Share

Aku Terima Tawaranmu

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2025-08-15 15:51:32

David mengenakan kemeja santai dan blazer ringan, cukup profesional tapi tidak mencolok.

Ia tertegun ketika melihat Shakira, bahwa dia adalah perempuan yang pernah terlibat cekcok dengan Luis dua bulan di hotel tempat tuannya menginap.

Shakira melintas sambil mendorong troli linen bersih. Rambutnya dikuncir seadanya, wajahnya terlihat lelah setelah seharian bekerja, namun sorot matanya masih sama. 

Tajam dan penuh harga diri.

Tanpa banyak membuang waktu, David bangkit lalu menghampiri, “Nona Shakira.”

Shakira menoleh lalu menatap David sambil mengingat siapa dirinya.

“Bisakah anda ikut saya, Nona?” kata David, suaranya tenang.

Shakira mengerutkan alisnya bingung. Karena dia tidak merasa mengenal David namun mengajaknya ke suatu tempat.

“Maaf, anda siapa?”

“Saya asisten pribadi Pak Luis Hartadi.”

Begitu nama Luis Hartadi terdengar, tubuh Shakira seketika dilanda panas dingin. Ia refleks mendorong troli untuk pergi, namun langkahnya terhenti ketika David cepat-cepat menghadang. Wajah lelah Shakira pun tak mampu menyembunyikan rasa takut yang begitu nyata.

“Nona, ini penting!”

“Anda salah orang! Saya bukan Shakira!”

Tanpa menoleh, Shakira mendorong troli dengan langkah tergesa hampir berlari, meninggalkan David. Decit roda di lantai terdengar bagai teriakan panik yang tak terucap. Jemarinya gemetar mencengkeram gagang troli, napasnya terengah, seakan tubuhnya tak lagi mampu menampung guncangan rasa takut yang mendesak keluar.

Luis Hartadi.

Nama itu saja sudah cukup membuat seluruh tubuhnya dingin.

‘Mau apa Luis nyari aku? Ya Tuhan, lindungi aku. Aku nggak mau kehilangan pekerjaan lagi.’ Batinnya kemudian ia menangis.

Shakira takut kehilangan pekerjaan lagi dan membuat kehidupan putrinya kembali terseok-seok.

Kilasan masa lalu, tentang tatapan tajam Luis, aroma parfum yang dulu ia kenal, dan satu malam penuh kebodohan yang ia kunci rapat di lubuk hatinya, kembali memporak-porandakan kehidupannya.

Sore itu, David kembali ke hotel tempat Luis menginap. Ia membawa hasil pencariannya, meski tidak sesuai harapan.

“Gimana, Vid?”

“Ternyata, Nona Shakira adalah perempuan yang pernah Bapak pecat dua bulan silam. Dan sekarang dia menolak bertemu, Pak.”

Luis terdiam beberapa detik mengingat kejadian itu dengan wajah cuek. “Biarin dia tenang dulu. Mungkin dia masih marah karena aku pernah bikin dia kena PHK.”

Pikiran Luis melayang kembali, dua bulan silam. Saat itu, dengan satu keputusan dingin, ia membuat Shakira kehilangan pekerjaannya. Malamnya, yang tersisa hanya ingatan kabur.

Ia berada di suite pribadi, dikepung aroma alkohol mahal yang membuat kepalanya terasa berat, sementara sisa-sisa kesadaran menguap begitu saja.

Ia hanya ingat ada perempuan seperti berteriak dan wajahnya samar.

‘Apa itu Shakira?’ Luis mengerutkan kening, mencoba mengingat lebih jelas.

‘Apakah malam itu dia datang mau nyerahin surat pengunduran diri? Atau … apa?’

“Kalau memang dia datang malam itu, apa yang terjadi setelahnya?”

Namun Luis tidak menyadari hubungan satu malam mereka.

Keesokan harinya, langit mulai menggelap saat Shakira mendorong troli linen kembali ke area staf dengan tatapan awas. Barangkali David menemuinya kembali.

Namun langkahnya tertahan saat seorang manajer hotel mendekat dengan nafas naik turun.

