Share

Part 17 Orang Jahat Terlahir Orang Baik

"Cuihhh!" Diki meludahi kedua pria yang hampir sekarat di depannya.

"Kalian tidak perlu mencampuri urusan kami! Urus hidup kalian sendiri dan jangan pernah usik keinginanku untuk menyelamatkan adikku," ucap Diki dengan senyuman miringnya menatap ke arah kedua pria yang terkapar di atas lantai. Diki membalikkan tubuhnya dan menekan tombol ruangan lift dan setelah lift terbuka, ia pun berjalan masuk ke dalam lift.

***

Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh beberapa bingkai foto yang dipajang rapi. Disinilah Budi terus melangkahkan kakinya menuju setiap ruangan pada mension.

Cekrek!

Budi memasukkan kepalanya sedikit untuk melihat kondisi di dalam ruangan.

"Uwoow... Keren sekali ruangannya," ucap Budi memuji beberapa peralatan medis yang dilihatnya. Saat ini, ia berada di lantai tingkat satu. Para bodyguard yang diutus Kenzo untuk menjaga keamanan mensionnya, semuanya telah sekarat dihajar oleh Criss dan Daniel.

Budi berjalan masuk ke dalam dan menutup kembali pintu ruangan. Ia berdiri di belakang pintu untuk menelusuri alat medis yang sangat familiar dikenalnya. Wajar saja, ia mengetahui semua nama dan fungsi alat medis itu karena ia adalah seorang dokter spesialis yang lebih ahli dalam bidang kesehatan.

Budi mengerutkan keningnya dan ia binggung kenapa ada beberapa beberapa dirigen air yang ia ketahui sebagai penampung air tetapi yang ia lihat saat ini tidak ada tetesan air yang masuk ke dalam dirigen air itu.

Budi melangkahkan kaki menuju benda itu dan ia mulai menyentuh dirigen air untuk memastikan apa benar yang dilihatnya tadi.

"Kenapa ada dirigen air disini? Bukankah, ini digunakan untuk mengisi air tetapi sebanyak ini disimpan dan tidak diberi isinya." gumam Budi dalam hati seraya mengangkat barang itu dan mulai mengguncangnya.

Srtttt! Srttt!

"Kenapa bunyinya seperti kumpulan pasir, ini terlihat aneh tapi nyata. Aku harus membukanya," ujar Budi mantap.

Budi mulai membuka tutup dirigen air itu dan ia melihat sendiri sesuatu yang dicarinya sebagai vaksin ternyata sudah ada digenggamnya. Budi tersenyum menatap ke arah kumpulan pasir yang posisinya di dalam dirigen air.

"Aku akan memberitahukan kabar baik ini kepada Daniel dan Diki," ucap Budi seraya menutup kembali dirigen air itu.

Budi berdiri dan mulai berbicara dari headsetnya yang otomatis langsung terhubung dengan Diki dan Daniel.

***

"Sampai kapan kau menculik ku seperti ini, Kenzo!" ucap Dissa menatap tajam ke arah Kenzo yang berdiri di depannya.

Kenzo memegang dagu Dissa yang duduk di depannya. "Sampai kau mau menceraikan Daniel dan mau menikah denganku." ucap Kenzo mantap.

Kenzo mulai mendekati wajah Dissa dan ia berhasil mencium bibir Dissa. Dissa yang terkejut, ia tak bisa menghindari pelecehan yang dilakukan oleh Kenzo. Dissa berusaha melepaskannya dan ia mengigit lidah Kenzo hingga mengeluarkan darah.

"Awww!" teriak Kenzo merasakan lidahnya di gigit oleh Dissa.

"Bagaimana sakit? Makanya kalo jadi cowok itu yang benar tapi bukan langsung cium orang segala pula. Jijik aku tuh sama kamu gak punya sopan santun," ucap Dissa menatap kesal ke arah Kenzo.

"Berani sekali kau menceramahiku! Baiklah, kalo itu mau kamu. Aku sebagai lelaki tidak punya sopan santun akan membuatmu menjadi milikku seutuhnya." jawab Kenzo dengan menunjukkan senyum miringnya.

Dissa yang mendengar ucapan dari Kenzo, ia berusaha melepaskan ikatan kuat dari kedua tangannya. Dissa berusaha menarik paksa tali itu agar dapat ia buka tetapi nihil ia tidak bisa melepaskan ikatan itu dari kedua tangannya.

