Bab 1 Kematian Kakek
Langit di atas pemakaman umum itu dipenuhi dengan awan gelap mendung yang mengancam, seolah-olah turut berduka cita atas kepergian sang kakek. Kilatan petir menyambar-nyambar di cakrawala, memberikan kesan yang dramatis dan mengerikan pada suasana yang sudah sedih ini. Di tengah-tengah keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara gemuruh petir, para pelayat berkumpul di sekitar makam keluarga Joyo Kusumo. Mereka semua mengenakan pakaian hitam sebagai tanda berkabung, dan wajah-wajah mereka dipenuhi dengan kesedihan dan kehilangan. Tubuh sang kakek yang sudah tidak bernyawa lagi, terbaring dengan tenang di dalam peti mati yang dihiasi dengan bunga-bunga segar. Peti mati itu perlahan-lahan diturunkan ke dalam tanah yang telah disiapkan, dan para pelayat mulai melemparkan tanah ke atas peti mati sebagai tanda perpisahan. Aulia berdiri di antara para pelayat, matanya terpaku pada peti mati yang perlahan-lahan menghilang ke dalam tanah. Dia merasa seperti kehilangan sebagian dari dirinya sendiri, dan kesedihan yang mendalam memenuhi hatinya. Langit yang gelap dan petir yang menyambar-nyambar seolah-olah menjadi simbol dari badai yang sedang melanda hidupnya. Saat peti mati itu akhirnya tertutup oleh tanah, Aulia merasa seperti ada yang hilang selamanya. Dia tidak bisa menahan air matanya lagi, dan dia menangis dengan keras, melepaskan semua kesedihan dan kehilangan yang telah menumpuk di dalam hatinya. Setelah selesai menabur bunga di atas tanah kuburan yang masih basah, Aulia merasa seperti kekuatannya telah habis. Dia berdiri tegak sejenak, mencoba menahan air matanya yang terus mengalir, tapi akhirnya dia tidak bisa menahan lagi. Kakinya terasa lemah, dan dia jatuh terduduk di atas tanah yang basah, tepat di samping batu nisan kakeknya. Rintik hujan mulai turun, jatuh perlahan-lahan di atas tanah kuburan, dan di atas kepala Aulia. Dia tidak peduli dengan hujan, dia hanya membiarkan air mata mengalir bebas, sambil memeluk erat tanah kuburan kakeknya. Bau tanah yang lembab dan bau bunga yang masih segar memenuhi hidungnya, membuat dia merasa lebih sedih. Para pelayat mulai meninggalkan Aulia sendiri, satu per satu mereka berjalan menjauh dari makam, meninggalkan Aulia dengan kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Mereka semua memberikan pandangan simpatik kepada Aulia, tapi tidak ada yang berani mendekatinya, karena mereka tahu bahwa Aulia sedang dalam proses berduka. Suara gemuruh petir yang masih terdengar di kejauhan, dan suara rintik hujan yang jatuh di atas tanah kuburan, menjadi satu-satunya suara yang menyertai Aulia dalam kesendiriannya. Dia tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, dia hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan dan kehilangan. Aulia memeluk erat tanah kuburan, dan berbicara dengan suara yang lirih, "Kakek, aku akan merindukanmu. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa hidup tanpamu." Air matanya terus mengalir, dan dia tidak bisa menahan lagi, dia menangis dengan keras, melepaskan semua kesedihan dan kehilangan yang telah menumpuk di dalam hatinya. Kabar kematian Joyo Kusumo membuat geger media massa, dan berita tentang kepergiannya menjadi headline di berbagai koran dan situs berita online. Foto-foto Joyo Kusumo yang tersenyum dan berpose dengan elegan menghiasi halaman depan koran, sementara artikel-artikel tentang kehidupannya dan warisannya mulai bermunculan di berbagai media. Di antara kerumunan orang yang berduka, ada beberapa pihak yang merasa senang dengan kepergian Joyo Kusumo. Mereka adalah orang-orang yang telah lama bersaing dengan Joyo Kusumo dalam bisnis dan politik, dan kini mereka merasa bahwa