Hanya perlu satu langkah tersisa, maka seharusnya Moreau dapat menyelesaikan ini lebih cepat. Dia menelan ludah kasar. Sesaat menatap gagang pintu dengan ketakutan besar sebelum akhirnya diliputi tindakan penuh tekad untuk menekan dan mendorong ke dalam. Mungkin dia melakukan hal tersebut begitu terburu, sehingga suara yang mencuak ke permukaan segera memancing seseorang di sana.
Siapa yang akan mengira jika ternyata Abihirt sedang menjulang tinggi di depan kaca tembus pandang, sementara mata kelabu pria itu diserbu oleh pemandangan dari luar. Ada sesuatu yang tidak dapat Moreau jabarkan. Dia merasa—tadi—Abihirt sedang melamun, karena bagaimanapun ... mendeteksi respons pria itu; sedikit bisa diungkapkan dengan ganjil bahwa Abihirt bersikap ganjil saat menyadari keberadaannya. Tidak ada kata – kata. Tidak ada kalimat nyaris terucap. Hening. Namun, pada saat – saat hampir berdekatan, Moreau merasakan betapa jantungnya bergemuruh keras. Seperti tidak ingin berhenti. Masi“Kami menang! Daddy dan Mommy kalah!” Arias bersorak sembari berteriak di dalam kolam. Mereka tidak segan – segan mendekat hanya untuk terjerembab jatuh ke dalam genangan air. Kali ini gilirannya, Moreau merenggut selang air dari tangan Lore. Sedikit pembalasan dendam karena Abihirt menjadikannya sebagai korban sasaran. Dia jelas tidak akan melakukan apa pun kepada anak – anak. Biarkan Lore dan Arias menyaksikan bagaimana Abihirt tak berdaya menghadapi percikan air. Pria itu memang tidak berusaha memberikan penolakan. Hanya sesekali melindungi wajah; sedikit membelakangi tubuhnya hingga Moreau menyadari bagaimana pakaian Abihirt benar – benar menjiplak bentuk tubuh pria itu. Sebuah pemandangan menjanjikan. Dia nyaris tak bisa memikirkan kapan Abihirt punya waktu untuk melakukan aktivitas menjaga bentuk tubuh, sementara belakangan yang pria itu lakukan adalah terus mendatangi rumahnya dan merenggut simpatisan anak – anak. Mungkinkah selama lima tahun terakh
Sekujur tubuh sudah membasah, tetapi Moreau tidak memiliki minat untuk mematikan keran air. Si kembar masih terlalu antuasias sekadar melakukan adegan siram menyiram, sekalipun di dalam kolam karet ... genangan itu sesekali tumpah.Asal anak – anak bahagia, Moreau tidak akan berusaha mengatakan apa pun. Bahkan sesekali tertawa saat Lore dan Arias sengaja membiarkan selang air menyemprot ke arahnya. Terkadang pula, Moreau harus menyingkirkan rembesan air yang menciprat di wajahnya, supaya mendapat pemandangan lebih jernih, setelah itu ... dia kemudian berkata, “Sudah, Sayang. Mommy sudah sangat basah. Jangan disemprot lagi.”Anak – anak mendadak diam. Masalahnya, Moreau tidak tahu apakah mungkin yang dia katakan benar – benar berefek kepada mereka atau tidak. Berusaha melihat lebih jelas dan ternyata ... sorot mata anak – anak jelas terpaku ke satu titik lebih tinggi darinya.Satu reaksi di mana itu mendorong Moreau untuk menengadah,
