecil melihat Eve yang begitu bersemangat. “Ke sinilah!” Eve melambaikan tangannya. Bastian menggeleng. “Tidak usah!” “Kalau begitu aku akan berenang ke tengah!” Eve menceburkan dirinya seperti pohon kaku yang masuk ke dalam ai