“Shakira,” panggilnya. “Ada yang nyari kamu di lobi. Katanya mendesak.”

Shakira menyipitkan mata. “Siapa, Pak?”

“Saya kurang tahu. Buruan! Siapa tahu penting.”

Shakira mengangguk tegas karena langsung teringat akan putrinya. Tangannya mengusap cepat sisa debu di seragamnya.

Seingatnya telah menitipkan Beliza dalam keadaan sehat.

Ia setengah berlari menuju lobi dengan membawa tas. Tidak peduli dengan anak rambutnya yang sedikit keluar dari karet pengikat dengan wajah lelahnya yang tak terpoles make up.

Di dekat jendela kaca besar, berdiri sosok yang tidak mungkin salah.

Luis Hartadi.

Dengan kaos kasual putih dan celana jeans biru dongker, rambut tersisir rapi, dan sikap tenangnya yang khas. Wajahnya tampak segar dengan David berdiri di sebelahnya dengan mata menatap kehadiran Shakira.

Detik itu juga, tubuh Shakira menegang. Darahnya berdesir. Ia segera berbalik untuk pergi begitu saja. Namun …

“Shakira! Berhenti!”

Matanya mulai panas mengingat kenangan terakhirnya dengan Luis. Dan tubuhnya mendadak terasa dingin.

Kemudian Luis mendekat dengan jarak sewajarnya.

“Bisa kita bicara?”

Butuh beberapa detik kemudian Shakira membalikkan tubuhnya perlahan. “Maaf, saya tidak tahu apa maksud anda. Permisi.”

“Aku datang karena aku bisa ngasih kamu tawaran yang masuk akal dan menguntungkan,” ucap Luis dengan nada tenang, namun penuh tekanan.

Shakira masih berdiri membelakangi Luis.

“Kamu bisa berhenti jadi housekeeper. Aku bisa ngasih kamu pekerjaan mapan, tempat tinggal yang layak, bahkan kehidupan yang jauh lebih baik dari ini. Asal kamu sepakat dengan kerja sama yang aku tawarin.”

Shakira berbalik badan dan mengernyit curiga. “Tawaran apa?”

Luis tersenyum santai tapi penuh kemenangan. Karena perempuan mana yang mau menolak kesempatan bagus untuk menaikkan taraf hidupnya menjadi lebih baik. Apalagi ada anak semata wayang bergantung.

“Kerja sama ini nggak bikin kamu lelah, Ra. Cukup ikuti apa yang aku mau dan kompensasi itu akan aku bayar kontan di muka.”

Senyum putrinya yang masih berusia satu tahun menghiasi pikiran. Sebagai ibu, dia juga ingin yang terbaik untuk putrinya.

Hidup susah bahkan pernah hampir kelaparan karena minimnya penghasilan, pernah Shakira lakoni. Bagaimana putrinya pernah sakit di suatu malam hingga demam tinggi namun Shakira hanya bisa memberinya obat yang dijual murah di apotek.

“Satu unit apartemen di kawasan Thamrin selama satu tahun, privasi terjaga, uang dua milyar yang dibayar di muka, dan satu unit mobil lengkap sama sopir. Apa itu masih kurang?”

Shakira menoleh dengan tatapan bingung. Sedang Luis hanya berdiri dengan bersedekap.

Tidak sedikit pun Luis menyadari bahwa di balik tatapan Shakira, pernah ada secuil kilatan emosi lain. Yaitu kenangan samar dari satu malam kelam yang pernah mereka bagi dua bulan lalu.

Malam yang Luis, entah bagaimana, sudah dihapus dari ingatannya.

Shakira tahu tawaran ini penuh jebakan, tapi hidupnya sendiri sudah terlalu rumit untuk menolak kesempatan.

Apa yang ditawarkan Luis sangat menggiurkan. Dia sudah terlalu lelah dengan pelarian ini. Ingin sekali bersandar untuk megistirahatkan raga dan batinnya yang lelah.

“Oke,” katanya pelan namun mantap. “Aku terima tawaranmu.”

Semua ini Shakira lakukan demi putrinya. Dia ingin yang terbaik.

