Share

Bab 3

Author: Julie
last update Last Updated: 2025-05-11 06:32:16

"Apa? Menikah?" Aruna sangat kaget jika syarat yang disampaikan oleh Calvin adalah untuk menikah dengannya.

"Jangan bercanda Tuan. Aku tidak akan menikah denganmu. Aku tidak mengenal dirimu dan aku tidak tahu apa niatmu ingin menikahiku. Pokoknya aku tidak setuju."

Aruna langsung berjalan dan berniat pergi meninggalkan tempat itu. Calvin sampai menutup matanya beberapa detik karena dia kewalahan menghadapi Aruna. Calvin memberi kode kepada asistennya untuk menghalangi Aruna dengan berdiri didepan Aruna.

"Minggir! Aku tidak mau menikah. Aku tidak akan pernah setuju dengan semua rencana kalian."

"Kamu yakin tidak mau menikah denganku? Apakah kamu lupa apa yang sudah kamu lakukan dan apa yang aku lakukan untuk menyelamatkanmu?"

Calvin berjalan mendekati Aruna dan memperlihatkan ponselnya kehadapan Aruna. "Apa ini?" Tanya Aruna.

"Lihat dan dengarkanlah."

Aruna menyimak sebuah video yang ditunjukkan oleh Calvin. Sebuah video berita yang mengabarkan kalau seorang pengusaha terbunuh dikamar hotel tempatnya menginap. Saat ini polisi sudah ada di lokasi dan berusaha menemukan bukti siapa pelakunya.

"Kamu sudah melihatnya sendiri? Sekarang pilihan ada di tanganmu. Jika kamu ingin pergi dan tidak mau menikah denganku maka aku pastikan dalam waktu lima jam polisi akan menjemputmu dan memasukkanmu ke dalam penjara. Tapi jika kamu ingin tetap bisa merasakan udara kebebasan maka berbaliklah dan melangkah masuk untuk melanjutkan pernikahan kita."

Aruna masih terpaku dengan ketakutannya. Dia tidak tahu apakah pilihannya tepat atau tidak, tapi saat ini Aruna sedikit shock dengan berita yang dilihatnya. Halusinasi gambaran penangkapan dirinya sudah berputar dibenak Aruna. Aruna menggeleng seolah ingin membuang pikiran itu.

Aruna berbalik dan menatap Calvin, "Aku setuju."

"Pilihan yang tepat." Ucap Calvin sambil berbalik badan dan senyuman tipis mengembang seolah dirinya menang.

"Bagaimana dengan semua surat dan tanda pengenal lainnya? Aku tidak membawanya saat pergi dari rumah." Tanya Aruna dengan suara pelan.

"Kamu tidak perlu memikirkannya. Semuanya sudah lengkap tinggal kamu duduk disana dan menandatangani semua berkas yang diperlukan."

Aruna menatap sisi kanan Calvin yang bisa dilihatnya. Aruna tidak tahu siapa pria yang ada didekatnya saat ini hingga mampu menyiapkan semuanya dengan cepat.

"Kamu sudah siap?" Tanya Calvin yang kini berdiri disamping Aruna sambil memberikan tangannya untuk digenggam Aruna agar mereka bisa berjalan bersama menuju meja pernikahan yang sudah disiapkan.

Mereka berjalan berdua, Aruna masih belum siap dengan semua yang terjadi. Masalah kematian pengusaha itu membuatnya sudah stress kini ditambah lagi dengan pernikahan kilat yang tidak diinginkannya.

"Santai saja, Aruna. Kamu tidak perlu tegang. Jadi tersenyumlah di hari bahagia ini."

Aruna spontan langsung melihat ke samping kanan dimana Calvin berjalan berdampingan dengannya. Aruna bahkan belum menyebut namanya atau berkenalan dengan pria disampingnya itu.

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"

"Tidak ada yang sulit bagiku, Aruna. Aku tahu semua tentang dirimu. Kamu anak pertama dari dua orang saudara. Adikmu laki-laki usia 14 tahun dan sedang bersekolah. Sementara kedua orang tuamu hanya seorang pedagang kecil di sekitar rumahmu."

