Home / Romansa / Perjanjian dengan sang Miliarder Tampan / Bab 4. PERTEMUAN MENGGETARKAN

Share

Bab 4. PERTEMUAN MENGGETARKAN

Author: Ema Ryosa
last update Huling Na-update: 2023-11-06 15:55:21

"Bidadarimu belum datang?" tanya Samuel.

Bastian menggeleng.

"Btw, kau bertemu dia dimana sebelumnya?"

"Dua lantai dibawahku!"

"Jangan bilang dia wanita yang berkeliaran memakai kemejamu?"

"Darimana kau tahu?"

"Aku sedang bersama Aydan saat kau meneleponnya."

Bastian mengumpat pelan.

"Apa kalian sudahhh...?"

Pertanyaan Samuel menggantung di udara.

"Kepo."

"Ayolah, ini bukan sekedar kepo, kalau kau sudahhh....ya aku mundur, kalau kalian tidak ada hubungan apa-apa aku akan mengejarnya."

"Buang rencanamu," sergah Bastian.

"Laksanakan perintah, Bos."

Sambil bersiul Samuel memberi hormat lalu meninggalkan ruangan sahabat sekaligus atasannya.

**

Bastian sedang berada di kantornya yang mewah dan dengan bosan dia melempar bola ke keranjang yang memang dipasangnya untuk sekedar relaksasi saat rehat dari pekerjaan yang bertumpuk tidak ada habisnya.

Hari ini sudah 3 hari berlalu sejak pertemuannya dengan wanita penyihir.

Harus diakuinya wanita itu memang memikat bukan hanya karena kecantikannya akan tetapi juga karena karakternya, yang memenuhi otaknya adalah wanita itu tidak tertarik sedikitpun padanya, juga yang paling menyegarkan tidak bergenit-genit seperti para wanita lain disekitarnya.

Dalam hati Bastian berharap agar hari ini wanita itu datang, dia merasa gairah yang tidak biasa terbit di hatinya, seperti dia akan maju bertanding dengan lawan yang sebanding, dia ingin waktu cepat berlalu.

Akan tetapi hingga siang pun tidak ada tanda-tanda wanita itu akan datang.

Ketika waktu telah menunjukkan pukul 14.00 WIB, intercom di mejanya berdering dan terdengar suara sekretarisnya bahwa ada seorang wanita yang ingin bertemu dengannya.

"Suruh masuk!"

"Baik, Mr Navarell."

Pintu terbuka perlahan.

Deggg...

Bastian yakin jantungnya berdetak hingga mendorong rusuknya saat mata indah yang menghantui mimpinya balas menatapnya, tapi kali ini ada yang berbeda, tidak ada sorot cemas, panik dan ketakutan hanya ada sorot...

kesedihan(?)

"Selamat siang Mr Navarell, saya harap kita bisa segera menyelesaikan pembicaraan kita," kata wanita penyihir itu dengan suara lirih.

"Kita bahkan belum mulai, kenalkan Bastian Navarell." jawab Bastian sambil mengulurkan tangannya.

"Almira Mayangsari."

Almira yang terlihat lebih dahulu menarik tangannya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan? Aku menawarkan ganti rugi, orangmu bilang tidak usah, aku memaksanya tapi dia tetap tidak mau, lalu tiba-tiba kau datang dan menahan id cardku_"

Belum selesai Almira berbicara tiba-tiba ponselnya berdering, dan seketika Almira terlihat resah.

"Maaf, saya angkat telepon sebentar."

Tanpa menunggu balasan dari Bastian, Almira berjalan menjauhi meja Bastian dan mendekati jendela, sambil memandang lalu lintas di bawah dia menjawab ponselnya.

"Hallo Sayang, sudah tidak apa-apa? Mommy masih di kantor, nanti Mommy cepat pulang ya."

"...."

"Iya, Nanti Mommy pesan dulu di toko, biar mereka kirim daddy buat Binta, tapi Binta harus makan yang banyak biar cepat sehat, dag anak Mommy, love you."

Almira mengakhiri pembicaraannya.

