Share

BAB 4 | Journey

Pukul tiga sore Alexa pergi dari Andover untuk kembali ke London. Sekarang ia sedang berada di apartemennya mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan nanti malam untuk bertemu keluarga Dave. Ia yang sibuk mencari pakaian yang cocok dari dalam lemarinya terus diganggu dengan ocehan Dave ditelepon.

“Alexa, kalau masalah kemarin masih mengganggu pikiranmu tidak apa jika pertemuan hari ini ditunda dulu. Aku akan bilang pada oma dan paman—“ ucapan Dave terpotong oleh Alexa.

“I'm fine, Dave. Aku sudah menunggu hari ini untuk bertemu keluargamu. Sudah ya, telepon aku lagi kalau kamu sudah sampai apartemen, bye!” Ponselnya dilempar asal ke atas kasur.

Alexa memutuskan panggilan sepihak, kalau tidak segera diakhiri bisa-bisa Dave tidak akan berhenti berbicara. Pengertian sih boleh tapi jangan berlebihan, contohnya Dave. Dave itu tipikal laki-laki yang bicara sepentingnya saja saat banyak orang namun ketika berdua dengan Alexa, Dave akan membicarakan banyak hal. Tanpa sadar senyum Alexa mengembang, ia menyukai sifat Dave yang itu.

Drrrtt ...

Ponsel Alexa bergetar panjang, sebuah panggilan video masuk dari Elena, sahabatnya. Alexa menggeser dial hijau, menjawab panggilan video itu.

“Alexaaa, bagaimana?” tanya Elena di seberang sana. Rambut pirang yang diikat satu bergoyang mengikuti langkah kakinya.

“Bagaimana? Apa?” tanya balik Alexa, ia mencari pencahayaan yang lebih terang agar wajahnya terlihat jelas.

“Jangan pura-pura tidak tahu! Itu pertemuan kemarin bagaimana?” Elena memandang Alexa penuh keingintahuan.

“Ya begitu, sedikit ada masalah. But it's okay.” Dahi Alexa berkerut samar karena ponsel Elena yang bergerak tidak beraturan. Alexa bertanya, “Hey, kamu sedang apa, Elena?”

“Sorry, Alexa,” ucapnya, sekarang wajah Elena kembali terlihat dilayar ponsel. “Aku sedang di pusat perbelanjaan bersama Edgar, tadi kamu bicara apa?”

“Lupakan. Kita bicara lagi nanti saat bertemu,” ujar Alexa.

“Okay. Alexa, semangat untuk hari ini semoga lancar!” Elena sahabatnya yang periang memberikan aura positif bagi Alexa.

Ia menaruh ponselnya setelah panggilan video tadi benar-benar berakhir. Aktivitasnya berlanjut dengan membersihkan diri, sebelumnya ia memastikan kembali bahwa pakaian yang akan dikenakan malam ini sudah sempurna.

Setelah selesai dengan urusannya, kini Alexa menatap pantulan dirinya di cermin, sweater turtleneck putih dan celana jeans tidak lupa mantel berwarna mocca yang membalut tubuhnya agar tetap hangat juga syal rajut berwarna dark brown yang dililitkan di leher. Sepatu boot kulit setinggi lima sentimeter menjadi pilihan Alexa sebagai alas kaki yang dikenakannya.

Setelah persiapannya selesai, Alexa pergi dari kamar apartemennya menuju basement apartemen di mana Dave menunggu. Kekasihnya itu sampai lebih cepat dari dugaannya. Alexa mendekati mobil Dave, kemudian meraih knop pintu mobil, membukanya.

“Hai!” sapa Alexa bersemangat. Sangat berbeda dengan Dave yang gugup saat pertemuan kemarin, hari ini Alexa lebih bersemangat bahkan jantungnya berdegup kencang bukan karena gugup lebih tepatnya ia tidak sabar bertemu keluarga Dave. “Ayo, Dave kita berangkat. I can't wait!”

“Okay,” sahutnya kemudian menyalakan mesin mobil. Kini mobil Dave pergi meninggalkan basement apartemen.

“Dave, how do i look? (Dave, bagaimana penampilanku?)” tanya Alexa menghadap pada Dave sepenuhnya.

“You look beautiful, (Kamu terlihat cantik)” jawab Dave jujur dan Alexa tersenyum senang mendengarnya.

Alexa dan Dave berbincang banyak hal selama perjalanan yang memakan waktu kurang lebih empat puluh menit. Tanpa terasa mobil Dave sudah sampai di depan gerbang mansion keluarga Edwards, gerbang tinggi berwarna bronze itu terbuka lebar menyambut mereka. Dua orang berbaju hitam dengan badan tegap membungkuk ketika mobil Dave melewati. Alexa tahu kalau Dave dari keluarga kaya namun, ia tidak pernah berekspetasi tinggi kalau Dave sangatlah kaya, ini di luar dugaannya.

Jarak dari gerbang menuju mansion cukup jauh, Alexa memandangi halaman di sepanjang jalan menuju mansion yang terbentang rerumputan hijau. Ia berdecak kagum, halaman luas di sisi kirinya terdapat taman indah dengan jalan setapak yang mengarah pada rumah kaca. Lalu halaman di sebelah kanan terdapat danau buatan dengan jembatan sebagai akses menuju gazebo. Matanya berbinar tatkala melihat air mancur dengan cahaya warna-warni, sangat menakjubkan. Malam ini benar-benar indah, pemandangan yang tersaji di mansion keluarga Edwards sangat sayang untuk dilewatkan.

Ini baru halamannya, Alexa menggelengkan kepala takjub saat mansion megah dan elegan terlihat di matanya. Fasad mansion tampak indah dan artistik dengan ornamen-ornamen klasik yang tersaji di bangunan bercat dominan putih ini. Mobil Dave berhenti, seseorang berbaju hitam dengan setelan rapi membukakan pintu mobil untuk Alexa.

“Ayo masuk!” Dave meraih telapak tangan Alexa lalu menggandengnya. Mereka menaiki anak tangga menuju pintu utama.

Alexa kembali melihat dua orang berpakaian hitam yang berdiri di depan pintu utama. Ia menoleh pada Dave untuk bertanya, “Dave, sebenarnya ada berapa penjaga di rumah ini?”

Dave tersenyum penuh arti lalu menjawab, “Tidak banyak, kok.”

Pintu besar dengan ukiran klasik terbuka lebar, Alexa membulatkan mata tercengang melihat objek yang ia lihat untuk pertama kali saat pintu terbuka. Sepuluh pelayan wanita berdiri di sisi kanan dan kiri yang jika dijumlahkan menjadi dua puluh pelayan wanita. Kedua puluh pelayan tersebut membungkuk hormat saat Alexa yang digandeng oleh Dave berjalan memasuki ruangan. Dari arah berlawanan seorang wanita tua berdiri sembari tersenyum lalu di sebelahnya terdapat seorang pria yang Alexa tebak usianya lebih muda beberapa tahun dari papanya.

•To Be Continued•

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status