Senyum puas melintas di wajah Luis, “Good.”

“Sekarang, kerja sama apa yang mau kamu tawarin ke aku? Aku mau semuanya jelas dan gamblang. Menguntung kita berdua. Kalau cuma nguntungin kamu … aku mundur.”

“Lebih baik kita ngobrol santai. Di restaurant mungkin?”

Kepala Shakira mengangguk, “Hanya setengah jam.”

“Terlalu singkat.”

“Aku punya anak yang menungguku pulang, Luis,” jawab Shakira lugas.

Luis menaikkan alisnya sekilas, “Oke. Let’s go.”

Juniarth

:-0

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Aku Minta Satu Tarian

    Musik lembut dari band akustik mengalun di sudut ruangan.Cahaya lampu kristal memantul di permukaan gelas-gelas champagne, menciptakan suasana malam yang sempurna untuk pesta pernikahan mewah itu.Setelah memberi klarifikasi singkat pada media, di antara kerumunan itu, Luis dan Nadine berjalan bersisian dan menjadi pusat perhatian. Luis tampak gagah dengan jas yang dikenakan, menonjolkan bahunya yang bidang. Sedang Nadine berjalan anggun di sisinya.Tangan Luis bertengger di pinggang Nadine, mantap dan penuh penguasaan. Itu adalah pernyataan diam bahwa perempuan di sisinya adalah miliknya. Nadine menoleh sedikit, tersenyum lembut dengan pipi yang merona.Tatapan mereka bertemu sesaat. Kemudian Luis menunduk sedikit dan berbisik di dekat telinganya.“Semua orang memperhatikan kita malam ini, Nad. Jangan takut. Anggap aja dunia lagi nonton awal dari sesuatu yang indah.”Nadine sedikit menoleh dengan jantung berdebar cepat“Awal dari sesuatu yang indah?” Ulangnya dengan nada penuh tanya.

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Dia Kekasihku

    Luis menggenggam tangan Nadine yang berada di atas meja dan menatapnya lekat.“Aku butuh bantuanmu, Nad. Aku gerah dituduh nggak benar kayak gitu. Bunda sama Ayah juga risih. Aku juga mau semua orang tahu kalau aku dekatnya sama kamu, bukan sama yang lain.”Nadine terdiam sejenak. Pipinya bersemu bahagia karena Luis mengutarakan isi hatinya. Ditambah Luis tidak hanya menggenggam tangan Nadine, melainkan juga memberinya usapan penuh makna.“Den Mas, kamu yakin mau bilang kayak gitu ke publik?”Luis mengangguk yakin dengan menatap Nadine.“Aku nggak mau biarin gosip ini ngatur arah hidupku. Apalagi sampai bikin kamu ragu sama keseriusanku. Lagipula, nggak ada yang salah, kan, kalau aku dekat sama kamu? Lalu aku menunjukkannya ke publik.”Kata-kata itu membuat senyum Nadine kembali merekah. Dan akhirnya, ia mengangguk pelan dengan senyum tersipu malu.“Kalau itu maumu, aku ikut, Den Mas.”Luis mengangguk pelan, senyumnya tipis tapi penuh perhitungan dengan tangan menggenggam tangan Nadine

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Aku Benci Kamu, Den Mas

    Shakira mengetuk pelan pintu ruang kerja sebelum masuk. Pikirannya tidak tenang ketika seorang asisten rumah tangga menghampirinya di taman dan berkata Luis ingin dia menemuinya di ruang kerja.Karena Shakira tahu ini pasti ada hubungannya dengan ia tidak masuk kerja hari ini. Atau … saat dia tidak sengaja melihat Luis dan perempuan itu makan siang.Setelah membuka pintu itu, Shakira melihat Luis duduk di balik meja besar dari kayu mahoni, jas kerjanya sudah ditanggalkan di punggung kursi. Dan ekspresinya selalu saja dingin seperti biasa.Tanpa menatap langsung, Luis berkata pelan namun tajam,“Duduk.”Shakira menurut. Ia duduk di kursi seberang, menunduk sopan dan mermas tangannya sendiri. Keheningan menekan ruangan untuk beberapa detik sebelum Luis akhirnya angkat bicara.“Kenapa kamu nggak masuk kerja hari ini?” tanyanya datar.Shakira membenarkan dugaannya namun matanya tidak berani menatap Luis. Ia menjawab namun dengan menatap lantai.“Maaf, aku nggak sekuat itu untuk disinisi sa