Langkah Aruna berhenti, dia merasa kalau Calvin sangat menakutkan sekali. Calvin sampai mengetahui tentang latar belakang keluarnya. Sambil menatap penuh tanda tanya, Aruna berniat menarik tangannya dari genggaman Calvin.

"Jangan melepaskan tanganmu itu atau kamu tahu akibatnya."

"Siapa kamu? Bagaimana kamu tahu tentang keluargaku?"

Calvin tersenyum, dia memegang tangan Aruna dan menatap mata wanita itu. "Bukankah aku sudah mengatakannya kalau tidak ada yang sulit bagiku untuk mencari taby siapa dirimu. Jadi jangan banyak bertanya dan sekarang kita harus segera menikah."

Calvin kembali memegang erat tangan Aruna sambil menariknya berjalan ke depan meja pernikahan mereka.

Aruna masih menatap Calvin dengan ribuan pertanyaan. Tiba saatnya mereka mengucapkan janji suci. Aruna dengan terbata-bata membaca ikrar pernikahan dan menyebut nama suaminya yang tertera diatas kertas.

"Calvin Adelio Darwish." Aruna menatap Calvin yang berdiri tegap disampingnya sambil menatap lurus ke depan.

Ikrar terus dilanjutkan hingga mereka dinyatakan sebagai sepasang suami istri. "Ini surat pernikahan kalian berdua. Mulai saat ini kalian dinyatan sudah menjadi pasangan sehidup semati didepan Tuan dan hukum."

Prosesi pernikahan selesai, Calvin langsung memanggil seorang wanita yang sejak tadi berdiri disisi belakang mereka memperhatikan prosesi pernikahan yang berlangsung.

"Bawa Aruna kembali ke hotel. Biarkan dia istirahat malam ini agar perjalanan besok lebih baik." Ucap Calvin yang sudah menyiapkan asisten untuk istrinya Aruna.

"Hotel?" Tanya Aruna. Tapi Calvin seperti biasa tidak menanggapi pertanyaan Aruna. "Calvin! Memangnya kita akan pergi kemana lagi? Bukankah ini rumahmu?"

"Kata siapa aku ini rumahku? Rumah ini adalah milik sahabatku, Robert. Aku memang sengaja meminjamnya untuk menjadikannya tempat pernikahan kita agar tidak ada yang tahu selain yang hadir saat ini. Jadi sekarang kembalilah ke hotel dengan Vivi. Mulai sekarang Vivi adalah asisten serta orang yang akan selalu membantumu."

"Memangnya kamu tidak......" Aruna malu-malu bertanya soal keberadaan Calvin.

"Aku masih ada urusan. Istirahatlah, dan jangan terlalu bermimpi untuk sebuah pesta pernikahan seperti lainnya. Aku tidak tertarik untuk melakukannya."

Calvin berjalan meninggalkan Aruna dan Vivi. "Calvin, tunggu."

Aruna mengejar pria yang kini statusnya sudah menjadi suami Aruna. "Jika besok kita akan pergi, bolehkah malam ini aku menemui keluargaku? Aku harus memberitahu mereka kemana aku akan pergi agar mereka tidak mengkhawatirkanku."

Calvin menatap mata Aruna. Dia melihat ada sebuah permintaan yang tulus untuk menemui keluarganya. "Vivi akan menemanimu dan satu hal yang perlu kamu ingat. Jangan memberitahukan kepada keluargamu kalau kamu sudah menikah."

"Baik! Aku tidak akan memberitahukannya."

Calvin langsung pergi meninggalkan rumah itu dan pergi menggunakan mobil. Sementara Aruna kembali ke kotanya bersama Vivi menggunakan helikopter yang sudah menunggu Aruna.

Selama di atas helikopter, Aruna memandang cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Dia tidak menyangka dalam satu hari hidupnya mengalami banyak perubahan.

"Vivi! Apakah tadi itu bukan mimpi?"

"Tidak Nyonya. Semuanya kenyataan dan kini anda adalah istri Tuan Calvin pemilik Darwish Group."

"Darwish Group? Bukankah itu....."

Aruna menutup mulutnya saat dia kaget kalau Calvin adalah pemilik Darwish Group yang sangat kaya. "Dimana ponselku? Aku ingin memastikan semuanya."

