“Pergilah. Kau tidak disambut di sini. Juan hanya keluar berbelanja sebentar. Sebelum dia kembali, kau sebaiknya tinggalkan tempat ini,” ucap Moreau sinis. Dia menyingkirkan sentuhan tangan Abihirt dengan kasar. Seandainya, cukup tega mendorong pria itu tanpa memikirkan kemungkinan yang lain. Mungkin dia sudah melakukannya dari awal.
“Tidak. Kau harus mendengar penjelasanku,” Abihirt menyangkal. Itu membuat Moreau harus menarik napas dan mengembuskan dengan putus asa. Hanya membiarkan waktu berjalan beberapa saat, kemudian dia meneruskan, “Tidak ada yang perlu kudengar. Semua sudah cukup. Tidakkah kau mengerti jika kita memang tidak ditakdirkan bersama?” “Aku turut berduka cita atas kepergiaan ibumu. Sekali lagi, apa pun yang terjadi dengan masa lalu-mu, itu sama sekali bukan urusanku. Sekarang pergilah. Aku tidak pernah ingin melihat wajahmu lagi. Pastikan kau tidak pernah kembali atau berusaha membujukku untuk sesuatu yang—“ “Tidak, Moreau.” Kata – kata d“Pergilah. Kau tidak disambut di sini. Juan hanya keluar berbelanja sebentar. Sebelum dia kembali, kau sebaiknya tinggalkan tempat ini,” ucap Moreau sinis. Dia menyingkirkan sentuhan tangan Abihirt dengan kasar. Seandainya, cukup tega mendorong pria itu tanpa memikirkan kemungkinan yang lain. Mungkin dia sudah melakukannya dari awal. “Tidak. Kau harus mendengar penjelasanku,” Abihirt menyangkal. Itu membuat Moreau harus menarik napas dan mengembuskan dengan putus asa. Hanya membiarkan waktu berjalan beberapa saat, kemudian dia meneruskan, “Tidak ada yang perlu kudengar. Semua sudah cukup. Tidakkah kau mengerti jika kita memang tidak ditakdirkan bersama?” “Aku turut berduka cita atas kepergiaan ibumu. Sekali lagi, apa pun yang terjadi dengan masa lalu-mu, itu sama sekali bukan urusanku. Sekarang pergilah. Aku tidak pernah ingin melihat wajahmu lagi. Pastikan kau tidak pernah kembali atau berusaha membujukku untuk sesuatu yang—“ “Tidak, Moreau.” Kata – kata d
“Kau bisa menghubungiku jika ibumu kembali ingin melakukan sesuatu yang buruk.”Suara serak dan dalam Abihirt perlahan merambat ke permukaan setelah hening cukup panjang. Moreau diam beberapa saat, memikirkan pernyataan pria itu barusan, tetapi segera melanjutkan kebutuhan tertunda. Hanya perlu mengikat kain perban, maka kegiatan mengobati luka di tangan ayah sambungnya—paling tidak untuk saat ini—segera selesai.Ya, benar. Sekarang telah selesai. Moreau menghela napas kasar sembari menyusun kembali beberapa perangkat ke dalam kotak P3K. Dia masih menyimpan ungkapkan pria itu dan merasa sangat perlu memberi tanggapan sinis. “Jangan menyebutnya seperti itu. Dia bukan ibuku.”“Apa maksudmu?”Wajah Moreau segera terangkat sekadar melakukan kontak mata dengan iris kelabu di sana. Tatapan bingung Abihirt menyiratkan banyak hal; antara sedang mempertimbangkan sesuatu. Namun, juga ada desakan yang ingin pria itu mengerti. “Kau tidak tahu? Apa jika aku memberi tahu