jalan mereka telah terbuka. Salah satu dari mereka terlihat senang dengan kepergian Joyo Kusumo dalam bisnis properti, untuk selama-lamanya.dan kini dia merasa bahwa dia memiliki kesempatan untuk mengambil alih posisi Joyo Kusumo sebagai pengusaha terkemuka. "Akhirnya, orang tua itu pergi juga," kata pria itu dengan senyum yang lebar. "Saya tidak perlu lagi khawatir tentang dia yang selalu menghalangi jalan saya." Sementara itu, di kalangan politik, ada juga beberapa pihak yang merasa senang dengan kepergian Joyo Kusumo. Mereka adalah orang-orang yang telah lama bersaing dengan Joyo Kusumo dalam perebutan kekuasaan dan pengaruh, dan kini mereka merasa bahwa mereka memiliki kesempatan untuk mengambil alih posisi Joyo Kusumo. "Joyo Kusumo telah menjadi batu sandungan bagi kita semua," kata seorang politisi yang berpengaruh. "Sekarang, kita memiliki kesempatan untuk mengambil alih kekuasaan dan pengaruh yang telah dia miliki selama ini." Namun, di tengah-tengah euforia dan kegembiraan yang dirasakan oleh beberapa pihak, ada juga banyak orang yang merasa sedih dan kehilangan dengan kepergian Joyo Kusumo. Mereka adalah orang-orang yang telah mengenal Joyo Kusumo sebagai sosok yang baik hati dan dermawan, dan kini mereka merasa bahwa dunia telah kehilangan salah satu tokoh yang paling berpengaruh dan dihormati.Aulia berdiri di depan cermin, memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. Dia mengenakan blouse putih lengan pendek yang pas di tubuhnya, memperlihatkan kulit putih dan lembut di lengan dan lehernya. Blus itu memiliki potongan yang elegan, dengan kerah yang sedikit terbuka. Rok hitam yang dia kenakan jatuh tepat di bawah lutut, menekankan lekuk tubuhnya yang indah. Sepatu hak tinggi senada dengan warna rok yang dia pilih menambahkan sentuhan elegan pada penampilannya, membuat kaki-kakinya terlihat panjang dan ramping.Rambutnya yang panjang dan lembut tergerai di punggungnya, menambah kesan feminin yang kuat. Dengan penampilan yang sempurna, Aulia merasa siap untuk menghadapi hari baru.Dia berjalan ke lantai bawah, tapi tiba-tiba terhenti ketika melihat Ryker berdiri di depannya, memblokir jalannya.Ryker masih terlihat sedikit pucat dan lelah, tapi mata hitamnya yang tajam memandang Aulia dengan intensitas yang membuat Aulia merasa sedikit tidak nyaman.Dia berdiri dengan kaki
Pukul sebelas malam, Aulia sudah memutuskan untuk tidur, meninggalkan meja makan yang masih terisi dengan harapan bahwa Ryker akan kembali dan menikmati masakannya. Tapi jam terus berputar, dan Ryker belum juga kembali. Aulia akhirnya tertidur dengan perasaan kecewa dan penasaran.Tiba-tiba, pukul satu dini hari, keheningan malam dipecahkan oleh suara gedoran pintu utama rumah yang keras dan berulang-ulang. Bel pintu juga berbunyi dengan nada yang tajam, membuat Aulia terbangun dengan cepat. Dia melompat dari tempat tidur dan bergegas ke bawah, hampir jatuh saat menuruni tangga karena terburu-buru.Saat Aulia membuka pintu, dia disambut oleh pemandangan yang membuatnya begitu terkejut.Ryker berdiri di depan pintu, dengan tubuh yang terhuyung-huyung dan mata yang merah karena alkohol. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Ryker sedang dipeluk oleh Vania, wanita yang sama yang telah membuat Aulia merasa marah sebelumnya.Vania tersenyum manis ke arah Aulia, dengan mata yang berkilau karena
