"Apa? Menikah?" Aruna sangat kaget jika syarat yang disampaikan oleh Calvin adalah untuk menikah dengannya.
"Jangan bercanda Tuan. Aku tidak akan menikah denganmu. Aku tidak mengenal dirimu dan aku tidak tahu apa niatmu ingin menikahiku. Pokoknya aku tidak setuju." Aruna langsung berjalan dan berniat pergi meninggalkan tempat itu. Calvin sampai menutup matanya beberapa detik karena dia kewalahan menghadapi Aruna. Calvin memberi kode kepada asistennya untuk menghalangi Aruna dengan berdiri didepan Aruna. "Minggir! Aku tidak mau menikah. Aku tidak akan pernah setuju dengan semua rencana kalian." "Kamu yakin tidak mau menikah denganku? Apakah kamu lupa apa yang sudah kamu lakukan dan apa yang aku lakukan untuk menyelamatkanmu?" Calvin berjalan mendekati Aruna dan memperlihatkan ponselnya kehadapan Aruna. "Apa ini?" Tanya Aruna. "Lihat dan dengarkanlah." Aruna menyimak sebuah video yang ditunjukkan oleh Calvin. Sebuah video berita yang mengabarkan kalau seorang pengusaha terbunuh dikamar hotel tempatnya menginap. Saat ini polisi sudah ada di lokasi dan berusaha menemukan bukti siapa pelakunya. "Kamu sudah melihatnya sendiri? Sekarang pilihan ada di tanganmu. Jika kamu ingin pergi dan tidak mau menikah denganku maka aku pastikan dalam waktu lima jam polisi akan menjemputmu dan memasukkanmu ke dalam penjara. Tapi jika kamu ingin tetap bisa merasakan udara kebebasan maka berbaliklah dan melangkah masuk untuk melanjutkan pernikahan kita." Aruna masih terpaku dengan ketakutannya. Dia tidak tahu apakah pilihannya tepat atau tidak, tapi saat ini Aruna sedikit shock dengan berita yang dilihatnya. Halusinasi gambaran penangkapan dirinya sudah berputar dibenak Aruna. Aruna menggeleng seolah ingin membuang pikiran itu. Aruna berbalik dan menatap Calvin, "Aku setuju." "Pilihan yang tepat." Ucap Calvin sambil berbalik badan dan senyuman tipis mengembang seolah dirinya menang. "Bagaimana dengan semua surat dan tanda pengenal lainnya? Aku tidak membawanya saat pergi dari rumah." Tanya Aruna dengan suara pelan. "Kamu tidak perlu memikirkannya. Semuanya sudah lengkap tinggal kamu duduk disana dan menandatangani semua berkas yang diperlukan." Aruna menatap sisi kanan Calvin yang bisa dilihatnya. Aruna tidak tahu siapa pria yang ada didekatnya saat ini hingga mampu menyiapkan semuanya dengan cepat. "Kamu sudah siap?" Tanya Calvin yang kini berdiri disamping Aruna sambil memberikan tangannya untuk digenggam Aruna agar mereka bisa berjalan bersama menuju meja pernikahan yang sudah disiapkan. Mereka berjalan berdua, Aruna masih belum siap dengan semua yang terjadi. Masalah kematian pengusaha itu membuatnya sudah stress kini ditambah lagi dengan pernikahan kilat yang tidak diinginkannya. "Santai saja, Aruna. Kamu tidak perlu tegang. Jadi tersenyumlah di hari bahagia ini." Aruna spontan langsung melihat ke samping kanan dimana Calvin berjalan berdampingan dengannya. Aruna bahkan belum menyebut namanya atau berkenalan dengan pria disampingnya itu. "Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" "Tidak ada yang sulit bagiku, Aruna. Aku tahu semua tentang dirimu. Kamu anak pertama dari dua orang saudara. Adikmu laki-laki usia 14 tahun dan sedang bersekolah. Sementara kedua orang tuamu hanya seorang pedagang kecil di sekitar rumahmu." Langkah Aruna berhenti, dia merasa kalau Calvin sangat