Kenzo yang telah membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan menuju lemari kaca. Kenzo mengambil alat suntik dan obat suntik yang Dissa ketahui pasti itu virus penyakit yang akan Kenzo suntik ke dalam tubuh Dissa. Kenzo membuka penutup obat itu dan ia memasukkan obat virus itu ke dalam alat suntik hingga penuh. Setelah selesai memberikan obat pada suntikkan. Kenzo pun menaruh kembali obat itu ke dalam lemari dan ia berjalan mendekati Dissa.

"Jangan... Jangan Kenzo. Ku mohon jangan." ucap Dissa yang hampir mengeluarkan buliran kristal di wajahnya.

"Selamat menikmati hari-hari yang indah setelah ini, sayangku," ucap Kenzo dingin dan ia menarik paksa lengan kanan Dissa dan Kenzo berhasil menyuntikkan lengan Dissa melalui alat suntik yang diisi oleh virus biologis.

"Hahh! Hahh!" desah Dissa menahan rasa sakit yang mulai menjalar naik ke dalam tubuhnya.

Setelah selesai, Kenzo menarik kembali alat suntik yang menempel di lengan kanan Dissa. Kenzo menatap wajah Dissa yang terlihat pucat dan di lengannya menampilkan beberapa urat berwarna biru yang siap memasuki bagian seluruh tubuh Dissa.

"Beristirahatlah, setelah kau membuka kedua bola matamu maka aku pastikan kau akan menuruti semua keinginanku." titah Kenzo seraya membalikkan tubuhnya menuju pintu ruangan kamar dan meninggalkan Dissa yang duduk sendirian di dalam ruangan.

***

"Benarkah?" tanya Diki yang berdiri di depan bodyguard yang jatuh tak sadarkan diri.

"Iya, aku menemukannya dan tinggal beberapa langkah lagi kita pasti akan menemukan keberadaan Dissa." jawab Budi.

"Baiklah, kau jaga di sekitar sana dan aku akan mencari keberadaan Dissa." titah Diki melalui panggilan di headsetnya.

Ting!

Pintu lift terbuka dan Diki saat ini sudah berada di lantai tingkat dua. Diki melangkahkan kaki menelusuri setiap lorong ruangan, dibukanya satu persatu pintu ruangan yang berada di depannya. Diki menolehkan kepalanya ke arah dalam ruangan tetapi ia tidak menemukan apapun yang dia cari. Diki menutup pintu ruangan dan membalikkan badan. Saat Diki berjalan menuju lift ruangan. Ia mendengar suara yang sangat dikenalnya, Lantas Diki langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju satu ruangan yang posisinya di ujung ruangan dan pastinya belum ia buka karena tidak menemukan keberadaan Dissa.

Saat Diki sampai di depan pintu, Diki memegang gagang pintu dan mencoba untuk membukanya. Namun, pintu itu terkunci dari dalam. Diki mendobrak pintu itu dan ia mendapati Dissa sedang duduk di atas kursi yang kedua tangannya diikat erat oleh tali dari belakang. Ia melihat Kenzo berdiri membelakanginya.

"Kamu jahat!" teriak Dissa menatap wajah tampan Kenzo Albert.

"Aku tidak perduli, bagaimana penilaian dirimu terhadap diriku, yang terpenting kau dilahirkan kembali hanya akulah yang berhak memilikimu. Aku akan membalas semua apa yang mereka perbuat terhadap kita dulu. Tunggu permainanku!" ucap Kenzo dengan menatap tajam bak elang di hadapan Dissa Richard.

"Berhenti! Jangan coba menyakiti adikku atau aku yang akan mematahkan kedua tanganmu," ucap Diki Reandi berlari menuju mereka.

"Adik?" ucap Dissa binggung.

"Kau bedebah! Berani sekali menculik istriku, kau tak berhak mengambil Dissa dariku. Kami saling mencintai," ucap Daniel berjalan di belakang Diki.

"Aku mohon, lepaskan aku! Aku tahu sebenarnya kamu orang baik. Aku mengerti rasa sakit itu. Jangan biarkan orang jahat terlahir dari orang-orang baik yang tidak berdosa," ucap Dissa berhasil menggetarkan hati kecil Kenzo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status