Aruna mengambil ponsel miliknya dan mencoba mencari tahu siapa Calvin Adelio Darwish dalam sebuah jejaring pencaharian. Saat foto dan profil Calvin tampil, Aruna sampai tidak berkedip melihat biodata Calvin. Bahkan banyak artikel yang membicarakan dirinya.

"Apa benar dia suamiku, Vivi?" Tanya Aruna sambil menunjuk foto Calvin yang muncul di layar. Vivi yang duduk disamping Aruna hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Aruna ketika dia tahu siapa suaminya saat ini.

"Apa yang aku lakukan selama ini? Kenapa dalam satu hari keadaanku yang kacau berubah menjadi sebuah cerita dongeng yang indah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Rahasia Di Balik Pernikahan Kilat Sang CEO   Bab 15

    Calvin duduk di tepi ranjang dengan jantung berdebar kencang, wajahnya merah padam saat Aruna menatapnya tajam. Mata Aruna tak berkedip, menelusuri setiap gerak-geriknya yang canggung. "Apa sebenarnya niatmu ada di sini, dekat aku saat aku tidur?" suara Aruna pelan tapi penuh makna, membuat Calvin hampir kehilangan kata-kata. Tubuh Calvin sedikit mundur, seolah ingin menjauh agar niatnya untuk mencium Aruna tidak ketahuan, namun Aruna sepertinya menyelidik apa yang ingin dilakukan Calvin. "Aku... aku cuma ingin merapikan rambutmu," jawab Calvin terbata-bata sambil berdiri untuk menjauhi Aruna. "Kalau rambutmu nutupin hidung, kamu pasti susah napas saat tidur." Aruna duduk tegak, tangannya meraba-raba rambutnya dengan ragu, matanya menyimpan pertanyaan yang belum terjawab. Namun sebelum dia sempat bertanya lebih jauh, Calvin tiba-tiba menarik napas panjang dan berkata dengan nada serius, "Malam ini aku tidak tidur di ru

  • Perjanjian Rahasia Di Balik Pernikahan Kilat Sang CEO   Bab 14

    "Ada apa dengannya? Semakin aneh! Tapi tidak masalah dia pergi lebih cepat dari pada dia terus menanyai soal Ayahnya dan aku tidak tahu harus mengatakan apa." Aruna juga ikut masuk ke dalam rumah. Aruna memilih ke dapur untuk bertanya kepada pelayan apa yang akan mereka siapkan untuk makan malam. Tuan Darwish melangkah keluar dari rumah putranya dengan wajah memerah dan alis berkerut tajam. Rasa kesal menguasai seluruh tubuhnya setelah usahanya mengancam Aruna agar menjauh dari Calvin gagal total. Dalam bisikannya yang penuh amarah, ia mengutuk wanita itu dengan kata-kata kasar yang nyaris tak terkendali. Begitu sampai di mobil, tangan besarnya mencengkeram setir dengan erat, lalu tiba-tiba memukulnya keras hingga terdengar dentuman nyaring. Napasnya memburu, dadanya naik turun tidak teratur, tanda jelas luapan emosi yang membara di dalam dirinya. “Sialan! Wanita itu pikir dia siapa? Aku tak akan diam saja!” geramnya sambil menggertakkan

  • Perjanjian Rahasia Di Balik Pernikahan Kilat Sang CEO   Bab 13

    Aruna menatap kertas yang terlipat rapi di tangannya, angka besar di cek itu seolah berkilau memanggil-manggil hasrat dan kebingungan sekaligus. Matanya membelalak, jantungnya berdegup tak menentu. "Apa maksud Ayah dengan ini?" suaranya terdengar lirih, namun ada getar ketegangan yang sulit disembunyikan. Tuan Darwish yang berdiri di hadapannya, malah mengalihkan pandangan ke taman luas yang dibangun Calvin, napasnya panjang sebelum akhirnya menatap tajam ke arah Aruna. "Aku tidak suka kau memanggilku ayah. Aku tidak mengakui kau sebagai menantuku," ucapnya dingin, kata-katanya menusuk seperti pisau yang membuat Aruna tercekat. Aruna terdiam, matanya menunduk, dada sesak seolah beban penolakan itu menekan seluruh tubuhnya. Hatinya hancur, tapi tak ada setetes air mata yang jatuh. Dia tahu, dalam diam itu, dia dianggap asing, bahkan oleh pria yang seharusnya menjadi keluarga walaupun pernikahan ini hanya sebuah pernikahan dengan perjanjian.