Bastian bisa mendengar percakapan Almira walaupun diucapkan dengan pelan.

Awalnya Bastian merasa menyesal karena ternyata Almira telah memiliki seorang anak tapi kemudian dia merasa senang karena ternyata tidak ada "Daddy" di rumah mereka.

Ada apa dengan dirinya? Bastian sendiri heran, dia sedang ingin terbebas dari sebuah perkawinan yang tidak bahagia terus kenapa dia tertarik mendengar pembicaraan Almira barusan?

Sekarang dia tahu apa yang membuat Almira hari ini berbeda dengan saat mereka pertama kali bertemu.

"Anakmu sakit?" Tanya Bastian pelan.

Dia melihat Almira kaget.

'Mungkin dia tidak mengira aku akan menanyakan hal ini,' batin Bastian.

Almira mengangguk, seakan sedang menahan emosinya.

Bastian sangat tertarik dengan penampakan emosi yang silih berganti di wajah Almira, sesaat seakan ingin menangis, sesaat kemudian terlihat sangat cemas, berikutnya seakan kosong tidak tahu harus berbuat apa .

"Kenapa tidak pulang saja?" saran Bastian.

"Kita punya janji," jawab Almira.

"Pulanglah, kita agendakan ulang pertemuan kita. Ini id Cardmu."

Dengan ragu-ragu Almira berdiri dan mengambil id card-nya kemudian memandang wajah Bastian, masih terlihat aura terkejut di wajahnya melihat Bastian bisa memahami kesulitannya saat ini.

"Thank you, permisi."

Kemudian Almira berjalan menuju pintu, saat dia sudah memegang knop pintu terdengar suara Bastian.

"Jangan lupa mampir toko, cari pesanan anakmu," lanjut Bastian sambil merasakan ada yang berdesir di hatinya.

Wajah Almira merona dan semakin merah saat dia tahu apa yang dimaksud oleh Bastian, pasti dia tahu Bastian bisa menangkap potongan pembicaraannya dengan Binta dan bahwa Binta menginginkan dia mencari "Daddy" di toko.

**

Bastian menatap pintu yang tertutup di belakang Almira, dia masih menahan senyum membayangkan anak Almira yang pasti masih kecil menginginkan seorang "Daddy".

Seharusnya dengan wajah Almira yang cantik dan tubuh molek, otak yang pintar pasti banyak yang antri untuk menjadi seorang "Daddy" bagi anaknya, mungkin Almira yang terlalu selektif memilih karena pernah gagal sehingga sangat berhati-hati dalam memilih pasangan karena tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.

Bastian tidak tahu apa yang merasukinya, tapi dia segera memanggil Samuel ke ruangannya.

"Penyihir yang secantik bidadari itu benar-benar tidak jadi datang?" Tanya Samuel saat baru mencapai pintu.

"Datang dan sudah pulang."

"Wow cepat sekali, jangan bilang kalian melanjutkan pertikaian tak kasat mata tentang tabrakan beruntun itu!" Tuduh Samuel.

Bastian hanya diam saja dan kembali mengambil bola dan siap melempar ke keranjang, itu tanda kebosanan kembali menghampirinya.

"Oke pembicaraan tentang tabrakan kita tutup dulu, sekarang ngapain panggil aku ke sini?" Samuel sudah paham karakter teman baiknya ini kalau diam berarti pembicaraan stop, alihkan.

"Aku ingin kamu mencari tahu tentang wanita itu, namanya Almira Mayangsari, rumahnya, anaknya, tinggal dengan siapa saja, selengkap-lengkapnya jangan ada yang terlewat!" perintah Bastian.

"Aku tidak setuju, Bast!" kata Samuel dengan suara agak keras.

"Maksudmu?" Bastian menatap mata Samuel dengan heran.

"Dari awal kan kamu bilang kalau nggak usah ramai, kita bisa bicarakan baik-baik, kalau memang tadi tidak ada solusi yang didapatkan, besok aku akan telepon asuransi mencari tahu harus bagaimana-bagaimana , jangan ambil cara yang gegabah Bast, nggak biasanya kamu begini."

