Share

Chapter 3

Penulis: Iamyourhappy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 10:16:33

Keputusan sudah diambil. Sebagai hukuman—Vando dan Bastian di hukum membersihkan toilet. Orang tua Vando juga menerima lapang dada hukuman anak mereka tersebut. Sekarang di ruangan BK hanya ada Yerin dan Arsen.

“Saya ingin membicarakan tentang Bastian pada anda.” Yerin membuka buku catatan pelanggaran.

“Lakukan dengan cepat,” balas Arsen yang duduk di depan Yerin.

Dilihat dari caranya duduk saja sangat angkuh dan arogan. Yerin menahan diri agar tidak mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

“Bisa dilihat di sini.” Yerin menunjukkan catatan pelanggaran yang dilakukan Bastian.

Satu buku itu penuh dengan catatan nama Bastian beserta pelanggarannya.

“Bastian melakukan banyak pelanggaran sekolah.”

Arsen membuka kacamata hitamnya. “Lalu? Anda ingin saya memberitahu Bastian agar tidak melanggar aturan sekolah lagi?”

“Bukan itu.” Yerin menggeleng. “Yang dibutuhkan Bastian bukanlah kemarahan. Tapi dukungan. Yang anda harus lakukan adalah mendukungnya bukan memarahinya.”

Yerin menutup bukunya. “Daripada mengatakan jangan berkelahi atau membuat onar di sekolah lagi. Anda bisa menanyakan bagaimana sekolah? Apa yang ingin dia lakukan dengan sekolahnya?”

Arsen berdecih. “Kenapa aku harus melakukannya? Aku sama sekali tidak menganggapnya adikku.”

“Anda tidak mengganggapnya adik. Tapi Bastian menganggap anda kakaknya. Kedatangan anda ke sekolah memberikan dia secercah harapan. Masih ada keluarganya yang memperdulikannya.” Yerin menatap Arsen dengan yakin.

Ia berharap masih ada keluarga yang peduli dengan Bastian.

“Tidak ada yang bisa merubah Bastian selain anda, keluarga terdekatnya. Untuk itu saya mohon pada anda. Tolong bimbing dia. Sebisa mungkin berikan perhatian padanya.”

Arsen menghembuskan nafas kasar. Ia memakai kacamatanya kembali. “Sudah selesai. Saya harus pergi.” Pria itu melangkah pergi dari ruangan BK.

“Tunggu!” Yerin menghentikan langkah Arsen.

“Saya mohon jangan gunakan kekerasan pada Bastian.”

Arsen hanya menoleh tanpa berbalik. Tanpa menjawab ucapan Yerin, pria itu berjalan begitu saja.

Yerin hanya bisa menggelengkan kepala sambil mengusap dadanya. “Kok ada orang kayak gitu. Semoga jodohku tidak kayak dia.”

~~

Seorang laki-laki baru saja datang ke rumah. Tampangnya acak-acakan. Seragam sekolah yang sudah keluar dengan lengan yang terlipat. Ada kalung rantai yang menggantung di leher. Seperti preman—Bastian melangkah santai masuk ke dalam rumah yang besar nan luas itu.

“Berhenti.”

Suara seseroang menghentikan langkahnya.

Bastian menoleh. Ia mendapati kakaknya yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Arsen menatap Bastian dengan raut datarnya. Ia berjalan dengan kedua tangan yang berada di dalam saku. “Dari mana kamu?”

Bastian berdecak. Ia mengabaikan pertanyaan Arsen dan hendak berjalan lagi.

“Jawab pertanyaanku dulu.” Arsen dengan suara tajamnya.

“Habis main.” Bastian mengacak rambutnya. “Kenapa? Mau marah?”

Arsen berdehem kecil. “Bagaimana sekolah hari ini?”

Bastian mengernyit. Ia keheranan dengan pertanyaan Arsen. “Kenapa?”

“Hanya bertanya.”

“Tidak ada yang menarik,” balas sekedarnya Bastian.

“Apa yang ingin kamu lakukan dengan sekolah kamu?” tanya Arsen lagi.

Tentu saja Bastian semakin heran dengan kakaknya yang begitu perhatian menanyakan bagaimana sekolahnya.

“Tidak ada.”

Arsen menghela nafas. “Sungguh tidak ada?”

Bastian berpikir sebentar. “Sebenarnya ada. Tapi tidak penting.” Ia berjalan meninggalkan Arsen.