Aulia masih menatap Ryker dengan mata yang penuh kemarahan, menunggu jawaban atas pertanyaannya. Tapi sebelum Ryker bisa menjawab, ponselnya berbunyi dengan nada yang keras dan tajam.Ryker langsung mengambil ponselnya dan menjawab panggilan tersebut, tanpa menatap Aulia sedikit pun."Aku sedang sibuk," kata Ryker dengan nada yang singkat, sambil berjalan menjauh dari Aulia.Aulia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Ryker kepada peneleponnya, tapi dia bisa menangkap beberapa kata seperti "proyek", "klien", dan "deadline".Jelas bahwa Ryker sedang membahas persoalan kantor dengan seseorang. Ryker terus berbicara di telepon, tanpa mempedulikan keberadaan Aulia. pria itu berjalan menuju ruang tamu, meninggalkan Aulia sendirian di tempat itu.Aulia merasa seperti diabaikan, seperti tidak ada di dalam ruangan itu. Dia menatap punggung Ryker yang menjauh, dengan perasaan yang campur aduk antara marah dan merasa tak nyaman bersamaan.Aulia mengurungkan niatnya untuk kembali
Aulia dan Ryker kembali ke rumah mewah Ryker, dengan suasana yang tegang dan hening. Ryker masih bersikeras untuk melarang Aulia bekerja, dengan kata-kata yang keras dan tidak bisa ditawar. Tapi Aulia juga memilih untuk pada pendapatnya, dengan mata yang berkilau dan tekad yang kuat.Sampai saat Aulia akan menaiki anak tangga, tangannya ditarik oleh Ryker dengan kuat, membuat tubuh Aulia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke arah Ryker.Tubuh Aulia jatuh mengenai tubuh Ryker,membuat Ryker terkejut dan kehilangan kendali.Posisi jatuhnya, Ryker berada di bawah tubuh Aulia, dengan wajah mereka yang sangat dekat.Keduanya kembali melihat satu sama lain, dengan mata yang terpaku dan napas yang seakan berhenti begitu saja.Ryker baru menyadari bahwa mata Aulia berbeda, berwarna hijau zamrud yang sangat cantik dan mempesona, seperti permata yang tersembunyi di dasar laut.Mata hijau Aulia seperti menghipnotis Ryker, membuat dia lupa pada segalanya kecuali keindahan yang terpancar dari mata
Mobil mewah itu meluncur dengan mulus di jalan raya yang sunyi, seperti kupu-kupu yang terbang di kegelapan. Ryker menyetir dengan konsentrasi penuh, matanya terpaku pada jalan di depan seperti magnet yang tidak bisa dilepaskan. Vania duduk di sebelahnya, menatap ke luar jendela dengan senyum misterius, seperti bulan sabit yang tersembunyi di balik awan. Ekspresinya tidak berubah, seolah-olah dia sedang menikmati pemandangan yang tidak terlihat oleh mata biasa.Di belakang, Aulia duduk sendirian, menatap ke luar jendela juga, tapi matanya tidak fokus pada apa pun. Dia membiarkan pikirannya mengembara, seperti daun kering yang terbawa angin, memikirkan tentang situasi yang sedang dia alami dengan perasaan yang campur aduk.Suasana di dalam mobil sangat hening, seperti kuburan yang sunyi di malam hari. Tidak ada suara apa pun kecuali suara mesin mobil yang berjalan lancar, seperti detak jantung yang stabil. Ryker tidak menoleh ke belakang, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia men
Aulia berdiri di depan sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi, dengan arsitektur modern yang elegan. Kantor pengacara "Harapan & Partners" ini terletak di jantung kota, dengan alamat yang sangat mudah diingat.Bangunan ini memiliki 20 lantai, dengan fasad kaca yang mengkilap dan atap yang berbentuk unik. Di depan pintu masuk, terdapat sebuah plakat besar yang terbuat dari granit hitam, dengan logo perusahaan yang terbuat dari emas 24 karat.Aulia menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah masuk ke dalam lobi yang luas dan mewah. Lantai lobi terbuat dari marmer putih, dengan langit-langit yang tinggi dan lampu gantung kristal yang indah. Di sebelah kiri, terdapat sebuah meja resepsionis yang terbuat dari kayu mahoni, dengan seorang resepsionis cantik yang tersenyum ramah."Selamat pagi, saya Aulia Riani. Saya datang untuk menyerahkan lamaran pekerjaan sebagai pengacara," kata Aulia dengan suara yang sopan.Resepsionis itu tersenyum dan mengambil CV Aulia."Terima kasih, Ibu Auli