“Shitt.” Eve tertatih. Membawa selimut membungkus dirinya. Memeluk selimut itu kuat agar tidak terjatuh. Ia bangkit dari ranjang. meninggalkan Bastian yang masih tertidur. Ia meraih tasnya—memeriksa ponselnya. Begitu banyak pesan dari Nicholas. Eve segera membalasnya. ‘Maaf aku sangat sibuk. aku baru kembali ke rumah sakit tengah malam.’ Eve menyugar rambutnya. pelan. Ia bertopang pada meja. Tubuhnya terasa remuk. Memejamkan mata—mengumpulkan tenaganya untuk pergi membersihkan diri. Kepalanya juga berat, padahal ia hanya minum sedikit anggur saja. Sampai ada tangan yang menyelinap di pinggangnya. “Sakit?” tanya Bastian dengan suara yang serak. “Tidak terlalu.” Eve menoleh ke belakang sebentar. “Bersandarlah padaku.” membawa tubuh Eve bersandar pada tubuhnya. memeluk pinggang Eve yang terbalut dengan selimut tebal. Eve sedikit terpekik saat tubuhnya terangkat. Bastian membawanya duduk di atas pangkuan pria itu. “Aku tidak ingin kembali.” Mengecup leher Eve pe
21++ “Apa kau mabuk, Eve?” tanya Bastian memastikan lagi. “Aku tidak mau saat besok kau bangun, kau pergi begitu saja.” “Kalaupun aku mabuk, aku juga ingat apa kita lakukan.” Eve menoleh ke belakang. “Kau pun tidak akan memperbolehkanku menarik ucapanku meski aku tidak ingat.” Bastian menunduk—mengecup punggung telanjang Eve lagi. “Bagus. kau tahu permainannya.” Bastian mendorong miliknya lagi. meloloskan miliknya dengan susah payah ke dalam milik Eve. “Ahh!” Eve mengernyit. “Sangat dalam.” Ia menoleh ke belakang. “Pelan-pelan saja ahh!” “Iya baby.” Bastian menarik dagu Eve—mencium bibir wanita itu kembali. Lidah mereka saling berpangut. Bastian memperdalam ciuman mereka. Saliva mereka yang saling bertukar. Sedangkan milik mereka yang sudah menyatu di dalam sana. “Hmmh!” Eve merintih. “Anggh..!” bibirnya yang masih tersumpal dengan ciuman Bastian. Remasan yang kuat di dadanya membuat Eve tidak berhenti merintih. Rintihan dan suara percintaan mereka terdeng
21++ Ruangan yang dipenuhi dengan suara hasrat tak tertahan. Jendela yang terbuka membuat angin leluasa masuk. Meski angin yang masih cukup kencang nyatanya tidak memandamkan gairah kedua insan yang sedang saling menyentuh itu. “Yaaa di sana…” Bastian bersandar—tangannya mengusap puncak kepala Eve. Eve menyentuh milik Bastian secara langsung. Eve mendongak—menatap Bastian yang sedang memejamkan mata. Jakun pria itu naik turun. Dengan lembut tangannya meremas milik Bastian. ukurannya yang melebihi ekspektasi Eve. “Hahh shiitt..” Bastian membuka mata—Eve sedang menunduk. “Tidak bisa.” Bastian bangkit—mengangkat tubuh Eve lalu membaringkannya di atas ranjang. “Aku tidak bisa membiarkannya terlalu lama.” Bastian mengusap pipi Eve perlahan. “Kau yakin melakukannya denganku?” Eve mengangguk kecil. “Kita sudah melakukannya. untuk apa menundanya, toh ke depannya kau juga akan menyentuhku?” dengan senyum miring. Bastian terkekeh. “Kau pintar.” Bastian menarik nakas—m
21++ “Ahh!” Eve membuka bibirnya—ciuman mereka kian liar. Bastian melucuti semua pakaian Eve. Tubuh mereka yang awalnya kedinginan, sekarang berkeringat. Gairah yang sama-sama mereka rasakan membuat tubuh mereka benar-benar panas. Eve membiarkan Bastian melucuti semua pakaiannya sampai tubuhnya tidak menggunakan satu helai benangpun. Sedangkan pria itu bangkit setelah menindihnya. Tubuhnya yang kekar dan besar berada di hadapannya. Sedang melepaskan sisa kain yang tersisa. Tubuh yang ia kagumi dan begitu ia sukai dari dulu. Dari tampilannya sampai wangi. “Kau mengaguminya?” tanya Bastian sembari menampilkan smirknya. “Kau bisa menyentuh dan menciumnya sesukamu.” Eve mengerjap—jantungnya kian berdetak cepat. Perasaannya kian tidak menentu. Senang, namun juga gelisah. Cemas namun menantikan apa yang selanjutnya mereka lakukan. Di sisi lain—gairahnya juga semakin terbakar. Ia menggigit bibir bawahnya. “Eve, jangan menggigit bibirmu. Hanya aku yang bisa melaku
21++ Bruk! Tarikan di pinggang membuat Eve langsung terjun ke atas pangkuan Bastian. Bibirnya disumpal oleh ciuman pria itu. Bibir mereka saling mencecap. Eve menghilangkan akal sehatnya sendiri. memilih untuk menikmati setiap momen bersama mantannya ini. Sebelum besok ia kembali ke realita dan kisah percintaannya yang sempurna. Memilih untuk bersenang-senang sebentar saja… “Bas..” lirih Eve saat ciuman mereka terlepas. “Kau bilang saat aku bisa menangkapmu. Aku bisa melakukan apapun…” Bastian mengusap helaian rambut Eve ke belakang. “Jangan mengingkari janjimu.” “Aku juga penasaran.” Bastian mengusap bibir bawah Eve. Kilatan dari bibir Eve yang disebabkan oleh saliva mereka yang sempat saling bertukar. “Sejauh mana kalian melakukannya.” Jemarinya menurunkan selimut yang membungkus tubuh Eve. “Dulu aku menahan diri mati-matian meskipun kau gencar sekali menggodaku. Tapi aku tidak bisa menahan lagi sekarang.” “Meski kita melakukannya hari ini. tapi besok, kita
Eve berlari sekuat tenaga. Berlarian di atas dermaga. Di bawah sinar rembulan dan bintang-bintang. Eve tertawa—ia menoleh ke belakang. Bastian sedang berlari mengejarnya. Bastian yang bertekad menaklukan Eve sampai menghiraukan keadaannya sendiri. Berlari—terus berlari sampai bisa menangkap pinggang Eve dari belakang. Namun…. “Akh!” Bastian meringis kesakitan setelah memeluk Eve dari belakang. Bastian melepaskan pelukannya. Ia mundur—terduduk di bawah. “Bastian!” Eve menunduk—melihat kaki Bastian yang sakit. “Tidak usah.” Bastian menarik kakinya. “Bantu aku berjalan.” Eve menggeleng. “Tidak. aku harus melihatnya dulu.” Eve kekeh ingin melihat kaki Bastian. “Eve!” seperti membentak. Bastian hilang kendali karena Eve berusaha melihat kakinya. “Kenapa?!” sahut Eve tidak mau kalah. “Kau selalu menghawatirkanku. Kau selalu memastikanku aman. Tapi sekarang aku berusaha melakukannya juga untukmu. Dan kau melarangku?” Bastian menghela napas pelan. “Maaf. Aku hanya