Berulang kali kelopak mata Moreau mengerjap oleh sulur – sulur suara yang merambat semakin jelas saat dia akhirnya menatap ke sekeliling ruangan. Tidak ada perubahan signifikan. Hanya beberapa bagian, setidaknya, terlihat sedikit lebih rapi setelah dia melakukan penataan ulang.
Moreau meregangkan otot – otot yang terasa kaku. Dia tidak ingat kapan terakhir memutuskan untuk tidur dan ketika terbangun, langit terlihat cukup gelap di luar sana. Sial, dia tertidur cukup lama—dengan suara perut lantang menyaring ke udara. “Kau lapar, Baby?” Sambil memegangi bagian tubuhnya yang masih terlihat rata, Moreau tersenyum—tidak terbiasa bicara seperti ini, tetapi ini mungkin akan menjadi rutinitas krusial. Dia perlu memasak sebelum bisa mencicip sesuatu yang bisa membuatnya kenyang. Barbara telah menyiapkan bahan mentah—mungkin Moreau tidak akan memilih menu berat atau yang akan membutuhkan waktu lebih lama menuju matang. Dia sudah merasa bisa memakan kuda, jika tidak secepatn“Tidak sulit mencari tahu di mana kau akan tinggal.” Pernyataan tersebut terdengar ambigu. Moreau mengangkat sebelah alis tanpa sadar, sembari memperhatikan cara ayah sambungnya meletakkan perangkat masak yang kotor ke atas westafel. Tidak dimungkiri bahwa penampilan Abihirt natural. Sempurna alami, dengan kemeja polos sewarna biru muda, yang bagian tangan digulung sebatas siku dan memperlihatkan betapa kedua lengan itu indah diliputi urat yang tampak menjalar, kemudian menghilang di balik bahan kain lembut di sana. “Apa ibuku yang memberitahumu?” Setelah mengerjap, Moreau mengembalikan kesadaran dengan kembali bertanya. Memang, begitu banyak cara mengetahui di mana dia akan tinggal, tetapi dugaan tentang Barbara terdengar sebagai kemungkinan paling dekat. Tidak dimungkiri apabila ibunya tiba – tiba bersedia bicara kepada suami wanita itu. “Tidak.” Singkat. Namun, itulah yang ntah bagaimana dengan mudah menarik perhatian Moreau supaya melangkah l
Sial. Apakah ini suatu jebakan? Moreau terpaku lurus menatap wajah ayah sambungnya. Ekspresi tenang Abihirt tidak menunjukkan sesuatu yang spesifik. Lupakan. Dia segera menaruh perhatian pada Pollo Al Ajillo. Kepulan asap dari makanan baru matang meninggalkan tuntutan agar dia menunggu. Bahkan, Moreau perlu meniup dengan hati - hati. “Aku memaafkanmu. Hanya tidak ingin kita bertemu,” ucapnya, masih diliputi tindakan serupa. Mata kelabu Abihirt tidak pernah lepas dari tindakan apa pun yang dia lakukan. Sedikit membuat Moreau bertanya – tanya apakah mungkin dia akan meninggalkan jejak berlebihan atau akankah Abihirt menduga – duga sesuatu yang tidak biasa tentangnya? “Aku tidak bisa jika tidak bertemu denganmu.” Tiba – tiba pria itu mengatakan sesuatu yang terdengar sangat mustahil. Nyaris tidak pernah ada pengakuan seperti demikian. Dia secara naluriah membeku. Menganggap pernyataan Abihirt adalah lelucon, meski juga menyadari bahwa akan menyerupai kesa
“Apa yang membuatmu sangat marah kepadanya?” dia bertanya, kali ini cukup hati – hati. Ada keinginan supaya tidak melihat bagaimana Abihirt sedang menggali sesuatu dari masa lalu. Pria itu bahkan menghindari kontak mata, seolah menatap ke permukaan meja bar jauh lebih menarik daripada dia yang sedang menunggu dengan harapan besar. “Tidak semua masalah harus menjadi konsumsi publik, bukan begitu?” Hanya ketika itu, ketika Abihirt mengajukan pertanyaan, Moreau dengan reaksi murni segera menahan napas. Ya, memang terkadang tidak semua orang dapat dilibatkan ke dalam urusan tidak seharusnya ... yang melibatkan keluarga, tetapi bukankah mereka .... “Kau menganggapku orang asing?” dia langsung bertanya, nyaris tidak melihat seperti apa reaksi Abihirt tepat setelah pria itu memutuskan untuk menegakkan tubuh di hadapannya. “Aku putri sambungmu,” Moreau menambahkan persis mendeteksi ada sesuatu yang coba Abihirt sembunyikan. “Aku tidak pernah berharap kau menjad