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Ke Ruang Kerjaku

    Luis baru saja meneguk minuman ketika ponselnya bergetar pelan di atas meja. Ia melirik sekilas layar dan mendapati nama David muncul di sana. Sambil tetap mempertahankan ekspresi tenang di depan Nadine, ia menjawab dengan suara serendah mungkin.“Ya, Vid?” Suaranya nyaris berbisik.“Pak, maaf mengganggu. Tapi Nona Shakira tidak ada di kantor.”“Apa?!” Tanya Luis pelan namun kedua alisnya menukik tajam. “Lalu dimana dia?!”“Saya coba cek GPS ponselnya, dan lokasinya sekarang ada di restoran tempat Bapak makan siang dengan Nona Nadine.”Luis refleks menegakkan tubuh, pandangannya berubah tajam seketika.“Apa?” Gumamnya lirih, nyaris tidak terdengar.Nadine yang duduk di seberang meja sempat mengangkat alis, menyadari perubahan ekspresi Luis.“Ada apa, Den Mas?”Luis cepat menenangkan diri dan tersenyum menutupi kegelisahan.“Ah, nggak ada, Nad, cuma masalah kecil di kantor. Udah diselesaikan David.”Luis berusaha membuat nada suaranya ringan, padahal detak jantungnya masih berpacu cepat

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Bukan Bagian Dari Rencana Semu

    “Pak, kita harus bergerak lebih jauh. Saya sarankan agar Anda segera menghubungi Nona Nadine secepatnya. Mungkin Anda bisa mendekatinya lebih dulu. Jika ia sudah berada di pihak Anda, skandal ini bisa ditahan atau dikendalikan lewat dia.”Luis menatap ke titik tertentu, pikirannya bekerja cepat usai mendengar saran David.“Nona Nadine adalah kunci. Ia bisa menjadi tameng yang efektif untuk melawan skandal ini, Pak.”Kata-kata David tentang ‘tameng yang efektif’ terus terulang dalam benaknya.Luis tahu jika David benar. Asisten pribadinya itu tidak akan memberikan saran yang menghancurkannya.Saat ini, waktu tidak berpihak padanya. Setiap jam, berita tentang skandalnya terus bergulir, dan lebih mengerikan lagi bahwa setiap menit publik akhirnya mengetahui dan memberi penilaian.Apa yang Luis paling khawatirkan bukan hanya reputasinya sendiri, melainkan masa depan Hartadi Group.Baginya, reputasi mungkin bisa dibangun kembali, tapi Hartadi Group jauh lebih dari sekadar nama. Disanalah ri

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Siapa Wanita Itu?

    Ada sesuatu yang membuat Luis ingin bertemu Nadine lagi.Tapi kali ini bukan karena tuntutan keluarga atau karena keharusan untuk menjaga nama baiknya tetap terjaga di hadapan publik.Melainkan karena ia sungguh ingin mengenalnya.Luis berpikir bahwa setiap pria yang terlalu yakin bisa mengendalikan segalanya, justru pada akhirnya akan bertekuk lutut di hadapan seseorang yang mampu menembus logikanya dengan ketenangan.“Nadine.”*****Pagi itu, rumah besar milik Luis Hartadi terasa begitu hening.Suara sendok beradu dengan cangkir porselen terdengar pelan, berpadu dengan aroma kopi hitam yang baru diseduh.Di seberang meja makan, Luis duduk tegap dengan kemeja biru muda yang disetrika rapi, dasi abu-abu menggantung di lehernya. Wajahnya terlihat segar, kontras dengan wajah Shakira yang sedikit tampak letih karena kurang tidur akibat pemberitaan dirinya yang belum reda.Shakira menunduk sejenak, mengaduk teh di depannya dengan segudang pemikiran. Ia menarik nafas pelan sebelum akhirnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status