Share

Dua Bulan Kemudian

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2025-08-15 15:50:32

“Aku mau orang ini dikeluarkan dari tim pelayanan. Hari ini juga!”

Shakira berusaha menjelaskan, tapi kalimatnya tenggelam dalam amarah Luis dan sang atasan.

Beberapa jam kemudian, keputusan bulat akhirnya diumumkan. Shakira menerimanya dengan hati memanas. Bahwa ia diminta menandatangani surat pemutusan kerja. Parahnya, hari itu juga dia harus angkat kaki dari hotel tempatnya mencari sesuap nasi.

Merengek? Itu bukan gaya Shakira.

Menjilat? Apalagi.

Namun ia langsung teringat akan nasib putrinya, Beliza, yang tidak tahu bahwa dunia ibunya baru saja runtuh lagi untuk kesekian kali. Putrinya yang masih berusia satu tahun itu.

Dia tidak langsung pulang, melainkan berdiri di teras samping hotel. Membiarkan angin Bali bertiup lembut, tapi hati Shakira seperti diporak-porandakan badai. Tangannya menggenggam surat pemecatan itu erat-erat. Tapi tidak menangis, karena kini, air mata pun terasa terlalu mahal.

Ia pernah dicintai kemudian ditinggalkan. Menjadi istri pura-pura kemudian dicampakkan juga.

Sore itu, keputusannya sudah bulat. Dengan langkah tegap dan wajah yang menyimpan bara, ia menuju sebuah tempat. Hanya berbekal keberanian dan amarah.

Shakira menuju kamar suite tempat Luis menginap. 

Ia datang bukan sebagai mantan karyawan. Tapi sebagai perempuan yang merasa perlu memberi tahu Luis tentang kehidupannya yang tak mudah. 

Seseorang seperti Luis tidak seharusnya semena-mena hanya karena dia punya kuasa, begitu pikir Shakira.

Sesampainya di depan pintu bernomor emas itu, Shakira berhenti sejenak. Ia mengatur napas sambil menahan gemetar di tangannya. Ini bukan ketakutan. Ini adalah puncak dari amarahnya.

Kemudian tangannya terangkat dan mengetuk pintu dua kali. Tegas!

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Memperlihatkan seorang perempuan berambut panjang mengenakan lingerie merah menyala, jelas bukan staf hotel. Shakira pernah melihatnya beberapa kali di hotel ini. Perempuan yang kerap menemani tamu eksekutif di hotel ini. 

Seketika, Shakira memahami segalanya.

“Mana Luis Hartadi?” tanya Shakira tenang namun tajam.

“Siapa kamu?” Tanya perempuan itu dengan bersedekap. 

“Tolong panggilkan.”

Wanita itu tidak bergerak, membuat Shakira mau tidak mau mencoba langsung masuk dan melihat Luis sedang duduk bertelanjang dada memakai celana pendek. Matanya merah dengan sorot tajam.

Shakira berbalik menatap perempuan panggilan yang masih berdiri di dekat pintu dengan tatapan menusuk. 

“Ck.”

Pada akhirnya, tidak mau memperpanjang drama, wanita itu mengambil clutch-nya dari atas meja dan berjalan melewati Shakira sambil melontarkan lirikan sinis.

“Selamat menikmati drama kalian,”ucapnya lalu menutup pintu dengan keras.

Tanpa basa-basi, Shakira kemudian melempar surat pemecatan itu ke wajah Luis dengan wajah penuh amarah.

"Aku datang bukan sebagai mantan karyawan hotel yang kamu hina di depan umum!" ucapnya penuh bara. "Tapi aku datang untuk membetulkan sifat aroganmu, Luis Hartadi!"

Luis tidak membaca surat yang tergeletak di pangkuannya. Ia justru membuangnya seperti tisyu bekas. 

"Kamu bisa ngancurin pekerjaanku dengan satu kalimat, tapi kamu nggak bisa ngancurin keberanianku, Luis Hartadi!" lanjut Shakira. 

"Kamu nggak tahu apa yang harus aku lalui biar dapat pekerjaan ini. Orang kaya dari lahir kayak kamu, mana ngerti apa soal perjuangan hidup, heh?! Terbiasa mewah dan nggak bisa menghargai orang yang hidupnya di bawahmu!”