Tidak tahu apa yang benar – benar bisa dia pikirkan. Pada akhirnya, Moreau membawa Abihirt untuk sama – sama terdampar di ruang menonton. Mereka memilih film secara acak, meski masih dengan genre yang ditentukan. Dia yang menentukan, karena ayah sambungnya sama sekali tidak memiliki minat terhadap romansa—sedang tayang di depan layar, diliputi lampu ruangan sengaja dimatikan. Keberadaan pria itu hanya sekadar menemani. Malah, sesekali Moreau mendapati Abihirt menguap. Sudah cukup malam. Ayah sambungnya mengantuk, sementara dia ... yang baru terbangun dari tidur ... masih merasa luar biasa segar. Namun, Moreau tidak mengatakan apa – apa. Tidak meminta Abihirt terjaga atau setidaknya mempersilakan pria itu mengambil jeda untuk terlelap di sini. Sedikit ingin melihat sejauh mana Abihirt akan bertahan. Merasa bahwa ayah sambungnya akan berusaha tetap di sini, bersamanya. “Apa kau tidak takut ibuku mencarimu?” Sejak tadi, tidak ada percakapan penting. Hanya suara tel
Secara tentatif Moreau beranjak bangun. Tidak ingin gerakan yang dilakukan dengan sadar malah membuat Abihirt terbangun. Dia mengedarkan pandangan ke pelbagai arah, kemudian merenggut bantal sofa untuk diposisikan di bagian pinggir. Mengerti jika tidur diliputi keadaan duduk akan membuat pria itu tidak nyaman ketika terbangun. Semoga saja tidak akan terlalu sulit saat Moreau mencoba memindahkan tubuh ayah sambungnya. Perlahan, dia melanjutkan tindakan tertunda sarat respons hati – hati. Ya, terlampau penuh antisipasi, meski nyaris saja membuat Abihirt terdampar langsung ke permukaan sofa. Moreau mengembuskan napas pelan—untungnya tidak. Butuh usaha keras sekadar memindahkan kedua kaki pria itu ke atas. Dia bersyukur bahwa tadi—mereka duduk agak di tengah, sehingga tidak terlalu sulit menyelesaikan sisanya. Sekarang hanya perlu selimut tebal untuk membalut tubuh jangkung ayah sambungnya. Moreau melirik sesaat pada ujung kaki yang kelebihan itu, lalu berjalan ke arah k
“Bukankah tadi aku sudah memintamu pergi?” Keterkejutan langsung menyerbu Moreau kali ketika dia menginjakkan kaki melewati ruang tamu, tetapi ternyata ... Abihirt di sana. Sedang menjulang tinggi diliputi mata kelabu yang menatap lurus ke depan—tadi, seolah sebuah pemikiran menyeret ayah sambungnya menerawang terlalu jauh. Masih dengan kemeja pria itu semalam. Mereka jelas tidak menyediakan pakaian ganti. Moreau apalagi—tidak pernah terpikir bahwa akan ada saat – saat di mana menginap di sini adalah hal yang Abihirt putuskan secara matang. Dia menghela napas sesaat, kemudian memutuskan untuk mengambil langkah lebih dekat. Melonggokkan wajah ke ambang pintu, tanpa peduli bahwa harus melewati tubuh ayah sambungnya—yang tidak sedikitpun merasa terpengaruh. “Di mana Juan? Dia tadi mengatakan sudah menungguku di depan rumah.” Kening Moreau berkerut dalam memperhatikan hanya ada satu mobil di sana. Sungguh, dia tidak merasa telah keliru membaca pesan dari pria it