“Bastian!” teriak Arsen tidak lagi bisa mengontrol kemarahannya. Ia mendekati Bastian. Sampai di depan adiknya itu. Tangannya melayang di udara—namun ia teringat dengan perkataan guru BK tadi.

‘Jangan sampai bermain fisik dengan Bastian.’

Ia tidak jadi. Akhirnya ia hanya menepuk pelan bahu adiknya. “Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan.” Setelah itu Arsen berjalan menjauh.

Bastian menatap punggung Arsen yang semakin menjauh. Memang ia dan kakaknya tidak berhubungan baik. Arsen dari dulu tidak pernah memperhatikan adiknya. Sudah terlalu canggung sejak mereka kecil.

Apalagi didikan dari nenek mereka, yang bilang jika Bastian adalah anak pembawa sial. Sehingga Arsen terbawa dan ikut membenci adiknya yang sebenarnya tidak bersalah sedikitpun.

[Bastian, ibu sudah bicara dengan kakak kamu. Ibu harap hubungan kalian membaik.] pesan itu baru dibaca Bastian.

Bastian melebarkan mata ketika kakaknya sudah berada di dekatnya dan mengintip pesan di ponsel.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 16

    Mulut Arsen itu kotor. Sekotor genangan air got. Tidak ada filter sama sekali. Bisa-bisanya meminta hal seperti itu pada Yerin. Namun untungnya, Yerin bisa mengatasi hal itu. Jawaban yang Yerin berikan cukup memuaskan Arsen. ‘Aku akan melakukannya saat aku siap’ itulah jawabannya. Dan sekarang…. Inilah mereka bertiga yang duduk di ruang makan. Dengan sedikit canggung—tanpa suara sedikitpun. Hanya ada keheningan kosong yang seolah sedang mencekik. Hawa yang dingin kalah dingin dengan suasana mereka bertiga. “Bastian mau makan apa?” tanya Yerin. Ia mengambil piring dan mengambilkan Bastian nasi. “Kata bibi kamu suka ayam. Tadi ibu masak ayamnya sendiri.” Mengambil lauk untuk Bastian. “Ini makanlah.” Menaruh piring yang sudah penuh dengan nasi dan lauk di depan Bastian. “Ehem!” Suara deheman itu membuat Yerin menoleh. Lupa kalau suaminya itu belum mengambil makanan. “Sa..yang.” Yerin tersenyum. “Mau makan apa?” Arsen menunjuk lauk ayam dengan angkuh. Yerin mengam

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 15

    “APA—” ucapan Arsen terputus. Yerin memegang tangan Arsen. Menggenggamnya dengan mesra. Lalu menatap seorang laki-laki yang berada di belakang Arsen. Tidak jauh dari tempat mereka berdiri bersama. “Bastian,” panggilnya. “Ibu sudah menyiapkan makan malam. Kita makan malam bersama ya?” tanyanya. Bastian mengabaikan ucapan Yerin dan berjalan melewati mereka. “Bastian!” panggil Yerin sekali lagi. Bastian berhenti—namun tidak membalikkan tubuhnya. “Nanti turun ke bawah, ya. Kita makan bersama!” ucapnya sekali lagi. Tidak menjawab lagi. Kali ini Bastian berjalan menaiki tangga tanpa menoleh sedikitpun. Laki-laki itu tidak memberi reaksi apapun. Arsen menoleh ke bawah. melihat tangannya yang digenggam tangan mungil Yerin. “Sepertinya kau nyaman menggenggam tanganku seperti menggenggam 'milikku'.” Yerin segera melepaskan genggaman tangannya pada tangan Arsen. “Tidak bisakah kau bicara biasa saja?” “Tidak.” Arsen dengan wajah yang meledek. “Aku tidak mau kita berdebat