Samuel menarik nafas, setelah panjang lebar mengemukakan pendapatnya, kemudian dia memandang wajah tampan sahabatnya dan melihat senyum miring di bibirnya.

"Berapa puluh tahun kita berteman? Kamu pikir aku akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginanku? Bahkan menyakiti wanita? Jangankan hanya untuk memperbaiki mobilku, untuk menggantinya dengan yang baru saja aku lebih dari mampu Sam."

"Kalau begitu kenapa dia datang dan langsung pulang? Dan kenapa kamu menyuruh aku untuk menyelidikinya?" tanya Samuel sambil menatap sahabatnya.

Setelah raut keheranan kemudian nampak pemahaman yang baru di wajah Samuel.

"Oh my God , kamu tertarik pada bidadari jelita itu kan? Memang dari awal aku bisa merasakan ada yang aneh dengan perilakumu sejak kau bertemu dengannya, Bast."

"Sudah sana selidiki dan pakai agent yang bisa dipercaya, aku ingin data yang akurat dan secepatnya!"

"Bast, perceraianmu belum final, kamu tidak bisa memulai hubungan baru, itu akan membuat kita harus banyak mengalah dalam tawar menawar nanti."

"Samuel, hanya karena Miranda pilihanku __walaupun itu pilihan yang tergesa-gesa dan salah__bukan berarti dia bisa meminta seenaknya, dia akan dapatkan haknya tidak lebih tidak kurang!"

"Dan jangan biarkan dia mengulur-ulur waktu lagi, aku sudah bosan, bereskan segera!" tambah Bastian dengan wajah geram mengingat istrinya, Miranda yang lumayan cantik karena berbagai operasi plastik dan ternyata sangat liar, sayangnya semua diketahuinya saat mereka sudah terikat dalam sebuah perkawinan yang sah secara negara tapi tidak sah secara agama, mereka tidak pernah melakukan pemberkatan nikah.

Untungnya, istrinya tidak ingin mengandung saat itu, masih menyayangkan body-nya yang sudah menghabiskan miliaran uang Bastian, dengan alasan masih ingin berdua tanpa diribetkan urusan anak.

Sejak Bastian tahu ada orang lain selain dirinya, dia pun tidak lagi menyentuh istrinya, dia tidur di kamar lain, dia tidak ingin pergi ke tempat yang sudah banyak dikunjungi pria.

Syukurlah dia sudah tahu sejak sebelum mereka memiliki anak, dia tidak bisa membayangkan istrinya cemas saat anak mereka sakit, paling dia akan menyerahkan pada suster atau asisten rumah tangga dan mengecek sesekali saja.

Kemudian dia ingat wajah Almira yang sangat sedih bahkan nyaris putus asa hanya karena anaknya sakit, terdengar begitu resah saat menjawab panggilan telpon anaknya, dan kembali Bastian mengelus dadanya merasakan sesuatu berdesir di sana.

Samuel yang melihat wajah sahabatnya, diam-diam berjanji akan mengurus perceraian Bastian secepatnya dan menyuruh orang untuk mencari tahu tentang Almira Mayangsari, dia belum pernah melihat sahabatnya menerawang seperti saat ini, bahkan tidak juga saat dia di awal perkawinannya dengan Miranda.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perjanjian dengan sang Miliarder Tampan    Bab 210. HAPPY ENDING 2

    "Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun

  • Perjanjian dengan sang Miliarder Tampan    Bab 209. HAPPY ENDING 1

    Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,

  • Perjanjian dengan sang Miliarder Tampan    Bab 208 FINALLY....8

    Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and

  • Perjanjian dengan sang Miliarder Tampan    Bab 207 CLOSER..CLOSER

    Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk

  • Perjanjian dengan sang Miliarder Tampan    Bab 206 PARADISE 2

    "Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya." Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis. "Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya. "Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian. 'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian. Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!" "Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!" "Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat. Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya. "Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?" Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi t

  • Perjanjian dengan sang Miliarder Tampan    Bab 205. MAKIN DEKAT...

    Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status