“Aku tidak menyangka kalau kau benar – benar licik, Amiga. Kupikir, keinginanmu untuk tinggal sendirian supaya kau bisa menghindari permasalahan apa pun yang melibatkanmu dan Mr. Lincoln. Tapi ternyata, kalian mendapat ide lebih bagus agar bisa tidur semalaman di rumah baru itu.” Sudah Moreau duga. Juan hanya menunggu saat – saat paling tepat untuk meledakkan apa pun yang tertahan di puncak kepala pria itu. Tidak ada waktu mengatakan banyak hal ketika dituntut melakukan latihan dengan serius. Sebagai ganti, sekarang ... setelah mereka melakukan persiapan pulang, Moreau merasa seperti dicecoki pelbagai hal. Cukup kewalahan menanggapi kesimpulan Juan, karena pada awalnya tidak seperti yang dibayangkan. Juan tidak pernah tahu. “Jaga bicaramu. Aku dan Abi tidak melakukan apa pun.” Demikian yang dia katakan. Juan harus mengerti untuk tidak lepas kendali. Mereka sedang berada di ruang terbuka dan risiko apa pun dapat menjadi bagian tak terduga. “Jika memang
“Sepertinya akan ada yang terlalu betah menghabiskan waktu di tempatmu.” Moreau melirik Juan setengah enggan, usai pria itu menambahkan komentar tepat setelah mereka sampai di halaman depan rumahnya. Siapa yang akan menyangka jika ternyata mobil Abihirt sudah berada di sana, persis terakhir kali terparkir sepanjang malam—yang dikemudikan karena memang dibutuhkan. Apa lagi yang ingin pria itu lakukan? Benak Moreau bertanya – tanya tak mengerti. Keberadaan Abihirt meninggalkan segerombol ketakutan yang nyaris tak dapat dijabarkan. Dia tak ingin kegigihan pria itu, malah menjadi bumerang besar. Bagaimana jika di waktu bersamaan Barbara juga memutuskan untuk datang dan mendapati mobil sang suami sebagai informasi murni untuk menangkap basah mereka? Itu tidak bisa dibiarkan terus terjadi. Moreau mengerjap, lalu membuka pintu mobil dengan cepat. “Terima kasih atas tumpanganmu, Juan. Sekarang kau pulanglah. Hubungi aku kalau sudah sampai.” Sambil menginjakkan kaki di
“Kau bisa lanjutkan apa yang ingin kau katakan, Mom,” ucap Moreau setelah tubuh Juan hilang dari pandangan. Dalam sekejap Barbara berdecih sinis, kemudian wanita itu berkata, “Aku takut kau tidak bersedia memanggilku dengan sebutan ‘mom’ lagi setelah mengetahui kebenaran ini.” “Kebenaran apa?” Moreau penasaran. Ironinya, kepuasan di mata Barbara meninggalkan rasa sakit yang dia tidak mengerti bagaimana itu terjadi. “Kau bukan putri kandungku. Aku tidak pernah mau mengandung dan juga tidak bisa mengandung. Abi mungkin sudah bicara denganmu kalau aku tidak hamil anaknya, bukan? Ya, itu benar. Pekerjaanku dulu mengharuskanku melakukan beberapa prosedur dan akibatnya ... menyebabkan masalah serius pada rahimku.” “Pekerjaan apa?” tanya Moreau tak percaya. Hampir tidak bisa memilah satu per satu informasi. Rasanya seperti duduk di kursi terapis. Cukup syok mengetahui kebenaran yang Barbara sembunyikan selama ini. “Sekarang aku yakin kau sudah mengerti. Menja
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mengapa Abi harus membalaskan dendam? Apa motivasinya?” Moreau nyaris kehilangan kendali terhadap kebutuhan mempertahankan kestabilan suara. Tidak ingin Barbara menyadari rasa takut yang menyelinap seperti suatu aliran deras. Kali ini, dia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. “Dulu sekali, aku pernah menjalin hubungan bersama seorang pengusaha kaya. Jika kau memikirkan sesuatu yang buruk. Kau benar. Aku mantan simpanan ayahnya. Sama seperti dirimu selama ini. Hanya dijadikan seorang simpanan. Kau pikir Abi benar – benar serius denganmu? Jangan berharap banyak, Moreau. Kau tidak lebih dari seorang mainan.” “Biar kutebak, apa dia sering membawamu ke ruangan mengerikan itu? Melepas cambukan keras di tubuhmu?” Tulang punggung Moreau seperti mendapat kejutan listrik. Ketegangan itu tidak bisa dijelaskan. Bagaimana Barbara bisa menebak dengan tepat? Sekarang apa yang bisa dia katakan? Pada kenyataannya, itu memang benar. Mun