menakutkan sekali. Calvin sampai mengetahui tentang latar belakang keluarnya. Sambil menatap penuh tanda tanya, Aruna berniat menarik tangannya dari genggaman Calvin. "Jangan melepaskan tanganmu itu atau kamu tahu akibatnya." "Siapa kamu? Bagaimana kamu tahu tentang keluargaku?" Calvin tersenyum, dia memegang tangan Aruna dan menatap mata wanita itu. "Bukankah aku sudah mengatakannya kalau tidak ada yang sulit bagiku untuk mencari taby siapa dirimu. Jadi jangan banyak bertanya dan sekarang kita harus segera menikah." Calvin kembali memegang erat tangan Aruna sambil menariknya berjalan ke depan meja pernikahan mereka. Aruna masih menatap Calvin dengan ribuan pertanyaan. Tiba saatnya mereka mengucapkan janji suci. Aruna dengan terbata-bata membaca ikrar pernikahan dan menyebut nama suaminya yang tertera diatas kertas. "Calvin Adelio Darwish." Aruna menatap Calvin yang berdiri tegap disampingnya sambil menatap lurus ke depan. Ikrar terus dilanjutkan hingga mereka dinyatakan sebagai sepasang suami istri. "Ini surat pernikahan kalian berdua. Mulai saat ini kalian dinyatan sudah menjadi pasangan sehidup semati didepan Tuan dan hukum." Prosesi pernikahan selesai, Calvin langsung memanggil seorang wanita yang sejak tadi berdiri disisi belakang mereka memperhatikan prosesi pernikahan yang berlangsung. "Bawa Aruna kembali ke hotel. Biarkan dia istirahat malam ini agar perjalanan besok lebih baik." Ucap Calvin yang sudah menyiapkan asisten untuk istrinya Aruna. "Hotel?" Tanya Aruna. Tapi Calvin seperti biasa tidak menanggapi pertanyaan Aruna. "Calvin! Memangnya kita akan pergi kemana lagi? Bukankah ini rumahmu?" "Kata siapa aku ini rumahku? Rumah ini adalah milik sahabatku, Robert. Aku memang sengaja meminjamnya untuk menjadikannya tempat pernikahan kita agar tidak ada yang tahu selain yang hadir saat ini. Jadi sekarang kembalilah ke hotel dengan Vivi. Mulai sekarang Vivi adalah asisten serta orang yang akan selalu membantumu." "Memangnya kamu tidak......" Aruna malu-malu bertanya soal keberadaan Calvin. "Aku masih ada urusan. Istirahatlah, dan jangan terlalu bermimpi untuk sebuah pesta pernikahan seperti lainnya. Aku tidak tertarik untuk melakukannya." Calvin berjalan meninggalkan Aruna dan Vivi. "Calvin, tunggu." Aruna mengejar pria yang kini statusnya sudah menjadi suami Aruna. "Jika besok kita akan pergi, bolehkah malam ini aku menemui keluargaku? Aku harus memberitahu mereka kemana aku akan pergi agar mereka tidak mengkhawatirkanku." Calvin menatap mata Aruna. Dia melihat ada sebuah permintaan yang tulus untuk menemui keluarganya. "Vivi akan menemanimu dan satu hal yang perlu kamu ingat. Jangan memberitahukan kepada keluargamu kalau kamu sudah menikah." "Baik! Aku tidak akan memberitahukannya." Calvin langsung pergi meninggalkan rumah itu dan pergi menggunakan mobil. Sementara Aruna kembali ke kotanya bersama Vivi menggunakan helikopter yang sudah menunggu Aruna. Selama di atas helikopter, Aruna memandang cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Dia tidak menyangka dalam satu hari hidupnya mengalami banyak perubahan. "Vivi! Apakah tadi itu bukan mimpi?" "Tidak Nyonya. Semuanya kenyataan dan kini anda adalah istri Tuan Calvin pemilik Darwish Group." "Darwish Group? Bukankah itu....." Aruna menutup mulutnya saat dia kaget kalau Calvin adalah pemilik Darwish