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 14

    “Kau gila?!” Yerin mendorong dada Arsen sekuat tenaga. Sehingga dirinya bisa terlepas dari pelukan pria itu. Yerin memeluk dadanya—karena resleting yang sudah diturunkan membuat gaun itu longgar. Jika Yerin tidak memeluk gaun itu—sudah pasti akan melorot. Arsen berkacak pinggang. “Semakin lama kau tidak sopan. Ke mana kesopananmu?” tanyanya. “Kau berani bertanya sopan atau tidak?!” Yerin menunjuk Arsen. “Mana yang tidak sopan aku memanggilmu lebih santai. Atau kau yang lancang membuka resleting gaunku?” tanyanya. “Aku hanya membantumu,” ucap Arsen dengan wajah polos tanpa merasa bersalah. Arsen tiba-tiba tertawa. Membuat Yerin mengernyit keheranan. Ada apa? Ia meningkatkan kewaspadaannya. Pria ini sungguh berbahaya. “Lihat wajahmu.” Arsen menunjuk Yerin dengan dagunya. “Wajahmu merah sampai ke telinga. Kau begitu malu…” “Aku bahkan sudah melihat seluruh tubuhmu.” Arsen menyipitkan mata. mengangkat tangannya seolah sedang menerawang tubuh Yerin. “Aku sudah menyentuh

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 13

    Wedding day. Pernikahan dilaksanakan. Semuanya bersifat tertutup. Yerin menggunakan gaun panjang berwarna putih dengan tudung di kepala. Riasan sederhana namun anggun. Yerin berjalan perlahan menuju altar yang sudah ada Arsen. Keputusan mereka untuk menikah secara kontrak sudah mutlak. Persyaratan yang diajukan Yerin pada Arsen disanggupi. Sentuhan fisik yang tidak diinginkan Yerin. Dirubah menjadi sentuhan fisik akan terjadi jika kedua belah pihak setuju dan akan dilakukan untuk membuat orang-orang sekitar mereka yakin. Yerin memandang Arsen yang tengah mengulurkan tangan. Pria itu tampan. Yerin tidak bisa menampiknya. Arsen nampak tampan dan gagah saat menggunakan setelan dan kemeja berwaran putih. Setelah itu mereka mengucapkan janji pernikahan di depan seorang pendeta. Hingga saatnya mereka untuk berciuman. “Lakukan pelan-pelan…” lirih Yerin. Ada beberapa orang yang hadir di pernikahan mereka. Hanya keluarga Arsen dan ibu Yerin. “Siapa kau berani menyuruhku

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 12

    [Besok adalah jatuh tempo dari cicilan anda yang pertama sebesar Rp. 5.000.00 -,]Yerin melempar ponselnya ke sembarang arah. Hutang sebanyak itu. Bahkan direkeningnya saja saat ini hanya tersisa 700 ribu untuk keperluan hidupnya satu bulan. Yerin mengacak rambutnya frustasi. Menggigit jarinya, Yerin benar-benar kebingungan. Ia susah tidur, tidak nafsu makan dan tidak bisa berkonsentrasi karena hutang sialan ini. Ia pernah mendengar jika menunggak sehari saja akan diteror. Tidak hanya dirinya, tapi semua kontak yang ada di ponselnya. Yerin tidak bisa membiarkan hal itu, namanya sebagai Guru dipertaruhkan! Maka dari itu—ia akan menerima tawaran pria itu. Arsen! Pria menyebalkan itu!Memberanikan diri datang langsung ke Skyline Company. Yerin bertekad akan menemui Arsen dan menerima tawaran itu. Sudah berada di kantor Skyline Company. Yerin langsung diarahkan oleh satu orang untuk menaiki lift menuju ruangan Arsen. [Yerin aku tidak menemukan daftar nama kelas 2-1. Apa ada padamu

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 11

    Cahaya yang menembus mengenai tubuh perempuan. Yerin membuka matanya perlahan. Pertama yang ia lihat adalah langit kamar, namun bukan kamarnya. Ia berhenti sejenak—kembali menutup mata. Barangkali ia bermimpi. Kemudian membuka mata lagi. Tidak, ia tidak sedang bermimpi. “Aku di mana?” lirihnya. Yerin melebarkan matanya. Mengenai tadi malam—samar-samar ia mulai mengingatnya. Reflek membuka selimut. Benar—tubuhnya dalam keadaan telanjang. Ia memang melakukannya dengan Arsen malam tadi. “Sudah?” suara seseorang. Yerin menoleh. Arsen sedang duduk di sofa. Dengan salah satu kaki terangkat. Gerakan tangan yang menghisap rokok. Arsen memandang Yerin dengan mata elangnya. “APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?” teriak Yerin histeris. Arsen memutar bola matanya malas. “Bukan aku. Tapi kita. Kau yang memintanya. Kau meminta bantuan, kau menggodaku lebih dulu, aku tidak pernah memaksamu. Kau bahkan—” “Cukup!” Yerin melotot dengan wajah yang memerah menahan malu. Yerin melilitkan semakin melilitka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status