"Kamu lebih menyedihkan daripada jadi karyawan rendahan kayak aku!"

Akhirnya apa yang menjadi ganjalan di hati Shakira terlampiaskan. Tanpa topeng dan rasa takut.

“Selamat malam, Tuan Hartadi. Nikmati sisa pestamu.”

Tapi sebelum Shakira mencapai pintu, Luis berhasil membuatnya berakhir dalam kuasanya dan akhirnya … semua terjadi.

****

Pagi itu, Luis terbangun dengan kepala berat.

Matahari pagi menyelinap lewat celah tirai kamar hotel. Memperlihatkan kamarnya yang berantakan. Ada dua botol minuman keras untuk kaum elit yang sudah kosong, berserakan di lantai dan satu kursi terguling.

Bau alkohol mendominasi ruangan. Menyatu dengan rasa pusing yang membelah kepala Luis.

Dia memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

Kilasan samar itu muncul. Ada suara bentakan, tangan yang memukul dadanya,  dan suara tangisan. Tapi Luis merasa itu seperti teriakan.

Ah ... Luis tidak memperdulikan itu.

Kemudian ia duduk perlahan di tepi ranjang, kakinya menyentuh lantai yang dingin, lalu menatap ke bawah. Di bawah kursi yang terguling, matanya menangkap selembar kertas yang terjepit.

Sebuah surat.

Begitu dibuka, ternyata tulisan ketikan komputer dengan kop surat hotel tempatnya menginap.

“Surat Pemutusan Hubungan Kerja. Kepada Shakira A. Paralio.” Bacanya pelan.

Luis menatap surat itu bingung.

“Kenapa surat PHK orang lain ada di kamarku?”

Lalu ia melemparkannya ke lantai begitu saja seperti sampah. Merasa tidak penting.

Kemudian ia berdiri, mengambil rokok dari meja, menyalakan, dan menghisapnya dalam-dalam. Seolah semalam tidak terjadi apapun.  

Bahkan saat kembali ke Jakarta pun, Luis sekalipun tidak ingat dengan apa yang terjadi.

Kesibukan dan tumpukan dokumen sudah menanti. Perlahan mengubur kenangan samar penuh luka itu hingga benar-benar terlupakan.

Dia hanya ingat jika menyewa perempuan panggilan untuk datang ke kamarnya. Bukan mengundang perempuan selain itu.

*****

Dua bulan kemudian, di kota kecil yang jauh dari hiruk-pikuk Denpasar, saat sore menjelang malam suasana terasa lebih tenang untuk mengistirahatkan kepala yang selalu panas akhir-akhir ini.

Setelah Luis memecatnya, Shakira bersedia bekerja apapun asalkan halal. Buah hatinya membutuhkan makan dan tempat berlindung yang layak.

Di sebuah kamar indekos sederhana namun bersih, Shakira duduk di lantai, memakaikan kaus tidur untuk putri kecilnya, Beliza. Bocah perempuan itu kini berusia hampir satu tahun.

Rambutnya ikal lucu dengan pipi bulat dan mata yang … mata yang selalu mengingatkan Shakira pada seseorang yang ingin ia lupakan. Tapi ia kemudian menggeleng tegas.

“Bunda capek, Nak. Tidur yuk?” gumam Shakira pelan sambil menyandarkan punggung ke dinding.

Beliza justru terkikik senang saat menemukan boneka kain kesayangannya. Kemudian ia merangkak pelan lalu duduk di pangkuan Shakira, menyandarkan kepala mungilnya ke dada sang ibu.

Shakira tersenyum samar. Putri kecilnya yang suka bermanja-manja itu menenangkan luka-lukanya yang belum sembuh.

Setelah Luis membuatnya kehilangan pekerjaan dua bulan silam, Shakira tiap hari bekerja dari pagi hingga sore. Bertugas membersihkan kamar hotel, mencuci linen, dan mengepel lorong demi lorong. Karena hanya itu pekerjaan yang ada.

Ijazah sarjana bahkan pengalamannya dalam bidang sales dan marketing, ia tepikan sementara waktu.