“Yakin catatan-mu sudah lengkap?”Moreau segera menoleh ke arah satu titik di sana ketika Juan bicara nyaris menyerupai gugumaman kecil. Perhatian pria itu terpaku serius pada secarik kertas berisi daftar barang belanjaan. Kali ini, dia sedang tidak diliputi minat melakukan perjalanan. Enggan bertemu banyak orang. Sehingga meminta bantuan Juan dan kebetulan pria itu tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkannya.Sesuatu segera menyelinap di benak Moreau saat iris biru terangnya mendapati Juan akan segera melangkah ke luar dapur. Dia langsung menghentikan kegiatan memotong apel.“Jangan lupa, belikan juga susu untuk wanita hamil.”Moreau sedikit terkekeh saat Juan segera menoleh tajam, kemudian berakhir dengan memutar mata malas.“Jadi, apakah masih ada yang tertinggal?” pria itu bertanya lagi. Sesaat, Moreau mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Tidak ada petunjuk yang bisa dia temukan. Sepertinya semua sudah lengkap.“Ya. Sekarang kau bisa perg
“Sudah ada Juan. Kami bisa saling melindungi. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang pergilah. Bukankah kau akan sibuk dengan urusan perceraian-mu?”“Pengacara-ku akan mengurus semuanya.”“Tidak, Abi. Kau tidak bisa di sini,” bantah Moreau tegas. Hanya akan berakhir dengan perkara besar, jika pria itu tidak berusaha memahami kondisi di sekitar. Abihirt sudah menyaksikan sendiri bagaimana begitu banyak mata yang bertentangan terhadap hubungan mereka. Hubungan terlarang ... secara terang – terangan dijadikan sebuah tontonan oleh satu orang. Pria itu bisa menilai sendiri bagaimana hasilnya.“Pergilah, Abi. Aku dan Juan akan baik – baik saja di sini.”Lagi. Moreau tak bisa menunggu lebih lama sekadar menyaksikan sikap Abihirt yang tampak begitu enggan. Ego terus melarangnnya mempersilakan pria itu di sini. Tetap terasa jauh lebih adil jika Abihirt memang melangkahkan kaki pergi.“Mengertilah ....”Kali ini, Moreau bisa mendengar sendiri betapa suaranya begitu ge
“Kau lagi!”Suara Juan menggantung di ujung tenggorokan. Pria itu dalam sekejap tersulut amarah. Semua tampak begitu jelas ketika Juan melebarkan langkah ke arah Abihirt diliputi gestur ingin melayangkan pukulan mentah.Bugh!Sebaliknya pria itu mendapat hujaman luar biasa keras dari kepalan tangan Abihirt. Sial. Juan berdarah dalam sekejap.“Astaga, Abi! Apa yang kau lakukan?”Moreau segera bersimpuh. Ingin melihat langsung bagaimana kondisi Juan setelah pria itu terjerembab jatuh ke atas lantai. Dia meringis ketika Juan mengaduh kesakitan. Makhluk yang malang. Moreau menipiskan bibir, merasakan sangat ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Abihirt. Dia mendelik pria itu tajam, lalu berkata, “Kau tidak seharusnya memukul Juan sampai seperti ini, Abi!”“Aku tidak bermaksud. Hanya kelepasan.”Abihirt seperti memutar kembali kalimat yang dia katakan mengenai situasi Juan kemarin. Persetan dengan pria itu. Moreau tidak mengatakan apa pun lagi, selain