Siapa yang akan menyangka bahwa kali pertama membuka mata, Moreau justru menyadari bagaimana dia tidur dengan nyaman di dada seseorang. Rasanya begitu banyak reaksi kejut dan sesuatu dalam dirinya berusaha meninggalkan respons tak terduga.Namun, pengendalian yang cukup mengingatkan supaya dia tidak sampai membuat Abihirt terbangun. Tampaknya pria itu masih terlalu lelap; damai; seakan tidak ada beban yang bisa memberi dampak buruk.Tampan.Hal pertama yang bisa Moreau katakan. Dia benar – benar tak bisa menahan diri dari kebutuhan menyentuh rahang kasar Abihirt. Mantan suami Barbara sempat menghilang selama seminggu sejak insiden Lore masuk rumah sakit dan memutuskan untuk tidak menghilangkan rambut di wajahnya setelah kembali. Sebuah alasan yang jelas membuat pria itu terlihat sangat matang.Moreau menelan ludah kasar ketika menjatuhkan perhatian ke arah bibir Abihirt. Warna yang murni dan masih meninggalkan ingatan bagaimana saat pria itu menciumny
Baru menjatukan tubuh tidur menyamping menghadap dinding kamar, Moreau harus merasakan sayup – sayup seseorang seperti berjalan masuk—luar biasa hati – hati, ke dalam kamarnya.Dia mengernyit di antara sulur ruang temaram, tetapi tidak secara gegabah menunjukkan respons. Hanya menunggu, diliputi hitungan mundur dan ... masih dengan ketegangan merambat di tulang punggung, mulai merasakan dampak dari keberadaan berat tubuh seseorang yang menekan di pinggir ranjang.Abihirt.Moreau tidak perlu menduga – duga siapa atau perampok mana. Kebiasaan mantan suami Barbara tidak pernah berubah. Seperti dulu sering menyelinap masuk ke dalam kamarnya, kemudian melakukan hal – hal sebagaimana pria itu membuat dia berada di posisi sebagai seorang simpanan.Kali ini. Moreau tidak akan pernah membiarkan segala sesuatu, mengenai masa lalu mereka, supaya terulang kembali. Abihirt tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk melakukan apa pun.Namun,
“Lain kali jika kau berjanji kepada mereka lagi. Aku tidak akan segan – segan memotong lidahmu, mengerti?” ucap Moreau sambil melangkah masuk. Sudah mengerti Abihirt akan menyusul, sehingga tidak mencoba melakukan sesuatu sekadar mencegah pria itu dari hasrat melangkahkan kaki.Aturannya masih sama. Abihirt akan tidur di sofa. Moreau tidak akan membicarakan apa pun. Dia lelah dan ingin secepatnya menjatuhkan tubuh ke atas ranjang, meski ternyata suara serak dan dalam Abihirt akan mencuak ke permukaan.“Semalam, aku merasakan seseorang menyentuhku. Apa itu kau?”Apa maksud dari pertanyaan Abihirt? Mengapa pria itu mengatakannya dengan tiba – tiba. Ini merupakan pembicaraan yang bisa dimulai sejak tadi pagi. Mantan suami Barbara sedang mencari cara supaya bisa menahannya tetap berdiam diri di tempat?Moreau tanpa sadar menipiskan bibir. Abihirt jelas tidak bisa melihat apa pun hal yang dia lakukan barusan. Mengakui itu sebagai su
“Terima kasih tumpangannya. Kau bisa pergi sekarang.”Memang tidak banyak percakapan selama perjalanan pulang. Moreau hanya bicara ketika mereka telah sampai di depan rumahnya. Dia bahkan terburu – buru membuka pintu mobil, lalu menapakkan kaki di halaman depan. Juga nyaris dengan langkah pasti meninggalkan Abihirt, tetapi tidak pernah menyangka bahwa pria itu akan terlalu cepat menyusul di belakang.Andai saja keberadaan seseorang di balik punggungnya tidak meningalkan atmosfer berbeda. Moreau mungkin tidak akan pernah berbalik badan; menengadah; dan menyadari bagaimana Abihirt terlalu tenang menjulang tinggi, begitu dekat, dan pria itu bisa melakukan apa pun yang diinginkan.“Ada apa lagi?” tanya Moreau setengah enggan. Perintah yang dia berikan sudah begitu spesifik. Abihirt perlu bersikap patuh. Duduk di kursi penumpang saat Gabriel sudah berpindah posisi, setelah tidak lupa mengembalikan kunci mobil miliknya.Namun, sekarang. Ha