  • Perjanjian Rahasia Di Balik Pernikahan Kilat Sang CEO   Bab 12

    Stevani melangkah keluar dari sebuah kafe yang tidak terlalu ramai bahkan tidak begitu dikenal orang. Stevani sengaja membuat janji dengan Paman Darwish dilokasi itu agar pertemuan mereka tidak diketahui oleh siapapun. Stevani keluar dengan mata yang bersinar penuh kemenangan setelah berhasil mengajak Ayah Calvin terjerat dalam rencana liciknya. Wajahnya yang tadinya tegang kini berubah menjadi senyum tipis penuh arti. Tak jauh dari situ, sosok Harry sudah menunggu dengan sabar, mengenakan jaket kulit hitam yang menambah pesonanya sebagai model majalah dewasa. Tanpa ragu, Stevani mendekat dan berjabat tangan erat dengan Harry. Tangannya yang lentik menyentuh tangan pria itu seolah memberi sinyal bahwa mereka adalah pasangan yang tak terpisahkan. Dengan gerakan lembut, Stevani memberikan kecupan ringan di pipi kiri Harry, kemudian beralih ke pipi kanannya. Senyum manisnya merekah sempurna, memperlihatkan kepercayaan diri yang memikat. Kemu

  • Perjanjian Rahasia Di Balik Pernikahan Kilat Sang CEO   Bab 11

    Rico menatap Calvin dengan mata membelalak, jantungnya seolah berhenti sejenak saat pertanyaan itu meluncur tiba-tiba. Tubuhnya yang biasanya tenang kini gemetar halus, bibirnya sulit membuka untuk menjawab. Calvin, yang berdiri disamping Rico namun matanya menatap tajam penuh harap, mulai menunjukkan tanda ketidaksabaran. “Rico, pernah tidak kamu merasakan jantungmu berdetak kencang saat dekat dengan wanita?” tanya Calvin lagi dengan nada yang lebih mendesak. Rico akhirnya mengangguk pelan, suara seraknya keluar, “Pernah… saat aku dekat dengan wanita yang aku sukai.” Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Calvin menyeringai kecil, lalu membalikkan pertanyaan, “Yang lain?" "Maksud Tuan?""Maksudku apakah ada yang lain selain menyukai wanita? Aku rasa itu tidak masuk dalam masalahku.""Bagaimana Tuan bisa begitu yakin? Apakah Tuan sudah menganalisanya saat di kondisi yang berbeda? atau apakah Tuan pernah mengalami hal sepertu itu jika berhadapan dengan wanita yang t

  • Perjanjian Rahasia Di Balik Pernikahan Kilat Sang CEO   Bab 10

    Aruna tidak menemukan Calvin setelah selesai mandi. Calvin bahkan tidak meninggalkan pesan kemana dia pergi. Aruna keluar dari kamar dan berjalan turun ke lantai bawah. "Kamu sudah bangun?" sapa Nyonya Sabrina ketika melihat menantunya turun dengan wajah lebih segar. "Sudah Ibu! Apakah kamu melihat Calvin?" "Calvin? Apa dia tidak mengatakan akan pergi kemana?" Aruna menggelengkan kepalanya, "Calvin tadi sudah pergi dengan terburu-buru bersama Rico untuk urusan pekerjaan. Dia hanya menitip pesan kepadaku agar disampaikan kepadamu." Nyonya Sabrina mengajak Aruna berjalan ke ruang makan untuk mengajak menantunya sarapan pagi. "Calvin mengatakan jika kamu masih ingin disini maka nanti sore dia akan menjemputmu. Tapi jika kamu ingin kembali pulang, maka supir yang akan mengantarkanmu." Aruna sudah duduk dikursi dan Nyonya Sabrina mulai menyajikan sarapan yang telah dibuatnya. Tidak berapa lama Tuan Alex ikut bergabung dan duduk di kursi kebesarannya. "Pagi Tuan!" sapa Aruna y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status