Sepulang kerja, ia selalu punya waktu untuk Beliza. Membuat makanan kecil buatan sendiri, mainan dari kardus bekas, dongeng sederhana sebelum tidur, semuanya ia lakukan dengan cinta yang penuh.

Satu minggu kemudian, saat Shakira bekerja sambil mendorong troli linen bersih. Rambutnya dikuncir biasa, wajahnya menyiratkan optimisme meski tanpa sentuhan make up, dan tersenyum penuh semangat.

Kemudian seorang lelaki menghampirinya dengan tiba-tiba dan membuat kedua matanya membola. Belum sempat Shakira lari, lelaki itu justru menghadangnya.

Juniarth

:-0

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Menolak Untuk Pergi

    Keesokan harinya, Luis segera kembali ke Jakarta. Sebelum melaksanakan rencana perjalanannya bersama Shakira, ia harus menutup semua jejaknya, terutama dari mata Nadine.Luis menghubungi Nadine dan mengajaknya makan malam romantis di sebuah restoran mewah yang biasa mereka kunjungi. Ia tahu, ia harus bersikap manis dan meyakinkan untuk membuat kebohongannya terasa alami.Nadine tampak gembira. Ia menyambut Luis dengan antusias.Malam itu, di bawah cahaya lilin yang temaram, Luis memainkan perannya dengan sempurna. Ia memuji penampilan Nadine, membicarakan rencana masa depan mereka, dan memastikan Nadine merasa dicintai.Setelah hidangan penutup disajikan, Luis meraih tangan Nadine, sorot matanya meyakinkan.“Sayang, ada sesuatu yang harus kubicarakan,” ujar Luis dengan nada serius.Nadine menatapnya khawatir. “Ada apa, Den Mas?“Hartadi Group akan memperluas ekspansi kita ke pasar Asia Tenggara, dan Malaysia adalah gerbangnya. Ini adalah proyek terbesar yang pernah kami tangani.”Luis

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Memberinya Anak Baru

    “Saya tahu ini mungkin terlalu cepat dan tidak pantas diucapkan saat ini, tetapi menurut sudut pandang saya, satu-satunya yang membuat Nona Shakira benar-benar mau hidup adalah kehadiran seorang anak.”“Kekuatan mentalnya sangat bergantung pada kehadiran putrinya. Kehilangan putrinya telah merenggut alasan dia bernapas.”“Setelah dia pulih sedikit dari fase kritis ini, Den Mas dan Nona Shakira harus mempertimbangkan untuk memiliki anak baru. Itu adalah satu-satunya cara, satu-satunya janji masa depan yang dapat mengalihkan fokusnya dari duka dan depresi yang mengancam nyawanya.”Luis terdiam, terpaku oleh saran itu. Memiliki anak baru?Meskipun Luis kini tahu kebenaran mengerikan tentang malam di Bali dan betapa besar kesalahannya terhadap Shakira, ide untuk memiliki anak dengannya, anak yang akan menjadi "pengganti" Belliza, terasa terlalu besar, dan mungkin tidak adil bagi Shakira.Luis menggeleng perlahan.“Dokter Adrian, saya menganggap Shakira sebagai seorang teman, tidak lebih.

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Membersihkan Pikirannya

    Luis mencoba keras untuk mengingat malam itu.Ia memejamkan mata, memaksakan memorinya bekerja. Yang ia ingat hanya nafsu yang mendominasi, alkohol yang mengalir deras, dan kesenangan.Ia ingat jika menyuruh David untuk memanggil seorang perempuan panggilan mahal dan terawat.‘Tapi kenapa jadi Shakira? Ya Tuhan, aku meniduri Shakira, dan aku melupakannya.’ Batin Luis.Luis kembali menghubungi David dan langsung diangkat.“Iya, Pak? Ada yang bisa dibantu?”“Aku ingin kamu selidiki semua tentang hotel tempat Shakira bekerja dan kapan dia dipecat. Dan cari tahu persis apa yang terjadi pada malam itu di kamar hotelku. Jangan sampai ada yang luput.”“Lalu cari tahu siapa Devano. Aku mau informasi lengkap!”“Siap, Pak. Saya akan bergerak sekarang,” jawab David.Luis mengakhiri panggilan dan duduk di kursinya, kepalanya pusing.****Keesokan paginya, Luis sarapan sendiri. Kemudian Bu Ningsih muncul di ruang makan, wajahnya tampak lelah dan cemas.“Pagi, Den Mas,” sapa Bu Ningsih.“Pagi, Bu Ni