“Setelah mencoba untuk membunuhku. Kau pikir apa yang bisa dibicarakan lagi?” Desis suara Barbara menuntut banyak hal. Menunjukkan kemungkinan terburuk. Moreau meringis ketika wanita itu melakukan pergerakan dan jelas memberi beberapa dampak mengerikan. Ujung pisau yang tajam sudah menyentuh—sedikit menekan hingga dia harus menelan ludah kasar. Barbara sungguh akan berada di luar batas. Demikian yang Moreau sadari bahwa Abihirt juga memikirkan hal serupa. Pria itu terus menunjukkan gestur supaya Barbara tidak lepas kendali. Jarak tersisa di antara mereka nyaris bisa terbaca untuk situasi lebih memungkinkan, meski kemudian suara serak dan dalam Abihirt terdengar. “Kau tidak ingin bercerai, bukan begitu?” “Lalu apa? Seseorang yang datang di hidupku dengan tujuan membalaskan dendam. Kau pikir apa yang bisa kuharapkan jika ingin pernikahan ini terus berlangsung? Hidup di neraka menghadapi sikapmu yang selalu dingin? Pantas saja. Sekarang aku sudah mengerti mengapa kau terlihat cen
“Sepertinya kau benar. Sudah seharusnya kau sangat menyesal membesarkanku selama ini, karena aku mungkin akan mengatakan betapa hebatnya Abi di ranjang. Dia memberiku pengalaman yang sepertinya tidak kau dapatkan darinya.” “Kau menyebut sebuah tempat penuh dengan mainan seks. Ya, kau benar. Aku memang sering berada di sana. Kami melakukan banyak adegan seks dan itu menyenangkan bagiku. Kau tahu ... dia bilang dia sangat mencintaiku. Setelah menceraikanmu, kami mungkin akan menikah. Sekarang aku tidak keberatan lagi harus menerima statusnya sebagai mantan ayah sambungku. Kau dan aku sendiri tidak pernah memiliki hubungan darah. Kurasa itu bukan masalah besar.” Moreau tersenyum lebar, walau di dalam hatinya begitu banyak rasa sakit tidak terungkapkan. Dia hanya ingin membalas setiap kata – kata menyedihkan Barbara supaya itu menjadi harga lebih pantas, dan menyembunyikan semua yang saat ini masih tersisa adalah jalan pintas terbaik. Barbara mulai terpancing. Baguslah
“Kau bisa lanjutkan apa yang ingin kau katakan, Mom,” ucap Moreau setelah tubuh Juan hilang dari pandangan. Dalam sekejap Barbara berdecih sinis, kemudian wanita itu berkata, “Aku takut kau tidak bersedia memanggilku dengan sebutan ‘mom’ lagi setelah mengetahui kebenaran ini.” “Kebenaran apa?” Moreau penasaran. Ironinya, kepuasan di mata Barbara meninggalkan rasa sakit yang dia tidak mengerti bagaimana itu terjadi. “Kau bukan putri kandungku. Aku tidak pernah mau mengandung dan juga tidak bisa mengandung. Abi mungkin sudah bicara denganmu kalau aku tidak hamil anaknya, bukan? Ya, itu benar. Pekerjaanku dulu mengharuskanku melakukan beberapa prosedur dan akibatnya ... menyebabkan masalah serius pada rahimku.” “Pekerjaan apa?” tanya Moreau tak percaya. Hampir tidak bisa memilah satu per satu informasi. Rasanya seperti duduk di kursi terapis. Cukup syok mengetahui kebenaran yang Barbara sembunyikan selama ini. “Sekarang aku yakin kau sudah mengerti. Menja
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mengapa Abi harus membalaskan dendam? Apa motivasinya?” Moreau nyaris kehilangan kendali terhadap kebutuhan mempertahankan kestabilan suara. Tidak ingin Barbara menyadari rasa takut yang menyelinap seperti suatu aliran deras. Kali ini, dia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. “Dulu sekali, aku pernah menjalin hubungan bersama seorang pengusaha kaya. Jika kau memikirkan sesuatu yang buruk. Kau benar. Aku mantan simpanan ayahnya. Sama seperti dirimu selama ini. Hanya dijadikan seorang simpanan. Kau pikir Abi benar – benar serius denganmu? Jangan berharap banyak, Moreau. Kau tidak lebih dari seorang mainan.” “Biar kutebak, apa dia sering membawamu ke ruangan mengerikan itu? Melepas cambukan keras di tubuhmu?” Tulang punggung Moreau seperti mendapat kejutan listrik. Ketegangan itu tidak bisa dijelaskan. Bagaimana Barbara bisa menebak dengan tepat? Sekarang apa yang bisa dia katakan? Pada kenyataannya, itu memang benar. Mun