Group yang sangat kaya. "Dimana ponselku? Aku ingin memastikan semuanya." Aruna mengambil ponsel miliknya dan mencoba mencari tahu siapa Calvin Adelio Darwish dalam sebuah jejaring pencaharian. Saat foto dan profil Calvin tampil, Aruna sampai tidak berkedip melihat biodata Calvin. Bahkan banyak artikel yang membicarakan dirinya. "Apa benar dia suamiku, Vivi?" Tanya Aruna sambil menunjuk foto Calvin yang muncul di layar. Vivi yang duduk disamping Aruna hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Aruna ketika dia tahu siapa suaminya saat ini. "Apa yang aku lakukan selama ini? Kenapa dalam satu hari keadaanku yang kacau berubah menjadi sebuah cerita dongeng yang indah?""Memangnya kenapa? Aku hanya punya pakaian ini didalam lemariku."Aruna melihat isi lemari Calvin yang hanya dipenuhi oleh kemeja kerja dan juga jas tergantung rapi. Aruna sampai bingung, apakah dia akan menggunakan kemeja Calvin untuk tidur."Bagaimana dengan pintu ini? Apakah isinya juga pakaian kerjamu?""Buka saja. Aku tidak ingat apakah masih ada pakaian yang tertinggal disini."Aruna membuka pintu yang lain dan melihat deretan pakaian yang tersusun rapi. Aruna sampai menyerah dan pasrah untuk memakai kemeja Calvin untuk tidur tapi dia melihat warna yang berbeda dideretan pakaian putih yang terlipat rapi."Bagaimana dengan ini? Sepertinya ini bisa aku gunakan.""Terserah padamu saja."Aruna mengambil sebuah baju kaos dengan ukuran yang cukup besar jika digunakannya. Aruna langsung masuk ke dalam kamar mandi dan melepas semua pakaiannya.Aruna mencoba mencari peralatan mandi yang bisa digunakannya. Disana hanya ada peralatan mandi milik Calvin. Aruna menyentuh dan mencium aroma da
"Jaga sikapmu, Calvin Adelio Darwish. Jangan sampai aku bertindak lewat batas melihat sikapmu ini.""Aku sudah menjaga sikapku, Tuan Alex Darwish. Bukankah aku sudah mengatakan jika aku tidak setuju dengan semua rencanamu itu? Jadi jangan salahkan aku jika keadaannya akan seperti ini.""CALVINNN!"Keduanya saling bersitegang dengan mata yang saling menatap untuk menantang. Keadaan seperti ini bukan baru pertama kali melainkan sudah sering terjadi."Sudah! Berhentilah saling beragurmen seperti itu. Apakah kalian tidak mau bertengkar dihadapan orang banyak? Didepan menantu kita? Kalian Ayah dan Anak yang seharusnya saling mencintai dan bukan saling bertengkar didepan anggota keluarga yang baru." Nyonya Sabrina berdiri diantara suami dan putranya."Hentikan ini, Calvin. Disini ada Aruna, ajak dia berkeliling rumah kita dan tunjukkan dimana kamarmu." Nyonya Sabrina menarik lengan Calvin untuk mundur.Nyonya Sabrina juga memberi kode kepada Aruna untuk membawa Calvin menjauh dari sana. Aru
"Perkenalkan! Dia istriku. Dia Nyonya Calvin Adelio Darwish."Semua yang ada di pesta memandang ke arah Calvin dan Aruna. Aruna yang merasa di lihat oleh puluhan mata menjadi tidak nyaman. Dia semakin mengeratkan genggaman tangannya di lengan Calvin. Calvin tahu jika Aruna merasa tidak nyaman.Semua orang mulai berbisik-bisik membicarakan Calvin dan pertunangannya dengan Stevani serta wanita yang diakui oleh Calvin sebagai istrinya.Wajah Tuan Alex, Ayah Calvin memerah menahan amarah dan juga malu dengan pengakuan putranya. Stevani yang berdiri dengan cantik di samping orang tuanya juga kaget sekaligus emosi mendengar pengakuan Calvin yang secara tiba-tiba."Calvin! Jangan bercanda! Hari ini kita bertunangan dan kamu membawa seorang wanita lain dan mengakuinya istrimu. Berhentilah membuat kejutan, sayang." Stevani berusaha membuat suasana tida tegang dan menyangkal kalau Calvin sedang mengerjainya."Ini tidak bercanda Stevani. Wanita ini adalah istriku. Aku dan dia sudah menikah dan k