“Di sini sudah tidak aman, Moreau. Kau bisa tinggal di kediamanku selama yang kau mau.” Suara serak dan dalam pria itu terdengar persis setelah melewati ambang pintu kamar mandi. Sebelah alis Moreau terangkat tinggi sebagai respons pertama, kemudian bertanya, “Tinggal di kediamanmu? Bagaimana dengan ibuku?” “Aku menceraikannya.” “Menceraikannya? Bukankah kalian sepakat menghancurkan karier-ku?” “Aku tidak tahu kalau dia akan menyebarkan bukti perselingkuhan yang diambil dari kamarmu. Tapi satu hal harus kau tahu. Program itu khusus kubuat untuk mendiang ibuku. Aku bahkan belum tiba di sana sekadar mengetahui apakah acara yang kubuat berjalan dengan baik atau tidak. Ibumu melakukan sabotase, supaya aku tidak hadir tepat waktu dan dia bisa menyebarkan kebohongan. Kau tak seharusnya percaya apa yang dikatakan ibumu. Wanita licik itu berusaha merusak hubungan kita.” Hubungan kita .... Moreau menggarisbawahi pernyataan terakhir ayah sambungnya. Tidak a
Tersisa mereka berdua. Moreau menelan ludah kasar menyadari bagaimana Abihirt seperti memperhatikan wajahnya begitu lamat. Tidak ada peringatan, pria itu segera melangkahkan kaki menuju kamar, bahkan menjatuhkan tubuh Moreau sangat hati – hati untuk duduk di pinggir ranjang. Sekarang, Abihirt bersimpuh diliputi kebutuhan menerawang ke penjuru kamar. Moreau mengernyit. Sedikit heran menyadari ayah sambungnya seperti mendapat sesuatu, kemudian pria itu berjalan ke arah nakas—mengambil sebuah benda asing; bukan kepunyaan Moreau, apalagi Juan. “Kamera kecil.” Suara serak dan dalam Abihirt seperti bergumam. Itu jelas membuat Moreau berpikir lamat. Samuel mendesak supaya dia menuntun pria tersebut menuju kamar. Apakah mungkin? “Kurasa, dia ingin mengirimkan bukti rekaman kepada ibumu.” Sepertinya, metode analisis Abihirt bekerja lebih cepat. Moreau mengakui itu terdengar masuk akal. Hanya merasa tak yakin mengapa ibunya melakukan hal demikian. “Boneka
“Kau sangat suka saat Abi menyentuhmu. Mengapa di sini kau malah menolakku, Pelacur Kecil?” Ambisi di balik suara Samuel tak bohong. Moreau bisa mendeteksi bagaimana pria itu seperti memiliki rencana lain ketika gagal melakukan apa pun, mengingat dia masih sangat melakukan penyangkalan penuh. Sorot mata di sana seakan sedang mencari situasi terbaik. Napas menggebu – gebu dan dorongan tak terduga merupakan bagian perhatian Moreau yang tak bisa dia lepaskan terhadap pria itu. Samuel mulai terlihat kalap usai satu tendangan kasar darinya membuat pria tersebut mundur beberapa langkah. “Pelacur kecil sialan!” Tidak ada petunjuk ketika akhirnya Samuel mengambil tindakan untuk meletakkan cengekraman di batang leher Moreau. Pria itu benar – benar melakukan suatu prospek mencekik yang luar biasa mencecoki jalan napas di rongga dada. Moreau berusaha memukuli lengan pria itu. Dia mulai tersedak. Mungkin akan segera kehilangan kesadaran jika Samuel masih dengan k
Barbara tidak bisa terus – terusan berada di sini. Bagaimanapun, dia harus bisa mencari cara melarikan diri. Ada keuntungan memberi tahu Samuel untuk melakukan apa pun yang pria itu mau kepada Moreau. Sekarang, Abihirt mungkin tidak akan memiliki waktu lebih banyak; tidak akan sampai di sana tepat sebelum Samuel menjalankan aksi kejam. Suaminya akan menyaksikan sendiri bagaimana pelacur kecil pria itu tidak selamat. Lihat saja .... *** “Lepaskan tanganmu. Aku tidak mengizinkanmu berbuat hal buruk di sini!” ucap Moreau memberontak hebat. Nyaris tidak memikirkan keberadaan pisau dapur, yang dia tahu bisa menjadi bahaya mengancam. Samuel bisa saja mengambil keputusan lebih menyakitkan ketika keinginan pria itu tidak tercapai. Samuel melakukan seks lebih sering bersama Barbara. Apakah pria itu tidak puas? Moreau mungkin tidak begitu tahu tentang hubungan keduanya. Dia hanya .... Menyadari keberadaan Samuel jelas bukan kebetulan semata. Apakah Barbara dalan