“Yakin catatan-mu sudah lengkap?”Moreau segera menoleh ke arah satu titik di sana ketika Juan bicara nyaris menyerupai gugumaman kecil. Perhatian pria itu terpaku serius pada secarik kertas berisi daftar barang belanjaan. Kali ini, dia sedang tidak diliputi minat melakukan perjalanan. Enggan bertemu banyak orang. Sehingga meminta bantuan Juan dan kebetulan pria itu tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkannya.Sesuatu segera menyelinap di benak Moreau saat iris biru terangnya mendapati Juan akan segera melangkah ke luar dapur. Dia langsung menghentikan kegiatan memotong apel.“Jangan lupa, belikan juga susu untuk wanita hamil.”Moreau sedikit terkekeh saat Juan segera menoleh tajam, kemudian berakhir dengan memutar mata malas.“Jadi, apakah masih ada yang tertinggal?” pria itu bertanya lagi. Sesaat, Moreau mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Tidak ada petunjuk yang bisa dia temukan. Sepertinya semua sudah lengkap.“Ya. Sekarang kau bisa perg
“Sudah ada Juan. Kami bisa saling melindungi. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang pergilah. Bukankah kau akan sibuk dengan urusan perceraian-mu?”“Pengacara-ku akan mengurus semuanya.”“Tidak, Abi. Kau tidak bisa di sini,” bantah Moreau tegas. Hanya akan berakhir dengan perkara besar, jika pria itu tidak berusaha memahami kondisi di sekitar. Abihirt sudah menyaksikan sendiri bagaimana begitu banyak mata yang bertentangan terhadap hubungan mereka. Hubungan terlarang ... secara terang – terangan dijadikan sebuah tontonan oleh satu orang. Pria itu bisa menilai sendiri bagaimana hasilnya.“Pergilah, Abi. Aku dan Juan akan baik – baik saja di sini.”Lagi. Moreau tak bisa menunggu lebih lama sekadar menyaksikan sikap Abihirt yang tampak begitu enggan. Ego terus melarangnnya mempersilakan pria itu di sini. Tetap terasa jauh lebih adil jika Abihirt memang melangkahkan kaki pergi.“Mengertilah ....”Kali ini, Moreau bisa mendengar sendiri betapa suaranya begitu ge
“Kau lagi!”Suara Juan menggantung di ujung tenggorokan. Pria itu dalam sekejap tersulut amarah. Semua tampak begitu jelas ketika Juan melebarkan langkah ke arah Abihirt diliputi gestur ingin melayangkan pukulan mentah.Bugh!Sebaliknya pria itu mendapat hujaman luar biasa keras dari kepalan tangan Abihirt. Sial. Juan berdarah dalam sekejap.“Astaga, Abi! Apa yang kau lakukan?”Moreau segera bersimpuh. Ingin melihat langsung bagaimana kondisi Juan setelah pria itu terjerembab jatuh ke atas lantai. Dia meringis ketika Juan mengaduh kesakitan. Makhluk yang malang. Moreau menipiskan bibir, merasakan sangat ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Abihirt. Dia mendelik pria itu tajam, lalu berkata, “Kau tidak seharusnya memukul Juan sampai seperti ini, Abi!”“Aku tidak bermaksud. Hanya kelepasan.”Abihirt seperti memutar kembali kalimat yang dia katakan mengenai situasi Juan kemarin. Persetan dengan pria itu. Moreau tidak mengatakan apa pun lagi, selain