"Silahkan Nyonya."Aruna masih melihat sekitarnya, dia tidak tahu kenapa mobil mereka berhenti disana. Aruna yakin disana bukan sebuah pemukiman tempat tinggal atau gedung apartemen."Apa kita sudah sampai?""Belum Nyonya. Tuan meminta kita mampir ke sini sebentar untuk membeli sesuatu yang bisa Nyonya kenakan."Aruna melirik ke luar dan melihat nama brand ternama yang terpampang jelas di depan toko. "Untukku? Kenapa dia tidak mengatakan apapun?"Aruna terus mengomel sambil turun dari mobil. Calvin sendiri sudah turun lebih awal tanpa mengatakan apapun kepada Aruna.Aruna masuk ke dalam sebuah butik ternama dan dia melihat deretan pakaian yang di gantung di samping Calvin. Aruna melihat Calvin sudah duduk disofa dengan ponsel ditangannya. Aruna mendekat dan duduk disamping Calvin sambil berbicara pelan agar tidak didengar oleh orang-orang yang ada disana."Untuk apa kita kesini? Bukankah baju yang aku bawa sudah cukup banyak?""Coba saja! Coba semuanya dan tunjukkan kepadaku." Calvin
"Kemarilah cantik. Ayo kesini! Aku ingin menikmati tubuhmu.""Jangan mendekat! Aku tidak mau disentuh olehmu. Aku juga tidak mengenalmu.""Tidak penting kami mengenalku apa tidak, yang pasti aku sudah membayar untuk tubuhmu itu dengan harga yang mahal."Pria hidung belang itu terus memaksa Aruna untuk dilayani. Tapi Aruna terus menolak bahkan berusaha melemparnya dengan beberapa benda yang bisa dijangkaunya. Aruna mendorong pria itu hingga tubuh mereka tidak saling menempel. Aruna berlari menuju pintu kamar hotel. Tapi sayang pria itu berhasil menangkap Aruna dan menarik lengan baju Aruna.Lengan baju Aruna robek dan pundaknya terlihat jelas oleh pria itu. Matanya langsung berbinar karena melihat pundak yang mulus dan putih."Pemandangan yang begitu indah." Ucapnya sambil mengeluarkan lidah.Aruna di dorong ke atas kasur. Aruna kembali bangkit dan berlari ke sisi kamar hotel untuk menjauh. Aruna berada di depan sebuah mini bar yang lengkap dengan semua makanan disana. Aruna melihat ad
"Apa? Menikah?" Aruna sangat kaget jika syarat yang disampaikan oleh Calvin adalah untuk menikah dengannya. "Jangan bercanda Tuan. Aku tidak akan menikah denganmu. Aku tidak mengenal dirimu dan aku tidak tahu apa niatmu ingin menikahiku. Pokoknya aku tidak setuju." Aruna langsung berjalan dan berniat pergi meninggalkan tempat itu. Calvin sampai menutup matanya beberapa detik karena dia kewalahan menghadapi Aruna. Calvin memberi kode kepada asistennya untuk menghalangi Aruna dengan berdiri didepan Aruna. "Minggir! Aku tidak mau menikah. Aku tidak akan pernah setuju dengan semua rencana kalian." "Kamu yakin tidak mau menikah denganku? Apakah kamu lupa apa yang sudah kamu lakukan dan apa yang aku lakukan untuk menyelamatkanmu?" Calvin berjalan mendekati Aruna dan memperlihatkan ponselnya kehadapan Aruna. "Apa ini?" Tanya Aruna. "Lihat dan dengarkanlah." Aruna menyimak sebuah video yang ditunjukkan oleh Calvin. Sebuah video berita yang mengabarkan kalau seorang pengusaha terbunuh d