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Kamu Meniduriku

    Luis masuk ke ruang tamu yang kacau balau itu.Amarahnya memuncak melihat Shakira dalam kondisi mengenaskan, mabuk dan dikelilingi pecahan kaca. Namun, ia tahu amarah tidak akan menyelesaikan apa-apa.Ia menatap Bu Ningsih yang terlihat putus asa. Beberapa asisten rumah tangga yang lain mulai muncul di ujung koridor, terbangun oleh keributan itu.“Bu Ningsih, dan kalian semua,” perintah Luis dengan suara rendah namun tajam, menunjukkan otoritasnya. “Kembali ke kamar kalian. Ini bukan urusan kalian. Aku yang akan urus ini. Jangan ada yang tanya, dan jangan ada yang bicara soal ini ke siapa pun.”Bu Ningsih ragu, tetapi melihat tatapan tegas Luis, ia mengangguk patuh. Ia dan para ART segera membersihkan pecahan dekanter itu lalu meninggalkan ruangan, membersihkan diri dari kekacauan itu.Kini hanya Luis sendirian yang menghadapi Shakira.Shakira, yang kesadarannya sudah sangat terganggu oleh alkohol, menatap Luis yang memakai jubah tidur berwarna biru gelap. Matanya tidak fokus.Dia bing

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Perasaan Ini Rumit

    “Oke. Aku keluar. Tapi ingat, kamu nggak bisa keluar dari rumah ini tanpa izinku, Shakira,” ujar Luis dingin.“Persetan, Luis! Kamu nggak ada hak ngurung aku!”Luis tidak peduli dengan ucapan Shakira kemudian berjalan menuju pintu, lalu menutupnya dan kembali ke kamar.Shakira resmi terkurung dan menjadi tahanan sementara di dalam rumah Luis.Kini amarahnya memudar, berganti rasa lelah dan keputusasaan yang baru. Ia merosot kembali ke ranjang, menangis tersedu-sedu. Ia tahu, Luis tidak akan melepaskannya begitu saja.Setelah Luis pergi, ruangan itu hanya menyisakan isak tangis Shakira dan suara Bu Ningsih yang bergerak membersihkan pecahan mangkuk di lantai. Bu Ningsih tidak menyalahkan Luis, ia tahu Luis melakukan itu karena peduli, dengan caranya yang keras.Setelah ruangan bersih, Bu Ningsih kembali ke sisi ranjang, membawa mangkuk bubur hangat yang baru dan segelas teh panas yang baru diantarkan seorang asisten rumah tangga.“Non, sudah ya. Jangan siksa diri Non,” bujuk Bu Ningsih

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Manusia Berhati IBLIS!

    Mobil melaju kencang, meninggalkan kompleks pemakaman. Luis mendekap tubuh Shakira di pelukannya. Ia mengguncang bahu Shakira dengan lembut, berusaha membangunkannya.“Ra! Bangun! Shakira!”Ia menepuk-nepuk pipi Shakira yang pucat, tetapi Shakira tetap diam, matanya terpejam rapat. Bibirnya yang semula bergetar karena amarah kini menjadi garis lurus yang dingin.Rasa takut menjalar di hati Luis. Setelah Belliza pergi, ia tidak boleh kehilangan Shakira juga.“Vid, hubungi Dokter Adrian sekarang! Bilang ini darurat! Sekarang!” perintah Luis tegas.“Baik, Pak.”Luis kembali fokus pada Shakira. Ia membuka jasnya dan menyelimuti Shakira, mencoba menghangatkan tubuhnya. Ia menempelkan telinganya ke dada Shakira, memastikan detak jantung wanita itu masih ada.“Bertahan, Ra.”Selama perjalanan pulang, Luis mendekap Shakira erat-erat, tidak melepaskannya barang sedetik pun, memohon dalam hati agar wanita itu tetap hidup.Setibanya di rumah, Luis segera membaringkan Shakira yang begitu lemah di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status